KEBIJAKANSANAAN HARGA BERAS

Download Report

Transcript KEBIJAKANSANAAN HARGA BERAS

KEBIJAKSANAAN
HARGA BERAS
Oleh:
PUJI WALUYO
10 010 009
Kebijakansanaan Pemerintah Dalam Harga Beras
 Beras merupakan komoditi penting karena pengaruhnya kepada semua
rakyat.
 Apabila harga beras rendah maka pendapatan dan kesejahteraan petani
rendah petani menjadi korban.
 Apabila harga beras terlalu tinggi maka yang menjadi korban
konsumen.
 Berdasarkan
resiko/dampaknya
pada
semua
pihak
terpaksa
pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melindungi bagian dari
masyarakat yang menderita.
 Kebijaksanaan pemerintah ini dapat digolongkan menjadi
beberapa bagian antara lain:
1. Pembatasan jumlah produk/areal produksi.
 Apabila harga gabah terlalu rendah, maka untuk
melindungi para petani ada kalanya jumlah areal
dikurangi, untuk tiap petani ditentukan jatah/quota areal.
 Dengan demikian penawaran/supply turun & harga gabah
naik.
o Apabila harga gabah naik maka konsumen menjadi korban,
karena ia harus membayar harga yang lebih mahal, barangnya
kurang.
o Petani menerima harga lebih tinggi tetapi barang yang dijual
sedikit.
o Keadaan ini lebih baik atau buruk tergantung pada Elastisitas
Permintaannya.
a) Permintaan (D) = Inelastis
P
S’
D
S
E’
B
2
A
E
R
1
S’ I
0
D
S
Q
• Hasil turun dari 0S ke 0S’, harga naik dari SE ke S’E’ atau dari 0A ke 0B.
• Jumlah penjualan (revenue) yang diterima petani produsen mula2 sebesar 0SEA
kemudian menjadi 0S’E’ B.
• Disini kelihatan bahwa bid. 1 yang hilang < bid. 2 yang diterima sebagai tambahan
oleh petani, sehingga petani menerima hasil penjualan (revenue) yang lebih besar.
Dan pembatasan jumlah produksi ini menguntungkan petani.
• Ditambahkan lagi karena produksinya turun, biayanya (Cost) juga
turun sehingga Net Revenue (Provit) lebih tinggi lagi.
b) Permintaan (D) = Elastis
S’
S
D
E’
B
2
A
0
E
R
1
D
Q
• Hasil turun dari 0S ke 0S’ harga naik dari SE ke S’E’ atau dari
0A ke 0B
Jumlah yang diterima petani mula2 sebesar 0SEA, kemudian
menjadi 0S’E’B.
Bidang 1 yang hilang > bidang 2 yang ditambahkan sehingga
petani menerima hasil penjualan (Revenue) yang lebih kecil
(selisih bid. 1 – bid. 2).
Jika selisih ini lebih besar dari turunnya biaya produksi (karena
turunnya produksi) maka Net Revenue nya (Provit) petani turun,
sehingga pembatasan jumlah produksi ini merugikan petani.
Jadi kebijaksanaan pembatasan areal / produksi harus dilihat
elastisitas permintaannya.
Konsumen jelas dirugikan, produsen belum tentu untung.
2. Penentuan Floor-price dan pembelian kelebihan hasil oleh
pemerintah.
 Pemerintah dapat menjamin kepada petani suatu tingkat harga
yang lebih tinggi daripada harga ekuilibrium dengan menentukan
suatu Floor-price, tingkat harganya disebut Floor-price.
 Pada tingkat harga yang lebih tinggi ini tidak seluruh hasil
produksi terbeli oleh konsumen.
 Sisanya dibeli oleh pemerintah dengan harga Floor-price untuk
ditimbun. Jika tidak demikian, maka harga akan turun kembali
ketingkat semula.
P
B
D
S’
S
E’
F
E
A
D
0
S’
S
Q
 Jumlah yang ditawarkan adalah 0S, harga ekuilibrium adalah SE=0A.
 Jika tidak ada kebijakan pemerintah, penerimaan total (total revenue)
petani – produsen adalah 0SEA.
 Sekarang pemerintah menentukan Floor-price setinggi 0B, jumlah
yang dibeli konsumen turun sampai 0S’.
 Sisanya sebesar S’S dibeli oleh pemerintah dengan harga Floor-price.
 Dengan ini maka:
a. Konsumen membayar harga lebih tinggi dan mendapat barang
(produk) yang kurang jumahnya.
b. Biaya total (total cost) bagi pemerintah untuk kebijaksanaan ini
adalah sebesar S’SFE’.
c. Penerimaan (revenue) petani naik dari 0SEA menjadi 0SFB, jadi
naik dengan AEFB.
