SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Download Report

Transcript SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Oleh :
Prof.Dr.Dr. Soetomo.WE, M.Pd
Bab I
A. Pengantar
Tidarta ( 2000 : 3) menafsirkan bahwa sosiologi itu
adalah bagaimana hubungan antar manusia dengan
kelompok dan unit dalam masyarakat di suatu
wilayah. Sementara itu Gunawan (2003 : 5) Sosiologi
itu llmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
secara keseluruhan. Yang dimaksud mempelajari
adalah studi hubungan antar manusia, manusia dan
kelompok, antar kelompok, baik formal, non formal
maupun informal serta material baik statis maupun
dinamis.
Selo Sumarjan ( Dalam Gunawan, 2003 hal 3),
berpendapat bahwa sosiologi lebih menekankan pada
studi struktur sosial, proses sosial dan program sosial.
Dan masih banyak lagi arti sosiologi yang dapat
dipelajari tentang hakikat ilmu sosiologi.
Sementara itu pendidikan sifat sasaran pada
manusia yang ternyata memiliki aspek yang
komplek. Pendidikan ada juga yang mengartikan
pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi
yang lain. Karena situasi yang kompleks, itulah
mengapa tidak ada sebuah batasan yang memadai
(Umar Tirta Raharja, 2005). Batasan dibuat
beragam tergantung orientasinya. Ada yang
mengatakan bahwa pendidikan adalah proses
pendewasaan mental, moral, sikap dan perilaku.
Ada juga yang menegaskan pendidikan adalah
proses belajar mengajar yang mengantar manusia
mencapai perkembangan kognitif, konatif(
psikomotor ),dan afektif .
Ada pula yang mengatakan pendidikan adalah
proses belajar mengajar manusia untuk menatap
masa depan bagi dirinya. Tegasnya pendidikan
dapat disimpulkan sebagai proses belajar mengajar
untuk pewarisan budaya generasi muda dalam
mencapai perkembangan kognitif, afektif, konatif,
moral, mental, sikap, dan perilaku manusia
( Soetomo WE, 2008).
Jadi sosiologi pendidikan adalah proses belajar
mengajar individual atau masyarakat manusia untuk
mencapai proses pewarisan budaya guna mengantar
generasi muda mengalami perkembangan kognitif,
konatif, afektif , serta terbentuknya mental, moral,
sikap, dan perilaku manusia atau sebagai individu atau
masyarakat ( Soetomo, 2008). Sementara itu E. George
Payne (1928:20) yang terkenal sebagai bapak sosiologi
pendidikan memberikan batasan bahwa : by
educational sociology we mean the science which
describe and explains the institution, social group and
social processes that is the social resources relationship
in which or through which the individual gains and
organizes experiences. Sementara itu menurut Charles
A. Ellwood (1950:50) menegaskan bahwa sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan pokok masalah antar proses
pendidikan dan proses sosial.
E. B. Reuter mengatakan bahwa sosiologi pendidikan
berkewajiban menganalisis evolusi pendidikan dalam
hubungannya dengan perkembangannya dengan manusia
(T.Y. Brown 1961:40)
2. Educational Sociology dan Sociology of Education
Pada awal perkembangan sosiologi pendidikan masuk ke
Indonesia ada sementara perguruan tinggi yang memiliki
jurusan pendidikan menggunakan istilah Educational
Sociology . Dalam perkembangan lebih lanjut para ahli
perkembangan Indonesia juga menggunakan istilah
Sociology of Education.
Dengan adanya dua istilah itu, maka untuk
sementara ahli pendidikan Indonesia telah
menggunakan pemahaman yang rancu tentang
sosiologi pendidikan dalam prosesnya yang harus
digunakan akibat kerancuan tersebut Prof .W.
Taylor memberikan jalan tengah dengan
menyarankan :
A. ke-2 istilah itu (educational sociology dan
sociology of education) dapat digunakan.
B. Educational Sociology studi penekanannya pada
pertanyaan kependidikan dan proses sosial.
C. Sociology of Education studi penekanannya
pada masalah sosiologis
Tegasnya:
Educational Sociology adalah prinsip umum dan
penemuan sociology dalam proses pendidikan: sociology
of education adalah analisis terhadap proses sosiologis
yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Selain dari pada itu muncul istilah ke 3 yaitu social
foundation of education yang merupakan bidang
penelaahan yang mencakup sejarah, filsafat, sosiologi
pendidikan , dan komparasi (perbandingan) pendidikan.
Dalam perkembangan lebih lanjut ke 2 istilah di atas
yaitu : educational sosiology dan sosiology of education
sama-sama dimanfaatkan oleh disiplin sosiologi
pendidikan.
Adapun istilah yang disepakati adalah educational of
sociology.
Lebih lanjut Dr. Banks menyarankan sosiologi
pendidikan menjadi bagian dari ilmu sosiologi bukan
bagian ilmu pendidikan.
Pertanyaan lebih lanjut mengapa guru harus belajar
sosiologi pendidikan, karena:
(1) masyarakat mengalami perubahan yang cepat, progresif
,dan dinamis.
(2) perubahan itu telah menumbuhkan budaya baru yang
ternyata menimbulkan masalah sosial
(3) ada tuntutan agar para pengelola pendidikan
memenuhi kehendak masyarakat
(4) kepribadian guru dapat mempengaruhi suasana kelas
yang berarti juga mempengaruhi siswa-siswanya dan
masyarakatnya.
(5) kebebasan guru sering kali dibatasi oleh atasannya
sehingga mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan.
3. Latar belakang timbulnya sosiologi pendidikan
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami
perubahan yang cepat, dinamis, dan maju. Akibat perubahan itu
masyarakat menunjukkan gejala Disintegrasi (tidak terpadu)
maka menujukkan gejala parsial. Perubahan itu menyangkut
berbagai kehidupan dan merupakan masalah yang menyentuh
sendi sendi tata kehidupan masalah. Misalnya industri agama,
ekonomi, pemerintah, keluarga, perkumpulan pendidikan, dan
sebagainya.
Masalah-masalah sosial seperti ini dirasakan oleh dunia
pendidikan yang di dalamnya ada anggota-anggoata masyarakat,
siswa guru dan sebagainya. Padahal sebagaimana kita ketahui
masalah yang timbul di tengah-tengah masyarakat ternyata
merupakan refleksi kehidupan dan refleksi kehidupan
masyarakat. Masalah pendidikan, keluarga, juga refleksi kondisi
masyarakat yang ada, misalnya kita lihat gejala pendidikan
masyarakat, kegelisahan sosial, agama, konflik masyarakat.
konflik adalah bentuk-bentuk distegrasi yang ada di dalam
masyarakat.
Krisis yang menimpa bangsa dan negara Indonesia
sekarang ini (2009) seperti banyaknya korupsi, banyaknya
partai, otonomi daerah , keadaan biaya pendidikan yang
tinggi.Korupsi adalah wujud krisis sosial dan krisis
kepercayaan , krisis mental, krisis moral, serta krisis
perilaku.
Masyarakat pada hakekatnya adalah sistem dalam
masyarakat terjadi akibat hubungan antara satu dengan
yang lain. Masyarakat yang mengalami perubahan maka
kelangsungan atau kontinuitas integrasinya juga berubah.
Akibat lebih lanjut, dalam masyarakat itu muncul
diskontinuitas atau disintegrasi sehingga menimbulkan
konflik dalam masyarakat itu.
