urgensi RUU- 24 sept..

Download Report

Transcript urgensi RUU- 24 sept..

Urgensi Penyusunan RUU Perkotaan

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Masyarakat Indonesia Masy Desa Masy Kota Homogen Sederhana Pertanian Tergantung Alam Heterogen Complex & dinamis Jasa Hub dg daerah dan Luar negeri UU yg ada belum bisa mengakomodir berbagai permasalahan perkotaan, tidak adanya “payung” peraturan perkotaan di luar urusan tataruang dan pemerintahan, (mengatur perkotaan secara komperehensif). Mobilitas tinggi Kepadatan yg tinggi KOTA/ KAWASAN PERKOTAAN = PERKOTAAN

TATA KELOLA

4 Aspek yang melatar belakangi perlunya pengaturan tentang Perkotaan

O O O O

PENDUDUK WILAYAH PENGELOLA (KELEMBAGAAN) PEMBANGUNAN

ASPEK PENDUDUK PERKOTAAN

Belum optimalnya pelayanan perkotaan bagi masyarakat.

PROYEKSI PERTAMBAHAN JUMLAH PENDUDUK PERKOTAAN INDONESIA

Sumber : BPS

Pertambahan penduduk Indonesia yang semakin besar bermukim di kawasan perkotaan, diperkirakan pada tahun 2025 sebesar 65% penduduk bermukim di kawasan perkotaan yang memerlukan fasilitas publik yang memadai.

TINGKAT PELAYANAN PERKOTAAN YANG BELUM OPTIMAL

4

ASPEK WILAYAH

Tumbuhnya kawasan perkotaan selain kota-kota otonom, yang belum dikelola dengan optimal oleh pemerintah kabupaten. Ada yang tumbuh secara tidak terencana maupun terencana (oleh swasta)

KAWASAN PERKOTAAN DI INDONESIA TAHUN 2012

Sudah diatur cukup lengkap

3% 11% 11% 26% 49%

KOTA OTONOM 93 kota (11%) IBU KOTA KABUPATEN 402 kota (49%) KAWASAN BERCIRIKAN PERKOTAAN DI KABUPATEN 219 kawasan (26%) KOTA BARU 91 kota (11%) Belum diatur KAWASAN YANG DIRENCANAKAN MENJADI KOTA BARU 24 kota (3%)

Dari sejumlah kawasan perkotaan tersebut, beberapa diantaranya telah beraglomerasi membentuk 10 kawasan perkotaan metropolitan.

PENANGANAN KAWASAN PERKOTAAN

REGIONAL/KABUPATEN

1. Kawasan perkotaan dianggap sebagai titik permasalahan 2. Jenis urusan yang dilayani lebih bersifat penanganan masalah rural (irigasi, jalan regional dsb) 3. Penilaian prioritas dilihat dari kacamata

cross border

antar kecamatan dalam kabupaten

PERKOTAAN

1. Kawasan perkotaan dilihat permasalahannya dari setiap bagian dalam kawasannya 2. Jenis urusan yang dilayani bersifat penanganan masalah perkotaan 3. Penilaian prioritas dilihat dari kacamata cross border antar kecamatan dalam kabupaten

KAWASAN PERKOTAAN YANG TUMBUH DAN MEMBESAR DI WILAYAH KABUPATEN BELUM TERTANGANI DENGAN BAIK. PERMASALAHAN YANG MUNCUL SERING TIDAK DIANGGAP SEBAGAI PERMASALAHAN MENDESAK DALAM KABUPATEN.

URGENSI PENGATURAN KAWASAN PERKOTAAN KECIL

1.

2.

3.

4.

Tidak terdapat institusi yang kawasan

secara intensif memonitor

kondisi Tidak terdapat

pemeliharaan

prasarana dan sarana perkotaan Tidak terdapat lembaga yang secara intensif

masyarakat

institusi

perkotaan

yang

secara intensif menangani melayani kebutuhan

Tidak terdapat

mekanisme penganggaran yang menjamin

pelayanan prasarana dan sarana perkotaan bisa berjalan baik kondisi

Contoh : Majenang (Jateng), Rambipuji (Jatim), Delanggu (Jateng), Kayu Agung (sumsel).