3. Pemerintah mensubsidi selisih antara harga yang dibayar
konsumen & Floor-price.
Pada kebijaksanaan ini petani dijamin suatu Floor-price seperti
contoh sebelumnya tetapi sekarang karena padi merupakan bahan
pangan rakyat maka bahan ini tidak boleh busuk dalam
penyimpanan & harus di jual kepada konsumen dengan tingkat
harga di pasar (ekuilibrium).
Jadi konsumen tetap membayar harga ekuilibrium yang rendah
& mendapat jumlah yang terjual pada tingkat harga itu.
Sedang produsen menerima harga Floor-price yang ditentukan oleh
pemerintah, juga untuk jumlah yang dibeli oleh konsumen.
Selisih antara harga ekuilibrium & Floor-price ini dibayar oleh
pemerintah berupa subsidi kepada petani.
Disini konsumen tidak dirugikan.
P
D
S
B
F
A
E
Support price = Floor-price
D
0
S
Q
Jumlah yang dihasilkan adalah jumlah yang dibeli oleh konsumen = 0S.
Konsumen membayar harga ekuilibrium SE = 0A.
Produsen menerima subsidi dari pemerintah sebesar selisih antara
harga yang dijamin pemerintah & harga yang dibayar oleh
konsumen, yaitu EF = AB.
Subsidi pemerintah = biaya dari pada kebijaksanaan ini = AEFB.
Perbandingan antara biaya (total cost) pemerintah untuk
kebijaksanaan pembelian kelebihan hasil (ad 2) dan untuk
kebijaksanaan subsidi kepada petani (ad 3).
Sekarang kita lihat kebijaksanaan mana yang lebih murah atau
lebih mahal bagi pemerintah, apakah pembelian kelebihan untuk
ditimbun (ad 2) atau pemberian subsidi kepada para petani (ad 3 ).
Hal ini bergantung pada elastisitas permintaan.
P
D
a)
S’
b)
S
E’
B
P
F
D
E’
B
2
A
F
2
E
R
0
S
S’
1
S’
A
E
R
1
D
S
Q
0
S’
D
S
Q
a. (ad 2) Pemerintah membeli kelebihan utk
b. (ad 2) Pemerintah membeli kelebihan ut
ditimbun, biaya total = S’SFE’.
ditimbun, biaya total = S’SFE’.
(ad 3) Subsidi kepada petani sebesar
(ad 3) Subsidi kpd petani sebesar selisih
selisih harga pasar & Floor-price, biaya total
antara harga pasar & Floor-price, biaya
= AEFB.
total = AEFB.
AEFB > S’SFE’ : subsidi lebih mahal dr
AEFB < S’SFE’ : pembelian pemerintah
pembelian kelebihan (2 > 1).
lbh mahal drpd subsidi kpd petani (1 > 2).
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian atau perlu
diperhitungkan dalam menentukan kebijaksanaan ini adalah:
a) Keuntungan dari subsidi adalah konsumen dapat mengkonsumsi
jumlah yang lebih banyak dengan harga yang murah. Dalam keadaan
dimana tingkat hidup masih rendah, hal ini penting sekali.
b) Jika maksud pemerintah adalah menimbun beras pada waktu produksi
berlimpah2 untuk cadangan waktu paceklik, maka pembelian
kebijakan oleh pemerintah lebih penting dari pada subsidi.
4. Ceiling Price
Ceiling price adalah harga yang tertinggi yang diperbolehkan oleh
pemerintah, yang biasanya ditetapkan untuk melindungi konsumen,
jika harga ekuilibrium yang terjadi di pasar terlalu tinggi.
Hal ini sering terjadi pada waktu jumlah produksi / penawaran
kurang, misal pada waktu paceklik atau panen gagal.
P
S
E’
A
T
C
R
0
Ceiling price
Excess
Demand
D’
S
D
Q
Jika diserahkan pada mekanisme pasar maka harga (ekuilibrium)
terjadi pada titik E’ adalah setinggi 0A.
Pada harga ini yang dapat membeli beras hanyalah orang2 yang
kaya, sedang orang yang berpendapatan rendah tidak dapat membeli
beras tersebut.
Untuk menolong orang2 yang tidak mampu ini harga ditentukan lebih
rendah dari harga ekuilibrium, misal setinggi 0C.
Dengan demikian maka akan terjadi “Excess demand” sebesar RT, yang
dapat menimbulkan harga.
