bab i. pendkrom2.1

Download Report

Transcript bab i. pendkrom2.1

Oleh Sumarno
1
KROMATOGRAFIPENDAHULUAN
chromos (zat warna dan
graphos (gambar)
seorang botanis dari Rusia Tswett
2
Sebagai alat pemisah
Pemisahan
Dalam zat padat
Pemisahan
Dalam zat cair
3
PEMISAHAN YANG TERJADI
 1. Antara padat
dan cair:
Bahan cair
Fase gerak
(Mobile phase)
Bahan Padat
(Stationair phase)
Fase diam
4
fase
gerak
fase diam
5
dua
fase
yang
tidak
tercam
pur
selalu dalam
satu sistem
yang
bercampur
Sifat kimia fisika
Senyawa polar
As. Benzoat
Senyawa nonpolar
-COOH
Larut
Na-Benzoat
-COONa
Kloroform
6
Air
Hukum distribusi
Kadar senyawa yang larut dalam pelarut organik
Kadar senyawa yang larut dalam pelarut air
Berapi kali pengocokan agar asam
Benzoat tersari dalam kloforom secara
Sempurna (Kelarutan 1:10)
7
PERBANDINGAN
METODE
PEMISAHAN
PERBANDINGAN METODE PEMISAHAN
METODE PEMISAHAN
RBANDINGAN METODEPERBANDINGAN
PEMISAHAN
 Gambar.
Gambar pemisahan
ambar pemisahan
1
Gambar pemisahan
1
1
1
1
1
8
8
Corong pemisah
Kromatografi
Distilasi bertingkat
Agar
senyawa dalam suatu campuran dapat terpisah,
walaupun perbedaan sifat kimia dan fisika antara komponen
dalam campuran hanya sedikit berbeda, dapat diusahakan
dengan beberapa cara, dengan dasar
1.Dasar distribusi suatu senyawa (solut atau linrut),
diantara kedua fase adalah hasil keseimbangan tenaga antara
molekul linarut dan molekul masing-masing fase.
Distribusi tersebut merupakan gambaran kekuatan tarikan
atau penolakan molekul atau ion yang bersaing terhadap fase
yang bersangkutan.
2.Tenaga tersebut karena sifatnya yang polar sehingga
menimbulkan momen dipol secara tetap atau hanya memberi
imbas, atau mereka terbagi karena ikatan London, atau
kekuatan dispersi.



9
 3.Pada kromatografi penukar ion tenaga molekul linarut
umumnya karena sifat ionik, tetapi dapat juga sifat polaritas
dan nonpolaritasnya.
 Sifat polaritas nisbi pelarut dinyatakan dalam bilangan
dielektrika (tetapan dielektrika). Tenaga potensial
masing-masing molekul yang terpisah pada kolom
kromatografi karena adanya gaya gravitasi,
 4.Sedangkan pemisahan yang terjadi dengan distilasi fraksi
karena perbedaan tekanan uap masing-masing senyawa,
karena titik didih yang berbeda.
 Maka terdapat beberapa tipe atau mekanisme pemisahan
akan dibahas tersendiri dalam paragraf berikutnnya.
10
B.PEMBAGIAN KROMATOGRAFI

Dalam bab ini kromatografi yang dibicarakan dibedakan
menjadi kelompok yang berdasar atas:
1. Menurut proses pemisahannya dibedakan menjadi:
a. Kromatografi adsorbsi
b. Kromatografi partisi
c. Kromatografi pasangan ion
d. Kromatografi penukar ion
e. Kromatografi eksklusif
f. Kromatografi afinitas,
11
Pembagian berdasar alat
2.Menurut alat yang digunakan terdiri dari 3 alat yang
selalu dapat di kembangkan perleng kapannya ialah:
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat juga dikenal
dengan thin layer chromatography (TLC). Dan
kromatografi Kertas
b. Kromatografi Gas, jenis kromatografi kolom yang
menggunakan fase gerak gas.(GC)
c.Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT, dan
berasal dari terjemahan High Perfomance Liquid
Chromatograpfay atau HPLC. Kromatografi ini
termasuk kromatografi kolom yang fese geraknya
berupa cairan dan dialirkan
berdasar kekuatan dari
tekanan yang diberikan.
12
Menurut Willard et at, (1989), pembagian
kromatografi dapat dibuat bagan sebagai
berikut:
Gas Cir
GLC
13
Gas
padat
GSC
Keterngan
: GLC = Gas Liquid Chromatography
GSC = Gas Solid Chromatography
IEC = Ion Exchange Chromatography
EC=Eclusive Chromatography
LLC=Liquid-Liquid Chromatography
LSC= Liquid-Solid Chromatography
BPC = Bonded Phase Chromatography
PIC - Pair Ions Chromatography
14
 Pembagian diatas berdasar jenis fase, ialah cair dan gas,
sedangkan dalam pembagaian kedua seperti penukar ion
dan eklusif serta pasangan ion hanya mengetengahkan
salah satu fase diam,
 Memang Willard menerangkan bahwa kedua kromatografi
penukar ion dan eklusif merupakan kromatografi yang
berdasar pada interakasi antara linarut dan fase diam.
 Seperti pembagian kromatografi atas dasar pemisahaan,
scbenamya kromatografi dibedakan menjadi 2 ialah:
adsorbsi, dan partisi yang dapat terjadi baik dalam
kromatografi gas maupun kromatografi cair.
15
Kromatografi eksklusif merupakan kroma tografi
yang pemisahannya atas dasar ukuran molekul
linarut, utamanya pada molekul yang besar, sehingga
dinamakan pula kromatografi filtrasi.
 Pada kromatografi filtrasi dapat pula terjadi pada
kromatogarfi gas tetapi dengan ukuran molekul yang
kecil disebut moleculer shiever
 Sehingga terdapat teori pemisahan dalam
kromatografi
 Teori tersebut perlu dibahas terpisah sesuai dengan
topik dan aplikasinya.

16
C.TEORI PEMISAHAN
Seperti telah dijelaskan bahwa kromatografi adalah
alat pemisahan campuran senyawa kimia, karena itu
perlu diketahui teori dan mekanisme dari berbagai
pemisahan.
1. Pemisahan Adsorpsi
Peristiwa adsorpsi oleh fase diam terhadap fase gerak dan
linarut selalu terjadi kompetitif
Kemampuan fase diam mengadsorpsi keduanya sangat
tergantung pada topografi gugus aktif yang terdapat pada
masing -masing komponen.
Fase diam dari silica yang mempunyai gugas hidoksil dari
silanol (Si-OH) dapat terjadi interaksi dengan gugus pada
linarut maupun pada fase gerak.
17
 Peristiwa adsorbsi umumnya terjadi pada kromatografi padat cair
(liquid solid chromatography, atau LSC, terjadi pada KLT).
 Dapat pula terjadi pada Gas solid chromatography atau
Kromatografi gas (KG) yang berinteraksi antara fase diam dan
linarutnya.
 Fase gerak pada kromatografi gas, tidak mempunyai gugus aktif
yang dapat berinteraksi dengan fase diam. Rumus kompetitif itu
sebagai berikut:
18
Xm + nSads

Xads + nSm(1.1)
Xm dan Xads adalah linarut dalam fase gerak (m) dan
fase diam (ads), sedangkan Sm dan Sads adalah fase gerak
yang mengalami adsorpsi.
Berdasar persamaan tersebut tempat linarut pada fase
diam dapat digantikan oleh fase gerak atau sebaliknya.
Bila senyawa X mempunyai ikatan yang kuat terhadap
penjerap (ads), maka X akan lama tertambat pada ads.
Pada keadaan seimbang dirumuskan sebagai berikut:

(XAds)(Sm)n
KD = 
(2.1)
(Xm)(Sads)n
19
Rumus Distribusi
 Rumus 2 dapat disederhanakan menjadi:
 KD =CS/CM
(3.1)
CS menyatakan kadar linarut dalam fase diam (stationair
phase), dan CM kadar linarut dalam fase gerak (mobile
phase).
 Persamaan diatas menunjukkan bahwa linarut X lebih banyak
berinteraksi dengan fase diam karena indeknya lebih kecil dan
jumlah dalam masing-masing fase juga sangat kecil.
Dengan pedoman tersebut bcrarti kadar linarut dalam fase
diam selalu lebih kecil dari kadar linarut dalam fase gerak.
20
Faktor yang berpengruh padaAdsorpsi
seperti
Dalam kromatografi selalu menggunakan pedoman umum
ini, sehingga harga K selalu lebih kecil dari 1, Tetapi
D
mungkin dapat terjadi yang sebaliknya.
Dasar tersebut yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
Adsorpsi linarut oleh fase diam sangat tergan-tung pada:
a. Struktur kimia linarut atau adanya gugus aktif yang ada
b. Ukuran partikel fase diam, makin kecil ukuran partikel fase
diam makin luas permukaannya sehingga kontak dengan linarut
makin luas.
c. Kelarutan linarut dalam fase gerak, makin mudah larut
linarut dalam fase gerak, linarut makin mudah lepas dari fase
diam.




21
Interaksi Fase Diam dan Analit
 d. Kemampuan interaksi (isotermik) yang terjadi antara
fasediam dan fase gerak.
Contoh interaksi antara beberapa senyawa aromatik (analit )
dengan silica(fase diam)
22


23
Ikatan hidrogen yang terbentuk dari para dihidroksi
benzen paling kuat karena jarak gugus OH sama
dengan jarak SiOH.
 Bentuk ikatan tersebut menunjukka n bahwa para
dihidroksi benzen membentuk ikatan pada ke dua sisi
dengan silanol.
 Hal tersebut juga terjadi pada gugus yang lain seperti
nitro, amina, karena gugus yang terdapat pada senyawa
tersebut sebagai pemberi atau penerima elekron
maupun proton ( atom N, 0, P dan S) maka
kejadiannya dapat dilihat pada gambar slide 25.
 Puncak hasil analisis dengan HPLC atau bercak yang
terjadi pada analisis dengan KLT untuk dihidroksi
benzen sangat berbeda dengan yang lain.

24
Contoh
 Puncak dan bercak.
Campuran sebelum elusi
25
Keterangan
 Puncak pada KCKT p-dihidroksi benzen paling lama
tertahan dalam kolom dengan fase diam silica gel.
Karena iktannya paling kuat.
 Bercak pada KLT p-dihidroksi benzin paling pendek
migrasinya, karena ikatan dengan fase diam silica
paling kuat.
Makin dekat gugus hidroksil, ialah meta dihidroksi dan o
– dihidroksi benzen paling mudah terelusi oleh
pelarut, tetap ikatan adsorbsinya dengan silika makin
lemah,
26
Penggolongan tipe adsorbsi isotermik
 Peristiwa adsorbsi isotermik dapat digolongkan dalam
beberapa tipe.
a.Tipe konkap, terjadi bila mula-mula linarut tidak kuat
interaksinya. tetapi kemudian menjadi lebih kuat sehingga
terikat lama pada fase diam. berarti K < 1
 b. Tipe normal (linier), ikatan yang terjadi pada sctiap saat
panggah atau tetap. Sehingga berupa
garis lurus dan K = 1.
 c. Tipe konvek, adsorpsi mula-mula terikat dengan kuat oleh
fese diam, tetapi makin lama makin lemah sehingga bentuk
kurvanya menjadi konvek atau harga K>1
 Puncak berckor