Robert Linton mengatakan bahwa dalam masyarakat itu ada2 nilai
a. nilai universal sifatnya kuat integritas stabil, dan dapat
diterima oleh sebagian masyarakat bahkan barangkali
dapat
menjadi dasar pranata dalam masyarakat itu.
b. nilai alternatif, sifatnya tidak stabil, tidak integritas dan hanya
diterima sebagian kecil masyarakat.
Nilai internatif adalah nilai kekhususan yang biasanya bersifat
individual.
Apabila masyarakat tidak berubah cepat maka nilai alternatif
seringkali tumbuh dan dapat mengaburkan nilai universal. Isi nilai
alternatif biasanya bersifat temporer. Tendensi masyakakat sebagai
akibat bersifat dinamismemang sering “kaliada gerakan” meninggalkan
nilai-nilai universal dan memunculkan nilai-nilai aternatif. Akibat
lebih lanjut dengan hilangnya nilai universal dalam masyarakat maka
pranata sosial mengalami disintegrasi misalnya karena kemauan
industri timbul gejala masyarakat pedesaaan bergerak ke perkotaan
(dari Rurar ke Urban) hubungan masyarakat pada awalnya sebenarnya
tanpa pamrih akibat perubahan masyarakat maka hubungannya
berubah menjadi hubungan pamrih
Sampai sekarang intitusi pendidikan tidak mampu
mengejar perubahan sosial yang sangat cepat. Hal ini
terjadi, sebab perkembangan ilmu dan tehnologi yang baik
belum sempat di pelajari di dunia pendidikan . Pendidikan
sekolah menimbulkan cultural shock oleh karena itulah
ahli ahli sosiologi mengembangkan pemikiran baru guna
itu serta memecahkan masalah pendidikan, maka lahirlah
apa yang disebut sosiologi pendidikan.
Laster F. Word adalah pencetus pertama. Sarjana ini
menjadi pelopor sosiologi pendidikan dalam artian formal.
Sementaa itu Jhon Dewey menerbitkan “school and
society” tahun 1899. sarjana ini menekankan bahwa
sekolah adalah lembaga sosial. Karya ke-2 yang berjudul
“ Democracy and Educational” tahun 1916 telah
mendorong lahirnya sosiologi pendidikan. Tahun 1920 F. R.
Clow David Suedden, Roos Finney, C.C. Peter, C.L.
Robbind, E. R. Groves, meneruskan pemikiran-pemikiran
diatas.
Tahun 1910 Sosiologi Pendidikn dikuliahkan pertama di
universitas Colombia, dan 1917 terbit teks book Sosiologi
Pendidikan karya Walter R. Smith dengan judul
“Introduction to Educational Sociology” . Tahun 1916
Universitas Newyork, Universitas Kolombia, mendirikan
sosiologi pendidikan. Tahun 1920 terbit jurnal sosiologi
pendidikan pimpinan E. George Payne 1936 terbit majalah
sosiologi pendidikan. Tahun 1940 diadakan review
educational research yang dimuat dalam berbagai artikel
majalah.
Di Indonesia tahun 1967 IKIP Jogjakarta memberikan mata
kuliah sosiologi pendidikan pada jurusan deduktif
kurikulum. Dan sampai saat ini sosiologi pendidikan di
Indonesia berfungsi memantapkan Pancasila sebagai nilai
universal integral bangsa indonesia.
BAB II
PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Untuk membahas sesuatu, lebih-lebih membahas tata
kehidupan manusia seringkali kita melakukan
transformasi pemikiran. Artinya, bagaimana kita
untuk dapat mengerti dan memahami “ bahasa tata
kehidupan individu “ dalam masyarakat serta untuk
mengerti kondisi masyarakat itu sendiri. Watak
individu, mental individu, dan sebagainya apabila kita
pahami pada gilirannya kita juga akan memahami
kelompok individu itu.
Tingkahlaku kelompok, sebenarnya dapat
dikategorikan sebagai tingkahlaku masyarakat
keseluruhan dari kelompok itu. Dan dapat
disimpulkan sebagai tingkahlaku masyarakat
negara pemilik kelompok itu. Misalnya
kepribadian nasional terjadi akibat individu itu
dipengaruhi oleh faktor interen dan faktor
eksteren. Faktor interen biasanya menyangkut
indikator biologi dan indikator psikologi.
Sementara itu faktor eksteren mencakup
pengaruh kondisi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial.
 dalam Sosiologi Pendidikan kita mengenal tiga
pendekatan, yaitu :
1.
2.
3.
Pendekatan individu.
Pendekatan sosial.
Pendekatan interaktif.
1. Pendekatan Individu.
Para ahli Sosiologi Pendidikan berpendapat, bahwa
yang dimaksud dengan individu adalah bagian dari
kelompok manusia atau bagian dari suatu
masyarakat manusia. Oleh sebab itu seringkali
individu itu dianggap “ pembentuk kelompok “.
Sosiologi Pendidikan mengajarkan kepada kita,
apabila kita mampu memahami tingkahlaku individu
satu-persatu, artinya bagaimana kita memahami
seseorang individu dari cara berpikir, cara
berperasaan, cara berkemauan, cara melakukan
perbuatan, mentalitas orang itu dan sebagainya, maka
pada gilirannya kita akan dapat mengerti bagaimana
kondisi kelompoknya,
misal : kita studi tentang si Karto seorang komunitas
Samin tentang bagaimana si Karto berpikir, berbuat,
bertingkahlaku, berkehendak, dsb. Maka akhirnya kita
dapat menyimpulkan bagaimana sebenarnya
kelompok Samin itu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang
individu banyak hal dipengaruhi faktor interen dan
eksterennya. Faktor interen misalnya, seperti faktor
biologis ( cacat tubuh : tuna daksa , tuna rungu, tuna
netra, dsb ) maka biasanya juga mempengaruhi cara
dia berpikir, berbuat, bertingkahlaku, dsb. Demikian
juga dengan pengaruh-pengaruh psikologi ( rendah
diri, merasa bodoh, debil-imbisil, “ dianggap gila “ ),
juga akan mempengaruhi cara berpikir, cara berbuat,
cara berperilaku dari si individu itu. Misalnya : Hitler,
Napoleon, Tribhuwana Tunggadewi, Gajah Mada, dan
Bung Karno.
Pengaruh eksteren adalah pengaruh lingkungan fisik,
misalnya orang kaya dengan orang miskin. Yang
terjadi beda cara berfikir, bergerak, karena lingkungan
fisiknya seperti : fasilitas, berbeda dengan yang lain.
Faktor sosial terutama pada pergaulan ( desa dan kota,
kelompok gen ) juga sangat mempengaruhi individu.
Dari hasil kajian ternyata tinggi rendahnya penilaian
seseorang kepada individu tidak ditentukan oleh ras.
Misalnya anggapan bahwa ras putih menganggap
bahwa ras hitam lebih rendah ternyata tidak benar.
Contoh : Presiden Obama, beberapa pemenang Nobel
juga dari kulit berwarna. Pengaruh lingkungan baik
lingkungan fisik, kultural, sosial sangat besar
pengaruhnya kepada perubahan individu.