Untuk
mencegah
kekacauan,
dapat
diambil
beberapa
macam
kebijaksanaan, a.l:
a) Penjatahan dengan sistem Coupon.
Cara ini menentukan permintaan bukan hanya uang, melainkan uang
& kupon, sehingga kurva permintaan bergeser kekiri menjadi D’D’
dan keseimbangan terdapat pada titik E’ setinggi Ceiling price, dimana
jumlah yang ditawarkan = jumlah yang diminta yaitu sebanyak 0S.
P
S
E
A
E’
C
T
D’
0
S
Ceiling price
D
Q
b) Jika pemerintah mempunyai persediaan beras, misal yang ditimbun
pada waktu panen, maka untuk menjamin ceiling price setinggi 0C,
pemerintah dapat menjual persediaannnya ke pasar, sehingga kurva
penawaran bergeser dari SS ke S’S’ & ekuilibrium terjadi pada ttk E’
Disini tidak diadakan sistem Coupon sehingga kurva permintaan
tetap DD.
P
S’
S
E
A
E’
C
Ceiling price
R
D
0
S
S’
Q
5. Kebijaksanaan stabilisasi harga beras (kombinasi antara floor-price &
ceiling price).
P
S’
Floor
price
E’
B
P
S
S’
E
A
E
A
S
Ceiling
E’’
price
B
D
D
0
S’
a)
Panen
S
Q
0
S
b)
Paceklik
S’
Q
Seandainya pemerintah mau mengadakan stabilisasi harga beras, dg
mempertahankan harga pada tingkat 0B, maka pada waktu panen jika
penawaran adalah SS (a), harga ekuilibrium adalah SS’ dg harga 0B
(floor-price), sehingga penawaran di pasar menjadi S’S, & ekuilibrium
terdapat pada titik E, pada harga 0B, gbr (a).
Pada waktu paceklik, jika penawaran turun menjadi SS pd gbr (b),
harga di pasar setinggi SE = 0A’, maka jumlah yang ditimbun
pemerintah pada waktu panen dilempar ke pasar, sehingga
penawaran menjadi S’S’ pd gbr (a), ekuilibrium terdapat pada titik
E”, pada harga 0B (ceiling price).
Dengan demikian maka harga dapat dipertahankan pada tingkat
yang sama sepanjang tahun.
Tetapi hal ini dapat terjamin, jika jumlah yang dibeli pemerintah
untuk menjamin harga setinggi 0B pada waktu panen (SS’) pd gbr
(a), sama dengan jumlah yg diperlukan untuk dilempar ke pasar pd
waktu paceklik sama menjaga harga setinggi 0B (SS’ pd gbr b.)
Jika jumlah itu tidak sama, maka ada beberapa kemungkinan sbb:
a. Tingkat harga yang disesuaikan.
Untuk penyesuaian ini diambil jumlah penawaran rata2 antara
penawaran pada waktu panen & pada waktu paceklik.
Kalau permintaan dianggap sama sepanjang tahun, maka tingginya
tingkat harga yang akan dipertahankan itu ditetapkan setinggi harga
ekuilibrium yang terjadi antara penawaran rata2 tersebut dengan
permintaan (E).
Dengan demikian, maka kelebihan penawaran (excess supply) pada
waktu panen (EF) dapat disimpan untuk dipakai menutup kelebihan
permintaan (excess demand) pada waktu paceklik (CE).
P
S2
D
SR
S1
E2
eD
B
S1 = Penawaran pada waktu panen
E
C
es
F
S2 = Penawaran pada waktu paceklik
Sr = Penawaran rata2
E1
D
0
S2
SR
S1
Q
Dalam hal ini tidak ada impor, dan biaya penyimpanan beras
ditanggung oleh pemerintah.
b. Tingkat harga bergelombang antara 2 batas yang ditentukan.
Jika tidak ada impor & biaya penyimpanan dibebankan pada
konsumen, maka harga tidak dapat dipertahankan pada tingkat
yang sama sepanjang tahun.
Dalam hal ini harga diperbolehkan berfluktuasi antara 2 tingkat
dengan perbedaan sebesar biaya penyimpanan beras antara waktu
panen & paceklik.
P
P
S1
D
D
S2
E2
eS
Floor price
E1
Biaya
Penyim
panan
bp
Ceiling price
eD
D
D
0
S1
Q
0
S2
I
Q
II
Waktu panen
Waktu paceklik
E1 = harga ekuilibrium
E2 = harga ekuilibrium
Fp = floor price wkt panen
Cp = ceiling price
eS = excess supply
eD = excess demand
Bp = biaya penyimpanan beras dr waktu panen sampai pd waktu paceklik
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH