mu`jizat - irsyadbki

Download Report

Transcript mu`jizat - irsyadbki

NILAI DAN ASPEK
KEMU’JIZATAN
AL-QUR’AN
KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
 DEFENISI.
Secara etimologi: mu’jizat berarti melemahkan
atau menjadikan tidak mampu.
Secara terminologi: mu’jizat adalah suatu
peristiwa luar biasa yang dialami oleh seorang
nabi, yang mengandung tantangan bagi yang
meragukan kenabiannya, dan tantangan itu
gagal dilayani.
Kriterianya: 1) bersifat luar biasa, 2) ada unsur
melemahkan, 3) dialami oleh seorang nabi, 4)
menjadi bukti kenabian, 5) mengandung
tantangan, 6) tantangan itu gagal dilayani.
TUJUAN DAN FUNGSI MU’JIZAT
A.
B.
Membuktikan kebenaran seorang nabi,
bagi mereka yang meragukannya. Setiap
nabi yang di utus oleh Allah, hampir selalu
diikuti oleh mu’jizat. Namun tidak
semuanya ada informasi yang menjelaskan
tentang mu’jizat tersebut. Yang ada
informasinya seperti nabi Nuh, Soleh,
Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
Menambah keyakinan atau keimanan bagi
mereka yang sudah menerima kebenaran
seorang nabi.
MACAM-MACAM MU’JIZAT
A.
B.
Mu’jizat Material, yaitu mu’jizat yang bersifat
indrawi dan temporal. Disebut indrawi karena
selalu berkaitan dengan hal-hal yang dapat
dicerna oleh indra manusia, seperti mata, telinga,
kulit, mulut, dan lainnya. Disebut temporal
karena hanya berlaku untuk umat masing-masing
nabi tersebut.
Mu’jizat Immaterial, yaitu mu’jizat yang bersifat
rasional dan universal. Disebut rasional karena
yang yang digugah adalah intelektual manusia.
Disebut universal karena berlaku untuk semua
umat manusia.
KONSEP AS-SHARFAH
Secara bahasa as-sharfah artinya memalingkan.
 Secara istilah artinya Allah telah memalingkan
manusia (orang musyrik) dari usaha untuk membuat
sesuatu seperti Al-Qur’an. Jika Allah tidak
memalingkannya, maka pasti manusia akan mampu
membuat seperti al-Qur’an.
 Cara Allah memalingkan ada dua, yakni: 1) dengan
cara mencabut semangat mereka (orang musyrik). 2)
dengan mencabut pengetahuan mereka. Jadi jika
semangat dan pengetahuan mereka tidak dicabut,
pasti mereka bisa membuat seperti al-Qur’an.

BENTUK TANTANG AL-QUR’AN
Untuk membantah konsep as-Sharfah, al-Qur’an
datang dengan beberapa ayat yang menantang
orang-orang musyrik Mekah untuk membuat buku
seperti al-Qur’an. Tantangan al-Qur’an datang
dalam tiga tahap: 1) QS. Thur: 34, menantang
mereka dengan redaksi: falya’tu bihadisin mislihi”,
2) QS. Hud: 13, menantang orang musyrik Mekah
untuk membuat sepuluh surat saja, 3) QS. alBaqarah: 23, yang menantang mereka untuk
membuat satu surat saja seperti al-Qur’an. Ternyata
memang tidak ada manusia yang bisa menulis
sepertial-Qur’an.
ASPEK-ASPEK KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
1. Aspek kebahasaan.
- banyak aspek kebahasaan yang merupakan mu’jizat
bagi al-Qur’an. Salah satu contoh yang berkaitan
dengan ketelitian redaksi, seperti dalam kalimat
basmalah.
- Kalimat “bismillahirrahmanirrahim” setelah
dihitung ternyata berjumlah sebanyak 19 huruf.
Angka 19 ini menjadi istimewa jika dikaitkan
dengan jumlah kata-kata dalam basmalah.
- kata “ism” berjumlah 19 kali dalam al-Qur’an,
- kata “Allah” berjumlah 2698 kali ( = 142 x 19),
- kata “rahman” berjumlah 57 kali ( = 3 x 19),
- kata “rahim” berjumlah 114 ( = 6 x 19).
2. Aspek isyarat ilmiah, yaitu ayat-ayat yang
Menjelaskan tentang segala sesuatu yang berkaitan
isyarat-isyarat keilmuan, seperti yang terdapat
dalam surat al-Furqan ayat 53, yang menjelaskan
tentang pertemuan dua laut. Dalam ayat itu
dijelaskan bahwa “Allah membiarkan dua laut
berdampingan, satu airnya tawar satu lagi airnya
asin, tapi keduanya tidak bercampur”. Setelah
dilakukan penelitian oleh ilmuan belakangan,
ditemukan bahwa memang ada laut yang seperti itu
yaitu pertemuan antara laut Merah dan laut Aden
di perairan Timur Tengah.
3. Aspek berita gaib, yaitu ayat-ayat yang memuat
informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang
belum pernah diketahui oleh manusia sebelumnya,
baik informasi yang lalu atau akan datang.
Informasi yang berkaitan dengan masa lalu seperti
berita tentang diselamatkannya jasad Fir’aun oleh
Allah (terdapat surat Yunus ayat 92). Dalam ayat
itu dijelaskan bahwa “setelah Fir’aun tenggelam
beserta pasukannya, Allah mengatakan bahwa jasad
nya akan diselamatkan supaya jadi pelajaran bagi
manusia berikutnya”. Hal ini baru diketahui sekitar
abad ke 19 oleh peneliti di Mesia bahwa Mumi yang
berada di Wadi al-Muluk itu adalah jasad Fir’aun.