Misal : hal kebebasan fasilitas ekonomi, kemajuan
kebudayaan, kecanggihan teknologi, fundamentalis
agama ternyata juga besar kontribusinya pada
perubahan seseorang sebagai individu. Faktor
psikologis, misalnya unsur kejiwaan sangat
mempengaruhi perubahan individu seperti faktor
pembawaan, bakat, harus diakui sebagai kekuatan
potensial laten yang dapat memunculkan aktualisasi
dan manifestasi, kalau faktor itu memungkinkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur
kejiwaan juga perlu diperhatikan bagi studi Sosiologi
Pendidikan. Karena pengaruhnya dapat besar, malah
dapat sangat besar pada perubahan individu.
2. Pendekatan sosial
Pendekatan ini mengkaji kondisi masyarakat atau
sosial akibat pengaruh geografi. Misalnya perbedaan
masyarakat Indonesia dengan masyarakat Eskimo.
Atau Jawa-Papua, Jawa-Sulawesi, dsb. Demikian juga
masyarakat India, Tibet, Afrika, Asia, Eropa, dan
Amerika, dsb. Akibat pengaruh geografi ( topografi,
klimatologi, temperatur udara ) sangat
mempengaruhi sikap berpikir, bertindak, berbuat,
dsb.
Di tengah masyarakat sebenarnya sering terjadi
individu berhubungan dengan individu. Dan mereka
saling menyesuaikan dengan lingkungannya. Misalnya
ketika seseorang dari kawasan temperatur panas
memasuki temperatur dingin / musim salju, mereka
menyesuaikan dengan memakai pakaian seperti
masyarakat yang hidup di udara dingin. Oleh sebab itu
proses perjumpaan individu dengan masyarakat dan
sebaliknya diawali dengan interaksi sosial ( saling
ketergantungan ).
 Dari hasil kajian seringkali interaksi sosial itu didasari
oleh faktor-faktor
a. Imitasi
b. Sugesti
c. Identifikasi
d. Simpati
( Tidarta , 2000 : 147n)
a. Imitasi
Adalah anak meniru seseorang ( guru, teman, tetangga,
orangtua, dsb ). Imitasi ada yang positif ada yang negatif.
b. Sugesti
Adalah anak tertarik pada pandangan atau sikap
oranglain. Ketertarikannya tanpa kritik dan tanpa
pertimbangan rasional.
c. Identifikasi
Adalah anak ingin menyamakan dirinya dengan orang
lain yang dianggap memiliki kelebihan atau
keistimewaan.
d. Simpati
Adalah tertariknya seseorang dari yang satu kepada yang
lain. Simpati lahir karena pertimbangan perasaan , bukan
pikiran.
3. Pendekatan Interaksi.
Dalam suatu proses sosial mesti terjadi interaksi
sosial ( saling ketergantungan ),yaitu hubungan
individu dengan individu, individu dengan
masyarakat. Interaksi sosial hanya akan terjadi bila
ada kontak sosial dan komunikasi
( Tidarta, 2001 : 9 ). Kontak sosial dapat berlangsung
biasanya dalam tiga bentuk
 Kontak sosial dapat berlangsung biasanya dalam tiga
bentuk :
a. Kontak antar individu. Misal anak dengan bapak, anak
dengan anak atau anak dengan ibu.
b. Kontak individu dengan kelompok dan sebaliknya (
anak dengan kelompok Pramuka, team sepakbola,
kelompok remaja gereja, masjid, dsb )
c. Kontak antar kelompok ( BP3 dengan dewan guru,
POM dengan dewan guru, komite sekolah dengan
orangtua, dewan guru dengan OSIS ).
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan
perasaan seseorang kepada orang lain atau kelompok.
Adapun wahana komunikasi dapat melalui
pembicaraan, mimik, dan dengan lambang-lambang
tertentu serta melalui alat cetak dan elektronik.
BAB III
TEORI MEDAN
Sementara kita telah membahas tiga macam
“ approach “ terhadap tingkah laku manusia, baik
manusia sebagai makhluk individu dan sosial dengan
aproach individual, sosial dan interaksional. Ada juga
cara lain untuk meneliti tingkahlaku manusia, ialah
dengan membahas “ medio sosiopsychis “ manusia
dengan membahas medan sosial manusia.
Cara pembahasan ini terkenal dengan nama teori
medan atau “ field theory “ ( Dr. Kurt Lewin –
Psikologi ) dan dikembangkan J.F Brown ( Psikologi
Sosial )
Inti daripada teori medan ini ialah meneliti
struktur medan hidup ( life space ) beserta
pribadinya, personnya, “ life space “ sosial atau
medan sosial. Medan hidup ini merupakan
kondisi-kondisi, syarat-syarat dan situasi
konkret yang menyertai gerak pribadi, gerak
person tadi. Obyek manusia dianggap sebagai
organisme.
Cara bekerjanya mempergunakan metode
“ hypothetico deduktif “ ( hypothetic deductive
method ). Dalam metode ini proses kerja
( berpikir ) mulai dengan aksioma-aksioma yang
dianggap umum dengan mencari implikasiimplikasi. Jadi aksioma tadi kepada hal-hal yang
khusus.
Misal suatu aksioma :
Semua logam dipanasi akan memuai, maka
implikasinya membuktikan bahwa pada tiap-tiap jenis
logam yang dipanasi muai atau tidak. Aksioma yang
telah dipergunakan sebagai awal mula penyelidikan
dianggap sebagai kebenaran pokok.
Lawan dari metode deduktif adalah metode induktif
yang bekerja dari kebenaran-kebenaran khusus
menuju kebenaran umum. Lain halnya pada teori
medan, metode “ hypothetico deduktif “ mulai
dengan sekedar aksioma ( yang masih bersifat
hypotesis ) , artinya kebenarannya masih harus
dibuktikan; ialah dengan membuktikan kebenaran
khusus dalam aksioma yang dikemukakan.
Tanda lain dalam teori medan ialah memakai bahasa
“ genotype “. Misalnya ketika Kurt Lewin menyelidiki
watak bangsa Amerika dan Jerman dengan
penyebutan atau melukiskan perbedaannya; dengan
mengemukakan kenyataan atau dasar kondisi
sosialnya. Misalnya : bagaimana pola kebudayaannya,
bahasanya, dsb, yang berbeda dengan pelukisan
bahasa “ phenotypis “, menyebutkan sifat-sifat dari
kedua bangsa itu.
Semua hal yang menjadi dasar kondisi medan
hidupnya adalah medan sosialnya, sosio-psikisnya,
dan lingkungan geraknya. Dalam teori medan dipakai
konsepsi mathematis yang terkenal dengan psikologi
tipologi. Tegasnya konsepsi dilukiskan dengan
gambar-gambar bersifat mathematis.
Sebagai contoh untuk melukiskan person dengan “ life
space “ nya secara tipologis ialah sebagai berikut:
.P
L
Gambar L merupakan bangun tertutup, misalnya
lingkungan, elips, dan sebagainya. Di dalam bangun
tertutup tadi terdapat titik P. Simbol L representasi
daripada “ life space “ ( lingkungan, medan hidup )
dan P adalah representasi person atau orangnya. L
bersama P adalah “ life space “ dengan daerah ( medan
) geraknya disebut “ locomotion “.
Untuk melukiskan
gerak manusia
dipakailah gambar anak
panah dengan titik
tangkap yang secara
teknis disebut vektor.