Catatan : Kawasan perkotaan kecil cenderung berada pada wilayah 1 kecamatan

URGENSI PENGATURAN KAWASAN PERKOTAAN MENENGAH DAN BESAR

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak terdapat institusi yang kawasan

secara intensif memonitor

kondisi Tidak ada institusi yg secara

koordinatif dapat mengkoordinasi

penanganan permasalahan pada sekala kawasan perkotaan Munculnya kasus-kasus perkotaan pada tingkat penanganan yang membutuhkan

teknologi tinggi

tidak dapat tertangani Tidak terdapat institusi yang

secara intensif pemeliharaan

prasarana dan sarana perkotaan

menangani

Tidak terdapat

mekanisme penganggaran yang menjamin

pelayanan perkotaan bisa berjalan baik kondisi

Contoh kasus : Purwokerto (Jateng), Karawang(Jabar), Bojonegoro (Jatim) , Gowa (Sulsel), Badung (Bali), Pring Sewu(Lampung).

Catatan : Kawasan perkotaan menengah/besar cenderung berada pada wilayah lebih dari 1 kecamatan

Contoh Permasalahan Kawasan Perkotaan Menengah

URGENSI PENGATURAN KAWASAN PERKOTAAN LINTAS DAERAH

1.

2.

3.

4.

Meski sudah terdapat berbagai bentuk kerjasama antar daerah, namun sampai saat ini belum ada kerjasama antar daerah yang benar-benar berhasil.

Terjadi

pada komplikasi pada saat kerjasama antar daerah terjadi level pemerintah (propinsi/kabupaten/kota); daerah yang berbeda

Mengingat

kerjasama yang terjadi dan berhasil hanya bersifat sektoral maka banyak permasalahan kawasan perkotaan yang pada lebih dari 1 daerah otonom tidak terselesaikan;

Sistem pembiayaan pembangunan tidak mendukung pola kerjasama antar daerah

Contoh kasus Kawasan Perkotaan: Jabodetabekjur, Gerbangkertosusila, Kedungsepur, Maminasata

PERMASALAHAN KAWASAN PERKOTAAN BARU

1. Pengembangan kawasan perkotaan baru oleh pengembang mendorong pertumbuhan penduduk sangat cepat  sistem kelembagaan tidak mendukung (muncul pedesaan/bukan kelurahan dengan jumlah penduduk sangat besar) 2. Terjadi

duplikasi pengelolaan kawasan perkotaan

.

3. Pengelolaan kawasan perkotaan oleh pengembang cenderung lebih berorientasi pada keuntungan sehingga tidak memperhatikan kepentingan wilayah lebih luas.

4. Institusi pemerintah daerah belum mampu untuk melakukan kendali pelayanan prasarana dan sarana perkotaan akibatnya tidak terjadi koordinasi pola prasarana dan sarana pada sistem yang lebih luas.

5. Tidak terdapat

institusi pemerintah berkarakter perkotaan pada kawasan perkotaan baru.

PERMASALAHAN KAWASAN PERKOTAAN BARU PADA LAHAN REKLAMASI

Selain permasalahan sebagaimana yang terdapat pada kawasan perkotaan baru, juga terdapat permasalahan lain yaitu :

1. Status lahan reklamasi tidak mempunyai kedudukan jelas dalam wilayah administrasi yang ada

. 2. Semua

perijinan

dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat dan swasta

ilegal

(proses IMB tidak bisa dilaksanakan karena status lahan yang tidak jelas)

ASPEK PENGELOLA PERKOTAAN (KELEMBAGAAN)

Belum ada bentuk pengelolaan kawasan perkotaan terutama yang meliputi lintas daerah terjadi komplikasi pada saat kerjasama antar daerah terjadi pada level pemerintah daerah yang berbeda (propinsi/kabupaten/kota)

KawasanPerkotaan kecil

O Sistem kelembagaan kawasan perkotaan kecil yang rata-rata terletak hanya pada 1 kecamatan tidak mempunyai kelengkapan untuk menangani masalah perkotaan, O Sistem pemerintahan kita tidak menciptakan adanya variasi bentuk kecamatan. O Kelengkapan perangkat dalam kecamatan baik itu di daerah rural dengan daerah yang sudah bersifat perkotaan diciptakan sama. O Semua kebutuhan pelayanan dilayani pada tingkat kabupaten. Padahal kabupaten adalah sistem kelembagaan pemerintahan yang melayani dengan karakter regional

Kawasan Perkotaan Sedang-Besar

O O O Pada kawasan perkotaan sedang-besar permasalahan kelembagaan adalah pada kawasan perkotaan menengah adalah koordinasi antar kecamatan. Kelembagaan yang bertumpu pada kabupaten, Aspek yang ditangani kawasan perkotaan sedang-besar akan sukar untuk ditangani oleh SKPD kabupaten (permasalahan yang dihadapi perkotaan lebih kompleks dibandingkan dengan kawasan perkotaan kecil)

Kawasan perkotaan yang terletak pada dua daerah otonom atau lebih

Perlunya kelembagaan yang dapat secara efektif menangani permasalahan perkotaan di kedua daerah sehingga permasalahan yang ada khususnya pada wilayah perbatasannya tertangani dengan baik. Koordinasi dan kerjasama yang sering dianggap sebagai penyelesaian terhadap permasalahan tersebut ternyata belum dapat menjawab permasalahan di kawasan perkotaan tersebut.