.P
(+)
dari gambar ini
diterangkan bahwa
person P bergerak
menuju (+)
Kuat lemahnya gerak artinya kuat lemahnya
tingkah laku manusia dinyatakan oleh
panjang atau pendek vektor. Kalau
vektornya panjang, berarti geraknya kuat
dan vise dengan vektor pendek berarti
geraknya dengan kemauan kecil. Obyek
yang dituju atau ditolak oleh person
( subyek ) disebut valensi, yang
dipresentasikan dengan tanda (+) artinya
valensi positif-tujuan atau obyek yang
disenangi. Sedang tanda (-) adalah valensi
negatif artinya obyek yang ditolak atau tidak
disenangi oleh person ( subyek ).
Manusia itu hidup dapat
bertingkahlaku riil dan
bertingkahlaku khayal.
Untuk melukiskan dunia
khayali manusia
dipakailah tanda-tanda
dengan titik-titik.
Misalnya seorang jejaka
jatuh cinta terhadap
seorang gadis yang manis
tetapi sayang gadis tadi
sudah mempunyai pacar
dan tak mungkin dicapai
lagi.
Karena sangat tertariknya jejaka tadi, maka sering
melintas di angan-angannya, suatu saat dapat hidup
bersama gadis tadi; tetapi hanya di dalam angan.
Representasi tingkah jejaka tersebut adalah sebagai
berikut : P ---------------- (+) II
P ___________(+) I
Gambar I melukiskan keadaan senyatanya dari
keinginan pemuda P yang terhalang, tetapi dalam
lamunan dia dapat hidup bersama gadis pujaannya
dalam gambar II.
Teori medan selain memperhatikan masa kini yang
mempengaruhi tingkah laku manusia, juga
memperhatikan pengalaman masa lampau dan citacita masa datang. Dengan begitu tingkahlaku itu
mempunyai rangkaian masa lampau dan masa
sekarang juga masa mendatang. Faktor waktu
memegang peranan yang sangat penting. Misalnya,
seorang yang sekarang hidup hemat, bukan saja
dipengaruhi keadaan sekarang yang serba sulit namun
juga pengalaman waktu silam. Misal, karena contoh
orangtuanya yang selalu berhemat namun hidup
tenteram dan kecukupan. Atau karena menyadari
bahwa di masa datang anaknya yang masih kecil bila
dewasa nanti memerlukan biaya yang besar, jadi
menabung umtuk persediaan hari mendatang.
Kondisi dan situasi sekarang ( present time ) pun
tidak dapat diabaikan. Misalnya, karena baru
menderita sakit, walau kebiasaannya dia suka
nonton film, mengapa waktu sekarang tidak mau
diajak nonton film temannya?
Kalau biasanya di rumah si Ningsih seorang
pendiam, tenang, tidak senang bicara keras
apalagin kasar. Tetapi ketika bersama-sama
dengan teman-temannya dalam parade pawai, si
Ningsih turut bersorak-sorak, bicara dengan keras
seperti kawannya, dan ketika melihat peserta
pawai salah langkah, spontan dia mencela dengan
bahasa yang agak kasar “goblok itu”, dan
sebagainya.
Mengapa begitu tingkah laku Ningsih?
Mari kita perhatikan rumus : B = f( PE ). Oleh karena
E dirumah dan E di pawai itu berbeda walaupun P
tetap, tetapi B pasti berubah. B=behavior (
tingkahlaku ); P=person, manusianya; E=environment,
milieu; f=fungsi. Tingkahlaku manusia ( B )
bergantung kepada pribadi ( Person-P ), dan
lingkungan sekitarnya ( milieu-E ). Jika P atau E
berubah, B pasti berubah.
Sebagai contoh dalam pembinaan kepribadian
nasional dalam tingkahlaku anak sekolah, P harus
diubah dulu dengan ceramah, dididik, diajar; atau E
diubah dengan memberi contoh melalui orang lain
bertingkahlaku yang baik, sopan berpakaian misalnya;
akan menarik anak meniru perubahan situasi yang
ada.
Bila anak-anak diindoktrinasi dan milieu sekitar
diubah sejajar dengan indoktrinasinya pastilah
tingkahlaku akan berubah ke arah yang diharapkan.
Secara prinsipiil teori medan ditujukan untuk
mengubah pribadi ( yang manifestasinya terlihat pada
B ). Untuk itu haruslah dapat mengubah medan
sosialnya dan medan psikologisnya. Dengan kata lain
kita harus menguasai medannya, sebab “kepribadian”
tidak lain daripada produk medannya. Kalau kita
dapat menguasai medannya maka kita dapat
menciptakan apa yang kita kehendaki.
Sebagai kesimpulan dalam bab ini, implikasi dari
masalah yang telah dibahas dalam “ psikopaedagogik “
in actionnya, sedangkan implikasi “sosiopaedagogis”nya dalam kehidupan masyarakat sekolah.
kita, pendidik termasuk orangtua dan orang dewasa
lainnya harus memahami individualitas anak-anak
dan kita bina melalui interaksi sosial ke arah
sosialisasi individualitas supaya terbentuk pribadi
manusia Pancasila Indonesia.
Dalam kegiatan “ paedagogis “ haruslah kita benarbenar memberikan konsepsi dan teladan yang bersifat
nasional Indonesia, atau bertolak dari kepribadian dan
kebudayaan Nasional Indonesia, sehingga anak-anak
dapat mengidentifikasikan kepada pendidiknya.
Tetapi perlu dijamin bahwa petugas pendidikannya
banar-benar berpribadi Indonesia sejati. Sebab bila
pendidik salah satunya ada yang menyeleweng, maka
penyelewengan itu akan dengan mudah meluas.
Kita harus dapat membina interaksi sosial yang sehat bagi
anak-anak di sekolah maupun di rumah. Untuk bisa
mengadakan interaksi yang sehat, kita harus dapat
mengerti individualitas dan sosialitas anak-anak, dan kita
harus dapat menciptakan iklim yang baik untuk interaksi
sosial bagi anak-anak dan seluruh warga sekolah serta
masyarakat yang lebih luas.
Untuk menciptakan
iklim interaksi kita
harus dapat menguasai
medan sosial anakanak, yang mana kita
manipulasikan menuju
medan hidup
masyarakat Pancasila
Indonesia, supaya kita
dapat membina
tingkahlaku anak-anak
ke arah pola
tingkahlaku manusia
Indonesia Baru yang
berjiwa dan berwatak
Pancasila.
BAB IV
WARISAN KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan.
Kebudayaan : Cultuur ( bahasa Belanda ), Culture
( bahasa Inggris ), dari Colere ( Latin ), yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan. Utamanya mengolah tanah atau
bertani. Berkaitan dengan itu culture berkembang
sebagai “ segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam “
dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta “ buddhayah “, bentuk jamak dari
“ buddhi ” yang berarti budi atau akal.
Budaya juga berasal dari kata majemuk “ budi daya “,
yang artinya “ daya dari budi “. Itulah yang
membedakan budaya dan kebudayaan. Budaya adalah
daya dari budi ( cipta, karsa, rasa ), sedang
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, rasa
tersebut.
Secara keseluruhan kebudayan adalah hasil usaha
manusia untuk mencukupi semua kebutuhannya.
E.B Taylor, anthropolog Inggris mendefinisikan :
“ That complex whole which includes knowledge,
bilief, art, moral, law, custom, and any other
capabilities and habits acquired by man as member of
society “.
Jadi kebudayaan bersifat kompleks, banyak seluk
beluknya, dan merupakan totalitas, merupakan
keseluruhan meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, custom,dan kapabilitas serta
kebijaksanaan yang diperoleh manusia dalam
masyarakat. Pencipta kebudayaan adalah manusia,
fokus kebudayaan adalah masyarakat.
Sutherland and Woodward mengatakan bahwa : “
Culture include anything that can be communicated
from one generation to another. The culture of a
people is their social heritage, complex whole which
include knowledge, bilief, art, morals, law techniques
of food fabrication and used and modes of
communication “. Artinya : kebudayaan dapat
dikomunikasikan dapat ditundukkan sebab
kebudayaan itu adalah “ social heritage “, warisan
sosial, bersifat totalitas yang kompleks. Definisi
Sutherland dan Woodward ini sejajar namun lebih
luas dari definisi yang diberikan oleh Taylor.
Ellwood ( 1927 ) mengatakan bahwa kebudayaan
mencakup benda material dan spiritual yang keduanya
diperoleh melalui interaksi kelompok. Juga
kebudayaan mencakup kemampuan untuk menguasai
alam dan diri sendiri.
Francis J.Brown, ahli anthropologi, pendidikan, dan
paedagogik menyatakan bahwa kebudayaan adalah
totalitas tingkah laku kelompok yang dikondisikan
oleh milieu fisik dan sosial serta alam pikiran dan
pendukung kebudayaan adalah kelompok.
Tokoh kebudayaan bangsa Indonesia ialah Dr (HC).
K.H. Dewantara. Dalam pidato promosi Doktornya di
UGM, beliau mengatakan : Kebudayaan artinya buah
budi manusia adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh yang kuat yakni alam dan
zaman ( kodrat dan masyarakat ), dalam perjuangan
terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran dalam hidup dan
penghidupan guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan, pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
Semua definisi-definisi tersebut beserta kesamaankasamaannya diwariskan kepada generasi muda
dengan jalan inkulturasi atau pendidikan.
Dalam masyarakat, kebudayaan itu
di satu sisi dipengaruhi oleh
anggota masyarakat, tetapi di lain
pihak anggota masyarakat itu
dipengaruhi oleh kebudayaan.
Orang Eropa yang beriklim dingin
harus membuat pakaian tebal.
Orang harus membuat rumah dari
kayu di daerah yang terdapat
banyak kayu dsb.
Jadi “ kebudayaan “ adalah hasil
ciptaan daripada hidup bersam
selama berabad-abad. Tiap manusia
mempunyai budaya yang berupa
gejala-gejala yang membedakannya
dengan binatang.
Sebagai contoh : kehidupan umat Islam di Jawa
Tengah dengan di Sumatera Barat berlainan, sebab
pola kehidupan mereka juga lain, dikarenakan
pengaruh kultur daerah itu.
Berikut unsur-unsur kebudayaan menurut Linton :
1. Cultur universal
: misalnya mata pencaharian,
kesenian agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan,
dsb.
2. Cultural activities
: kegiatan kebudayaan
misalnya dari mata pencaharian terdapat pertanian,
peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan,
dan sebagainya. Dalam cultural universal kesenian
terdapat misalnya seni sastra, lukis, tari, musik,
drama, film, dan sebagainya.
3.
4.
Traits complexes: bagian dari
cultural activities tadi. Misal
dari sistem pengolahan tanah,
ada bajak, garu, cangkul, sabit,
dan sebagainya.
Items
:
bagiandalam traits
kebudayaan. Dari bajak masih
terdapat bagiannya, yaitu :
mata bajak, tangkai bajak,
pasangan, kendali, dsb. Bagian
tersebut tersusun secara
hirarkis.
2. MANUSIA MAKHLUK BERKEBUDAYAAN
Istilah kebudayaan disini sebenarnya kurang tepat,
seolah-olah kebudayaan dapat ditinggalkan seperti
membuka baju. Manusia berbudaya sekaligus
menciptakan kebudayaan, dari lahir sampai
meninggal dunia, sebagian kebudayaan tetap ada,
inilah yang disebut warisan kebudayaan. Semua
manusia adalah pencipta, pendukung, dan
pengembang kebudayaan, bukan hanya sastrawan
atau seniman yang membudaya. Betapapun
kondisinya, asal ada manusia tentulah ada
kebudayaan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kebudayaan bersifat totalitas dan kompleks,
sehingga kita bisa melihat struktur di dalamnya.
Secara umum komponen-komponen kebudayaan
adalah sebagai berikut :
Alam pikiran ideologis dan religio.
Bahasa
Hubungan sosial
Hidup perekonomiannya
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Keseniannya
Politik dan pemerintahan.
Pewarisan kebudayaan atau pendidikan.
 Pola tingkah laku kelompok
Para ahli sosiologi telah sepakat menggunakan
“ folkways “ untuk menggambarkan pola tingkahlaku
kelompok, yang berarti kebiasaan harian, mores, dan
institusi. Folkways misalnya cara beri salam, dan
supervisi yang umum. Mores adalah cara
bertingkahlaku dengan nada emosi tentang sikap
benar atau salah. Institusi/lembaga adalah pola
tingkahlaku yang terikat kebutuhan atau
pertimbangan spesifik. Contohnya, keluarga. Bukan
hanya seorang suami dengan isteri dan anaknya yang
serumah, namun pola tingkah laku kelompoknya.
Misal: persaingan ( chivalry ), pertunangan,
perkawinan, tanggungjawab, kerjasama,
persahabatan, dan cinta kasih.
Di antara folkways, mores, dan institusi tidak terdapat
perbedaan yang tajam, hanya pada masyarakat
tertentu pada zaman tertentu saja. Misalnya masalah
:” dancing “. Ada masyarakat yang menolak dancing,
ada yang menganggap sebagai folkways yang
menyenangkan, yang lain memakai dalmn upacara
tertentu. Misal bangsa Indian dalam upacara agama.
Di Indonesia sebagian menganggap dancing sebagai
perusak moral anak, sementara di Amerika hal itu
lumrah saja di semua kalangan. Poligami diijinkan
untuk suatu masyarakat, sedangkan pada masyarakat
lain merupakan pelanggaran berat. Semua tergantung
kepada masyarakat dan zamannya.
 Ciri-ciri khas daripada kebudayaan
Kebudayaan itu mempunyai pertanda atau ciri-ciri
yang spesifik, khas atau karakteristik. Diantaranya :
komulatif, dinamis, divertif.
Komulatif merupakan tumpuk-tumpukan, lapisan,
atau stratifikasi. Sebabnya adalah adanya unsur lama
dan baru dalam pertumbuhan dan perkembangan
jeklasnya dalam historiografi kebudayaan.
Misal: dulu orang memakai daun-daunan untuk
menutup tubuhnya, kemudian kulit kayu, kulit
binatang, anyaman serta serat. Timbul ketrampilan
menenun dengan tangan, mesin tenun, pakaian wol,
dan dewasa ini dipakai Nylon.
Contoh konkrit yang lain, ada
baju lengan panjang/pendek,
tanpa lengan, jaket
panjang/pendek,jas
terbuka/tertutup/biasa/
panjang.
Dari masalah bahasa, komulatif
sangat jelas. Dalam
perkembangan huruf, awalnya
“ piktografi “, dimana gambar
menunjukkan obyek tertentu
ikan, orang, dsb. Tulisan China
adalah warisan dari piktografi
yang terus berkembang sampai
sekarang sebagai abjad.
Percetakan, radio, dan televisi
juga adalah komulatif dari
bahasa.
Sikap komulatif daripada kebudayaan
ditunjukkan , dulu masyarakat terpencil
berhubungan dengan lalu-lintas jalan kaki dalam
mencukupi kebutuhan sehari-hari, makanan,
pakaian, alat pertanian, dsb. Sekarang
masyarakat mempunyai spesialisasi produksi :
topi tasikmalaya, jeruk Tawangmangu dan Garut,
pisang Banyuwangi dan Banyumas, beras Birma,
tekstil amerika dan Eropa, semua bertemu di
pasar Senen Jakarta.
Stuart Chapin berpendapat : “ tipe-tipe dan polah
tingkah laku dari empat lembaga : keluarga,
negara, agama, dan industri menunjukkan
perbedaan type dan pola tingkahlaku yang
spesifik
Hidup kebudayaan laksana gelombang
mmepunyai saat-saat naik, turun, atau lenyap
secara kontinue. Seperti manusia kebudayaan juga
lahir, tumbuh berkembang, tua, akhirnya mati.
Dalam kebudayaan nampak gerak, dinamika,
sehingga menjadi maju, dinamis, progesif. Usaha
manusia dalam perjuangan hidupnya selalu
meningkat dan tambah maju. Tetapi perubahan
itu tak sama cepatnya dalam komponen
kebudayaannya. Ada yang cepat, lambat, atau tak
mau berubah sama sekali. Ada tiga sistem
perubahan secara sirkulair oleh Stuart Chapin.
Tiga sistem perubahan sirkulair itu adalah :
 Cepat
: berhubungan dengan material,
kerajinan tangan / home industri
 Lambat : berhubungan dengan non material,
lambat-sedikit demi sedikit, sekte keagamaan atau
manajerial kota.
 Serempak: pola perubahan yang fundamental
dan totalitarisme, misalnya timbul tenggelamnya
kebudayaan Yunani pada masa awal.
Menurut Moh. Ali, perubahan kebudayaan secara
sirkulair digambarkan dalam teori siklus “ Cakra
Manggilingan “, tumbuh, besar, dewasa, surut,
terus mati, demikian terus silih berganti.
Analisa historis menurut Arnold J.Toynbee
terhadap kebudayaan dunia menurut
perkembangan sebagai berikut : “ the genesies –
the growth – the break down – the desintegration
“. Jadi mulai masa timbul/lahir, terus
tumbuh/berkembang, akhirnya masa penurunan
dan hancur.
Brown mengatakan bahwa “ social lag / cultural “
merupakan suatu konsep kehidupan sosial yang
fundamental, sulit ditembus oleh kebudayaan lain
sehingga jauh tertinggal perubahannya dibanding
unsur lain. Misalnya hidup gotong royong pada
rakyat Indonesia.
Sepanjang abad manusia sering memiliki ide-ide yang
utopis, tidak boleh benci, diskriminasi ,dsb. Tetapi
nyatanya manusia tak pernah mempunyai kturunan
yang bebas dari rasa benci, atau mendiskriminir
sesuatu., dan itu terwariskan secara turun – temurun.
Overlapping daripada generasi-genarasi itu
dinamakan “ cultural inertia “ – kepuasan terhadap
sesuatu yang telah ada, takut kepada adanya
perubahan. Gandhi menolak adanya mesin tenun,
lebih suka menenun sendiri. Orang dulu takut naik
kereta api khawatir jatuh, dsb.
Hal lain yang menahan perubahan sosial ialah “ vested
interest “ individuil atau perseorangan. Takut
kehilangan pangkat, turun gengsi, dsb.
“ Vested interest “ tidak hanya bersifat finansiil tapi
juga pribadi, sosiopsikologis, misalnya takut turun
kewibawaannya. Dalam lembaga-lembaga
pemerintahan juga banyak penyakit ini yang
menghalangi kemajuan. Misalnya banyak bangsa di
dunia takut menerima satu bahasa umum sebanagi
pengantar, takut bahasa bangsanya akan musnah.
Ada tiga proses pencampuran budaya.

Difusi adalah suatu peristiwa dengan prinsip
adanya percampuran, penerimaan unsur kebudayaan
lain. Baik secara langsung kontak dengan kelompok
lain, tak langsung melalui buku, radio, film, barang,
ideologi. Atau secara “ strait superficiil “ , seperti gaya
menghias rambut.
Assimilasi adalah perpaduan antara dua unsur
kebudayaan yang merupakan satu campuran
senyawa, gejala pola tingkah laku. Misalnya
melalui perkawinan antara suku dan juga
peranakan warga lain , lahirlah generasi muda
dengan berpola assimilatif.
Akulturasi adalah suatu proses percampuran
kebudayaan asli dan asing. Pada umumnya ahliahli ilmu kebudayaan dan sosiolog spendapat,
bahwa unsur-2 kebudayaan yang lebih tinggi akan
diterima oleh kebudayaan yang lebih rendah.
( Ch. Dawson )
 Gillin dan Gillin: akulturasi mencakup proses di
mana masyarakat dari kebudayaan yang berbeda
dirombak(modified) melalui kontak karib yang
terbuka dan berkesinambungan, tetapi bukan
merupakan senyawa utuh dari dua kebudayaan.
Akulturasi adalah proses antara akomodasi dan
asimilasi.
3. HAKIKAT SOSIAL DARI PENDIDIKAN
 Pendidikan mempunyai banyak definisi,
masing-2 menunjukkan pandangan
individu dalam lapangan pengetahuannya.
 Bagi ahli Biologi, pendidikan adalah
adaptasi.
 Bagi ahli Psikologi, pendidikan sinonim
dengan belajar.
 Bagi ahli Filsafat Pendidikan, pendidikan
lebih mencerminkan aliran-2 yang dianut.
Definisi ada yang bersifat ekstrim, ada yang
bersifat konservatif.
- konservatif, memandang pendidikan sebagai
suatu proses yang bersifat melindungi diri untuk
menjaga status quo seseorang.
- Ekstrim/progresif, memandang pendidikan
sebagai upaya membantu individu dalam
melakukan suatu hal dengan lebih baik.
Brown:
Pendidikan adalah proses pengendalian secara
sadar, di mana perubahan-2 di dalam tingkah laku
dihasilkan di dalam diri orang itu melalui di dalam
kelompok.
Definisi ada yang bersifat ekstrim, ada yang
bersifat konservatif.
- konservatif, memandang pendidikan sebagai
suatu proses yang bersifat melindungi diri untuk
menjaga status quo seseorang.
- Ekstrim/progresif, memandang pendidikan
sebagai upaya membantu individu dalam
melakukan suatu hal dengan lebih baik.
Brown: pendidikan adalah proses pengendalian
secara sadar, di mana perubahan-2 di dalam
tingkah laku dihasilkan di dalam diri orang itu
melalui di dalam kelompok.
Fungsi pendidikan menurut Payne:
1. Asimilasi dari tradisi-tradisi. Proses asimilai dari
tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial.
2. Pengembangan pola-pola sosial yang baru. Jika ada
masalah baru, maka perlu dipecahkan, misal:
masalah urbanisasi, peranan wanita, dll.
3. Kreativitas yang konstruktif.
Tiga pelaku pendidikan (Brown)
Lembaga-lembaga pendidikan formal.
2. Kelompok-kelompok terorganisir.
3. Organisasi-organisasi komersial/industri.
1.
BAB V
KELOMPOK SOSIAL
Sejak individu dilahirkan di dunia, ia selalu
dilingkungi benda-benda, sekaligus dalam dunia
sosial dari organisasi/ kelompok yang masingmasing memiliki keunikan. Biasanya untuk
memasuki suatu kelompok, syarat-syarat yang harus
dipenuhi adalah:
Tunduk kepada yang lebih tua
2. Tidak boleh makan makanan tertentu
3. Tidak boleh mengganggu wanita milik orang lain
4. Harus menjaga rahasia, dan sebagainya
1.
Individu berkembang dan mempunyai dua fungsi,
yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai
makhluk sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai
individualitas hidup dalam dan dengan kelompol
sosial.
Pengertian kelompok, menurut Sherif dan Sherif
adalah unit sosial yang terdiri dari beberapa
individu sebagai anggota kelompok di mana
masing-masing mempunyai status atau peran
tertentu, dalam mana berlaku serangkaian norma
yang mengatur tingkah laku kelompok.
Dalam kontak soaial terdapat dua macam
situasi sosial, yaitu yang bersifat
momentil/sesaat/ “ togetherness “ dan yang
bersifat relatif permanen.
-
-
-
Latar belakang timbulnya kelompok sosial menurut
sudut pandang:
Antropologi dan sosial: keinginan untuk saling
mendapat perlindungan, untuk mencukupi
kebutuhan fisik, adanya kesamaan interest, dan
sebagainya.
Psikologi Sosial: adanya insting sosial, “ gregorious
instinc “ (Mc Dougall).
Giddings: adanya kesadaran atas barang pada jiwa
manusia.
Paham Fungsionalis dalam Antropologi: adanya tujuan
dan kebutuhan bersama.
Misal: kelompok berburu.
1. KLASIFIKASI KELOMPOK SOSIAL
Ada beberapa klasifikasi, antara lain yang diajukan
oleh:
 Summer: adanya ‘ in group ’ dan ‘ out group ’/ other’s
group ‘
 Cooley: dengan dasar ‘we & the group ’ membagi
kelompok sosial sebagai: primer, sekunder, dan
tersier atas dasar intimitas antar individu atau
terhadap kelompok lain
 Kelompok primer memiliki rasa ikatan terkuat dalam
relasi intragroup.
Contoh: kelompok bermain. Kimball Young
menyebutnya sebagai ‘ the congeniality group ’.
 Kelompok Sekunder memiliki hubungan yang bersifat
kausal, artinya: ada alasan tertentu yang
melatarbelakangi terbentuknya kelompok, misal:
kesamaan interest.
 Kelompok Tersier bersifat sementara/ insidental,
misal: sekelompok penumpang bis, penonton bioskop
dalam satu gedung, dan sebagainya.
3. John L. Gillin membagai kelompok atas dasar
fungsinya:
a. Kelompok persamaan darah, misal: keluarga, klan
b. Berdasarkan karakteristik jasmani atu mental,
seperti: sama jenis kelamin, sama usia, dan
sebagainya
c. Proximitas, misal: kerumunan, mobs, kelompok
teritorial
d. Berdasarkan interset kulturil, seperti: congenialitas,
ekonomi, teknologi
4. Alverdes, yang menyelidiki kelompok-kelompok
hewan ( semut ), membagi kelompok menjadi dua,
ialah: kelompok tertutup, yakni yang memiliki
ikatan kuat; dan kelompok terbuka, yakni yang
memiliki ikatan longgar.
5. Teori Mean membagi kelompok atas struktur medan,
terdiri dari:
a. Kelompok dengan struktur medan kuat, di mana tiap
individu merasa mempunyai medan sosial yang kaut
dan permanen, seperti: keluarga, partai politik, dsb.
b. Kelompok Permiabel, di mana batas medannya tipis.
Kelompok ini bersesuaian dengan kelompok tersier
veri Cooley.
2. RELASI RELASI INTERGROUP
Kasta dan kelas menentukan organisasi sosial dan
status individu dalam identifikasinya terhadap
kelompok dan dengan demikian menentukan relasi
dalam kelompok, yaitu relasi dalam kasta dan kelas,
dalam mana terdapat jarak sosial. Ada tiga jarak sosial,
ialah:
- Vertikal, yaitu adanya rasa perbedaan antara individu
dan kelompok berdasarkan status.
- Horizontal, yaitu yang berdasarkan atas sikap
intimitas atau taraf ke’ kami ’an.
- Lateral, yaitu yang terkait dengan simpati dan raa
renggang, yang berhubungan dengan kehidupan
emosi dan intelektual satu ssama lain ( Eubank ).
3. FUNGSI KELOMPOK SOSIAL
Fungsi kelompok sosial dapat bersifat individual
maupun sosial.
Fungsi individual ialah dalam taraf tertentu dapat
memanuhi kebutuhan individu.
Summer & Keller mengutarakan fungsi sosial
kelompok dalam kehidupan manusia, yang di
dalamnya tercakup: folkways, mores, dan institusi
yang merupakan fenomena masa, berlangsung terus,
berubah, yang oleh Spencer dan pengikutnya disebut
sebagai unsur pola sosial dan bersifat ‘ super organis ’,
dan kemudian di bidang psikologi sosial disebut
‘ group mind ’.
Folkways timbul tanpa disadari, sifatnya spontan dan
tidak dikoordinasikan, serta tidak rasional.
Misal, adat/budaya Jawa yang melarang anak duduk di
depan pintu pada waktu petang. Di india, orang
dilarang menyembelih lembu, dsb.
Dalam folkways tercakup mores. Mores menjadi
selubung folkways, seperti dalam hal busana, logat
bahawa, dan custom.
Sangsi mores adalah custom sosial, diberi bentuk dan
aturan etiket. Mores mengatur bagaimana hubungan
fundamental dalam keluarga, seperti: bagaimana
bentuk perkawinan, bagaimana aturan perceraian,
dsb.
4. DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
Masyarakat dan kebudayaan tumbuh dan berkembang
terus-menerus, ada gerak perubahan dan kemajuan.
Perubahan pada tingkah laku kelompok yang
dimanifestasikan dalam folkwyas, mores dan institusi
itulah yang menjadi dinamika kelompok sosial.
Sebuah kelompok selalu tunduk pada dua kekuatan
yang berlawanan, yakni:
- sentripetal, ialah yang berusaha demi kelangsungan
kelompok, menentang perubahan; dan
- sentrifugal, ialah yang bermaksud merusak kesatuan
dalam, dan menghasilkan perubahan
5. PERANAN KELUARGA TERHADAP
PERKEMBANGAN
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
dikenal anak. Interaksi antar anggota keluarga
membuat anak menyadari bahwa ia berfungsi
sebagai individu dan sebagai makhuk sosial.
Faktor yang mempengaruhi perkembangn anak:
Status sosial ekonomi keluaga
2. Faktor keutuhan keluarga
3. Sikap dan kebiasaan orang tua: otoriter atau
demokratis
1.
- Nativisme memandang bahwa manusia berkembang
menjadi seperti apa bergantung kepada
pembawaannya. Pengaruh kebudayaan/pendidikan
bukanlah faktor utama.
- Empirisme mengumpamakan bayi ketika lahir
sesbagai kertas yang masih putih bersih ( tabula rasa ).
Akan menjadi seperti apa dan bagaimana anak itu
nanti itu bergantung kepada pengaruh luar. Jadi,
pendidikan mutlak diperlukan.
- Dari pertentangan dua pandangan di atas, tercetuslah
pandangan ‘ konvergensi ’, yakni peraduan dari
keduanya. William Ster menyatakan, bahwa
pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan
oleh faktor endogen/ pembawaan dan faktor exogen/
faktor luar: alamiah dan sosiokultural
Untuk menguji hypothesis itu, Newman
membandingkan tingkat persamaan anak kembar
yang dibesarkan bersama dengan yang dipisahkan
mulai kanak. Hasilnya menunjukkan adanya
perbedaan kemampuan psikis ( kecerdasan,
kepribadian ), tetapi tidak demikian jasmaninya.
Francis Galton ( 1869 ) menyelidiki peranan
keturunan dan lingkungan dalam menentukan
kemampuan mental. Secara statistik terbukti,
bahwa kemampuan mental temurun dalam satu
garis keluarga, seperti bakat-bakat, musik, ilmu
pasti, dsb.
BAB VI
PROSES SOSIAL
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BIO-SOSIAL
Manusia dilahirkan dalam masyarakat yang memiliki
tatanan hidup dan kehidupan yang kompleks. Ia juga
membawa kekuatan kodrat atau fakto biologis, yang
menjadi milik pribadi sebagai individu.
Dua hal tersebut merupakan akibat dari dua
pendangan yang bertentangan tentang hakekat
pertumbuhan manusia: nativisme ( yang dipelopori
Schopen hauer ) dan empirisme ( yang dipelopori
John Locke ).
Carl Pearson melakukan penelitian dan
menyimpulkan, bahwa pengaruh keturunan
berkisar antara 73-80%, sedangkan
pengaruh lingkungan sekitar 17% dalam
variasi IQ.
Frank N. Freeman mendapatkan hasil yang
berbeda, bahwa ada korelasi yang lebih
tinggi antara anak-anak dan orang tua yang
tinggal dalam perumahan yang baik
daripada yang tinggal di desa.
TABEL I
PERBEDAAN IQ RATA-RATA PADA ANAK-ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMELIHARAANNYA
No
Subyek
1
Kembar Identik
2
3
Kembar biasa
Kakak beradik
4
Sembarang
Pemeliharaan
Bersama
Berbeda
Bersama
Bersama
Berbeda
Bersama
Berbeda
Perbedaan
5.9%
7.7%
8.4%
14.5%
15.5%
17.75%
17.72%
TABEL II
Perbedaan IQ yang dikaitkan dengan status subyek
dalam masyarakat
No
1
2
3
4
5
6
Status
Pegawai
Semi pegawai
Klerk, skill
Semi – skill klerk
Buruh skill
Pekerja, petani
IQ Rata-rata
116
112
107.5
105
98
96
2. INTERAKSI, DASAR PROSES SOSIAL
Proses sosial adalah cara-cara interaksi ( aksi dan
reaksi ) apabila individu dan kelompok bertemu
dan mengadakan sistem perhubungan mengenai
cara-cara hidup yang telah ada.
Proses ini dapat terjadi antara orang dengan orang,
orang dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok..
Masyarakat memiliki aspek dinamis, sehingga ada
pengaruh timbal balik atau proses dua arah, di
mana setiap individu/ kelompok menstimulir yang
lain dan mengubah tingkah laku partisipan.
3. KLASIFIKASI INTERAKSI SOSIAL
a. Yang melibatkan sejumlah orang: seorang dengan
seorang, seorang dengan grup, grup dengan grup
b. Ada tingkat-2 keintiman: primer, sekunder, dan
“ meinshaft “ serta “ gesselschaft “
c. Ada yang berproses sosial: positif ( integrasi ) atau
menyatukan dan negatif ( dissosiative process ) atau
memisahkan
Yang termasuk dalam kelompok integrasi adalah:
1. koperasi, 2. Kerjasama, dan 3. Asimilasi
Sedang yang termasuk kelompok disintegrasi adalah:
4. Konflik, dan 5. Kompetisi
Ad.1. Koperasi adalah bentuk kerjasama di mana satu
sama lain saling membantu guna mencapai tujuan
bersama. Ada tiga jenis koperasi berdasarkan
perbedaan dalam organisasi grup atau sikap grup,
ialah:
a. Kerjasama primer. Di sini grup dan individu
sungguh-2 dilebur menjadi satu. Contoh: kehidupan
keluarga.
b. Kerjasama sekunder. Ini menjadi ciri masyarakat
modern, yakni ada formalitas dan spesialisasi.
Contoh: kehidupan di kantor, pabrik, dsb.
c. Kerjasama tersier. Dalam hal ini yang menjadi dasar
kerjasama adalah konflik yang laten. Sikap masingmasing pihak murni opportunis. Contoh: hubungan
buruh dengan pimpinan.
Ad.2. Konsensus, yakni kesepakatan, baik
yang diucapkan maupun tidak, di atas mana
syarat-syarat kerjasama itu berdiri.
Contoh: Aliansi Internasional.
Ad.3. asimilasi. Yakni proses di mana
berbagai kebudayaan melebur menjadi
homogen. Mayor Polak mendeskripsikannya
sbb: Asimilasi adalah proses dua
kebudayaan yang berbeda, lama kelamaan
berkembang sehingga menjadi sejarah.
Misal: Kebudayaan Arab dengan
Kebudayaan Indonesia.
Ad.4. Konflik
Konflik adalah usaha yang dengan sngaja menentang,
melawan, atau memeksa kehendak orang lain.
Dipandang dari musababnya, konflik ada dua macam,
yakni:
- “ Corporate conflict “, yaitu yang terjadi antara grup
dengan grup dalam satu masyarakat.
- “ Personnal conflict “, yaitu yang terjadi antar individu
dengan inividu.
Ad.5. Kompetisi.
Kompetisi ada hubungannya dengan konflik, tetapi
diatur oleh norma/moral.
Contoh: perihal melamar pekerjaan.
BAB VII
NILAI-NILAI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN
MASYARAKAT
Banyak pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan Pembangunan Masyarakat, antara lain:
1. Pembangunan menuju taraf hidup yang lebih
baik.
2. Sarana untuk mencapai kemajuan.
3. Merangsang dan membantu masyarakat untuk
maju dengan usaha dan inisiatif individual.
Ada juga pendapat-2 lain, tetapi apa arti semua
itu untuk membangun masyarakat?
Tidak baik mempertimbangkan solidaritas sosial
hanya dalam hubungan” local community “. Masalah
pembangunan masyarakat harus dipelajari dalam
hubungan dengan daerah teritorial yang lebih luas.
2. Praktek hal itu, berarti bahwa pembangunan
masyarakat setempat hanya dapat dinilai atau
dilaksanakan dalam hubungan dengan kebutuhan
untuk menciptakan masyarakat yang lebih cepat,
dalam mana masyarakat-masyarakat kecil itu
termasuk.
1.
Sumber solidaritas sosial diketemukan dalam dua
hal, yaitu: persamaan nilai dan persamaan
kepentingan! Hakekat masyarakat terletak pada
baiknya hubungan antar sesama yang diterima secara
umum dalam mengerjakan tiap tujuan.
Jelaskan secara komprehensif:
1. Arti Sosiologi Pendidikan!
2. Kerancuan antara education sociology dan
sosiology of education, lalu apa
kesimpulannya?
3. Pendekatan Individu, sosial, dan interaktif,
4. Sugesti, Imitasi, identifikasi, simpati;
berikan contoh studi kasusnya!
5. Jelaskan secara komprehensif teori medan
dan berikan studi kasusnya!