ASPEK PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Meliputi aspek sumberdaya dan proses

Kebijakan Pembangunan perkotaan yang mengarahkan bentuk kota-kota Indonesia pada masa akan datang yang layak huni, berdaya saing dan berkelanjutan Pengaturan tentang Standar Pelayanan Perkotaan untuk meningkatkan pelayanan pubik perkotaan Pengaturan tentang Tatakelola perkotaan a.l: Pengelolaan Perkotaan Di Pulau Kecil, Budaya Dan Identitas Lokal Kota, Pengelolaan Ruang Dalam Bumi, Permukiman Perkotaan, Manajemen Lingkungan Perkotaan, Manajemen Transportasi Perkotaan, Manajemen Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU), Manajemen Kependudukan Sektor Informal Perkotaan dan Sosial Budaya Perkotaan, Manajemen Lahan Perkotaan, Manajemen

Urgensi RUU perkotaan

 Perlu ada payung hukum setingkat undang-undang yang mengatur pengelolaan perkotaan dengan pendekatan kewilayahan. Saat ini peraturan yang ada masih terpisah pisah dan bersifat sektoral. Kebijakan secara nasional (terkait perkotaan)

belum spesifik

dalam mengatur pengelolaan kawasan perkotaan yang relatif berkembang pesat tersebut.

 Masih ada ruang pengaturan perkotaan yang belum terakomodir dalam peraturan yang sudah ada saat ini, aturan perkotaan mengacu pada UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah serta UU 26/2007 Tentang tataruang. Namun belum ada yang mengatur bagaimana pengelolaan kawasan perkotaan yang relatif berkembang pesat tersebut.

PEMECAHAN PERMASALAHAN PERKOTAAN DI SELESAIKAN SECARA SEKTORAL (TIDAK TERPADU DALAM LINGKUP KEWILAYAHANAN)

SUBSTANSI YANG PERLU DIATUR

O Yang Spesifik diatur dalam RUU Perkotaan adalah diaturnya bagaimana pengelolaan perkotaan berdasarkan bentuk ukuran perkotaan, bagaimana bentuk kelembagaannya serta pengaturan aspek aspek strategis kota yang belum diatur dalam undang-undang manapun, dan perlu diatur dengan pendekatan kewilayahan.

BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V

Sistematika

KETENTUAN UMUM AZAS DAN TUJUAN PEMBENTUKAN PERKOTAAN Bagian I Bentuk dan Klasifikasi Bagian II Nama dan Batas Wilayah KELEMBAGAAN Bagian I Kota Bagian II Kawasan Perkotaan PERENCANAAN Bagian I Kota Bagian II Kawasan Perkotaan

BAB VI BAB VII BAB VIII PELAYANAN PERKOTAAN Bagian I Kota Bagian II Kawasan Perkotaan PENGENDALIAN Bagian I Kota Bagian II Kawasan Perkotaan PEMBIAYAAN Bagian I Kota Bagian II Kawasan Perkotaan

BAB IX BAB X BUDAYA DAN IDENTITAS LOKAL ASPEK STRATEGIS DAN PENGELOLAAN PERKOTAAN Bagian I Bagian II Bagian III Bagian IV Umum Ruang dalam bumi Permukiman Kependudukan Bagian VI Bagian VII Bagian VIII Bagian IX Bagian X Bagian XI Pengelolaan Lingkungan Perkotaan Pengelolaan Transportasi Perkotaan Pengelolaan Prasarana Sarana Umum Pengelolaan Lahan Sektor informal Kota Konservasi, peremajaan dan rehabilitasi

O O O BAB XI BAB XII BAB XIII O O Bagian XII Pengelolaan Perkotaan di pulau kecil Bagian XIII Baru Kawasan Perkotaan KERJASAMA PERKOTAAN INSENTIF dan DISINSENTIF KETENTUAN PENUTUP

Apabila tidak ada RUU Perkotaan

Dampak yang signifikan terjadi (saat ini sudah terjadi dan kedepannya apabila tidak segera ditur akan semakin parah) terutama pada pengelolaan Kawasan perkotaan di luar kota otonom terutama pada kawasan perkotaan lintas daerah akan tumbuh berkembang tanpa terencana dan tanpa pengelola kawasan yang mampu mengelola kawasan lintas daerah tersebut

DIREKTORAT PENATAAN PERKOTAAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH

Jalan Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata - Jakarta Selatan 12750 E-MAIL : [email protected]