Tipe a dan b tersebut yang sering menyebabkan terjadinya
pelebaran puncak lihat gambar 3.2
27
Cntoh gambar adsorbsi isotermik
Gambar:
28
a. Jenis fase diam
 Fase diam untuk kromatografi adsorbsi yang paling
banyak digunakan adalah silica gel, hampir semua bahan
kimia dapat dipisahkan secara kromatografi menggunakan
fase diam silica gel.
 Partikel fase diam mempunyai bentuk dan ukuran
yang berbeda. Ukuran makin kecil akan makin
memperluas pcrmukaan fase diam, dan memperluas
pula gugus aktif dan fase diam yang aktif berhubungan
dengan linarut
 Bentuk dengan pori yang dalam, bila pori tersebut
sangat banyak akan menaikkan harga K, yang jauh
lebih besar dari 1 dan menimbulkan garis kurva adsorbsi
isotermik yang konkaf
29
 Makin dangkal pori yang ada, makin efisien untuk
pemisahan.dan kromatografi model sekarang digunakan
yang paling efisien.
 Dianjurkan untuk memilih fase diam dengan pedoman
sebagai berikut:
 1).Fase diam yang bentuk pelikuler (pori yang dalam) akan
menurunkan efisiensi, tetapi menaikkan kapasitasnya.
 2). Bentuk pelikuler tak berporus umumnya dibuat packing
dengan cara kering

30
 3/. Bentuk mikroporus, dikepak secara basah (adonan
atau slurry, permukaan jadi luas menambah harga K
4/. Bila pemisahan antara linarut sukar. sebaiknya
menggunakan mikroporus, karena efisiensinya makin tinggi,
luas permukaan partikel makin besar, sehingga kontak
dengan linarut makin banyak (K menjadi besar).
Kejadian tersebut akan menaikkan sifat selektivitas fase
diam terhadap linarut, dan kapasitas fase diam akan menjadi
lebih besar.
tR1
tR2
tm
02
Waktu
4
6
8
tambat
10
daiam
memt
Gambar 4. 1 Dua puncak dari senyawa alkena yang isomer
sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih tR2 dengan tR1,
kedua puncak akan makin jelas pemisahannya. Kejadian sepertt itu
adalah tujuan utama untuk pemisahan sekaligus analisis yang
menggunakan kromatografi,
31
Perbedaan porositas
 Porositas merupakan rasio antara volume total fase diam
dengan volume kolom. Untuk pengepakan yang rapat
porositas antara 0,35 - 0,45, sedang porositas yang kurang
rapat antara 0,70 - 0,90.
 Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong dalam
kolom akan makin besar sebingga akan menurunkan
kapasitas dan efisiensi.
 Tetapi pada kolom kapiler terutama pada kromatografi gas
cair, harga porositas tidak ada, karena fase diam menempel
pada dinding kapiler bagiao dalam.

32
Rumus porositas = 
 Kecepatan rata-rata rase gerak dalam kolom dapat dinyatakan
dengan yang merupakan kecepatan linier, yang harganya
dirumuskan:

Vt (Voltotal)

 =
(6.1)

V d (Vol. fase diam)

Volume fase diam= L/tm
(7.1)
 Gambar 4 menunjukkan beberapa parameter, tm waktu yang
diperlukan fase gerak

33
Tabel I.I Beberapa nama adsorben/penjerap dan
ukurannya (Johson dan Stevenson 1979)
Tipe
Nama
Ukuran(nm) Sifat
Luas m 2 g
Silica
Pellosil
37-50
Asam- 1-7dan 111
aktif
Corasil
37-44
lemah
HS-4
(HS dan HC
HC-8
Perrisorb A
30-40
14,12,
Vydac
30-44
Alumin Pellumina
a
HS dan HC
Pellidon
LainPerrisorb PA
lain
Diatomeae
Lempung
Celite
34
37-44
Basa
lemah
45
30-44
non
polar
HS-4 &
HC-8
1
0,5
Keterangan

Dalam memilih fase diam, yang perlu diperhatikan
kepentingan dan jenis fase diam serta asal fase diam yang
digunakan.
Corasil misalnya ukuran partikelnya sangat jauh
rcntangannya sehingga luas permukaan persatuan berat
juga bervariasi, dan akan menurunkan selektivitas dan
kapasitas.
Floresil yang jarang digunakan karena asam kuat,
digunakan bila bahan lain tidak mampu memisahkan
senyawa yang dikehendaki.
 Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi atau
tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan kadar linarut
dalam fase diam dibanding dengan kadar linarut dalam fase
gerak).
35
2. Partisi
 Pemisahan cara partisi sangat erat kaitannya dengan
kelarutan senyawa ke dalam pelarut.
 Dalam kromatografi didasarkan pada kelarutan linarut
dalam fase diam maupun fase cair, maka terdapat istilah
koefisien partisi, yang peristiwanya akan mengembang
menjadi koefisen distribusi yang umumnnya berlaku
pada kromatografi.
 Koefisien
partisi dapat dinyatakan sebagai
perbandingan kadar(kelarutan) linarut dalam
fase diam dengan kadar(kelarutan) linarut dalam
fase gerak.
36
 Sedangkan secara umum adalah perbandingan kelarutan
senyawa dalam oktanol diban-ding kelarutannya dalam air,
(lihat rumus 10.1)
 Sifat linarut dalam kromatografi dapat digambarkan
dalam berbagai cara, pada kromatografi kolom dikenal
dengan volume tambat atauVR.
 VR (sesuai dengan jumlah volume fase gerak yang
digunakan untuk membawa satu linarut keluar dari
kolom).
 Tetapi bila dinyatakan dengan tR (waktu tambat)
menyatakan waktu yang diperlukan fase gerak membawa
linarut keluar dari kolom.
Kolom
37
KLT
 Sedangkan waktu yang diperlukan untuk membawa linarut
bergerak dari satu titik ke titik yang lain dalam KLT atau
elektroforese disebut Rf.
 Satuan ini merupakan perbandingan jarak yang ditempuh
linarut dengan jarak yang ditempuh pelarut (fase
gerak) dalam waktu yang sama
Jarak migrasi sampel
 Rf = 
Jarak migrasi pelarut
 Pada kromatografi partisi, terdapat bilangan partisi atau
tetapan partisi dengan inial k' (perbandingan kadar linarut
dalam fase diam dibanding dengan kadar linarut dalam fase
gerak).
 Rumusnya adalah: seperti k’= CsVs/ (CmVm)
38
Teori pemisahan
 Pemisahan yang terjadi dalam sistem selalu mengalami
keseimbangan yang dinamis, baik pemisahan tersebut karena
peristiwa adsorbsi partisi, penukaran ion, permiasi, maupun
cara afinitas.
39
 Sifat
a. Retensi (Tambat)
tambat suatu linarut menggambarkan jenis
distribusi linarut diantara fase gerak dan fase diam.
 Slide 35 menunjukkan pemisahan dua senyawa dihidroksi
benzen.
 Volume dari fase gerak yang diperlukan untuk membawa
linarut dari permulaan sampai akir elusi (sampai pada
detektor, untuk kromatografi gas dan kromatografi cair)
lewat fase diam baik dalam kolom atau lempeng tipis
dinamakan volume tambat.
 Retensi ini dinyatakan sebagai VR (volume tambat) atau tR
(waktu tambat), kedua istilah itu berlaku untuk
kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT).

40
Contoh:
41
 Sedangkan Rf (=retenstion faktor atau rasio waktu
tambat dari pelarut dan linarut), juga disebut
retardation factor yang umumnnya digunakn untuk
KLT dan kromatografi kertas:
 Maka dalam kromatografi kolom dirumuskan sebagai
berikut :

VR = tR.Ft
(4.1)
 Ft - kecepatan alir rase gerak tiap satuan waktu dan Ft
dapat dihitung atas dasar:

(dc)2
L Vcol(tot)
 Ft=—— X(tot)X ——= ————
(5.1)

4
tm
tm
 d = garis tengah kolom dalam keadaan kosong
( =
porositas, L/tm = kecepatan rata-rata
 L = panjang kolom.V= volume kolom seluruhnya
42
 Arti porositas
43
Porositas merupakan rasio antara volume total fase diam
dengan volume kolom.
Untuk pengepakan yang rapat porositas antara 0,35 0,45, sedang porositas yang kurang rapat antara 0,70 0,90.
Makin besar harga rasio tersebut tempat kosong dalam
kolom akan makin besar sehingga akan menurunkan
kapasitas dan efisiensi.
Tetapi pada kolom kapiler terutama pada kromatografi
gas cair, harga porositas tidak ada, karena fase diam
menempel pada dinding kapiler bagian dalam.
44
 Kecepatan rata-rata fase gerak dalam kolom dapat
dinyatakan sama dengan
dirumuskan:
Vt (Voltotal)
 =
V d (Vol. fase diam)
kecepatan linier,yang harganya
(6.1)
µ=L/tm
(7.1)
 Gambar slide 32 menunjukkan beberapa parameter, tm
waktu yang diperlukan fase gerak untuk keluar dari
kolom.
 Sedangkan tR1 dan tR2 menyatakan waktu yang diperlukan
sampel 1 dan 2 untuk melewati kolom. Makin besar selisih
tR2 dengan tR2 , kedua puncak akan makin jelas
pemisahannya.

45
 Kejadian seperti itu adalah tujuan utama untuk pemisahan
sekaligus analisis yang menggunakan kromatografi,
 Pelarut atau fase gerak yang tidak ditahan oleh fase diam
dan dinyatakan dengan waktu tm , pada waktu itu tidak ada
linarut yang telah terdusi sehingga Vm = Vo, harga ini
disebut juga dead space ruang mati yang tak berfungsi,
maka bila dihitung harga sesungguhnya:VR -Vo -VR 'atau
tR=tm-tR (8.1)
 Dalam kromatografi lapis tipis parameter seperti tersebut
tidak diketemukan,
sehingga hanya berlaku bagi
kromatograti gas, kromatografi kolom, dan KCKT
46
Pada kromatografi gas fase gerak yang berupa gas harus
dinyatakan tekanan dan suhunya, karena kenyataannya
kecepatan alir gas pada pennulaan kolom atau inlet lebih
besar dari kecepatan pada akir kolom atau outlet.
Maka dari itu kecepatan tersebut secara bertahap
mengalami penurunan yang digunakan faktor: sebagai
koreksi:
3{(Pt/P0 )2 -1}
j =  (9-1)
2{(Pt/P0)3-l}
 P, adalah tekanan pada suhu t atau inlet pada kolom, dan
P0 tckanan pada suhu (kamar), atau outlet.
47
b. Tetapan Partisi
 Bila linarut dimasukkan dalam sistem kroma tografi,
maka linarut akan segera menebar kebagian-bagian fase
diam maupun fase gerak.
 Pada saat fase gerak berhenti. linarut akan terbagi
kedalam dua fase yang mempunyai perbandingan
tertentu, bandingkan dengan slide 2a dan 2b yang
besamya diberi istilah tetapan partisi termodinamik,
dengan rumus:

K = Cs /Cm
(10.1)
 Cs merupakan kadar linarut dalam fase diam dan Cm
kadar linarut dalam fase gerak. Harga ini akan tergantung
kekuatan interaksi antara linarut dengan fase diam dan
linarut dengan fase gerak
48
. Untuk puncak yang semitris maka linarut akan terbagi




49
secara teratur ke dalam VR, atau terelusi dan sebagian
tersisa dalam fase diam karena itu dirumuskan:
Cm = VfflCm + VsCs
Atau:
(11.1)
VR = Vm Cm / Cm + Vs.Cs/ Cm menjadi
VR = Vm + K.Vs atauVR-Vm=KVs (12.1)
Dalam persamaan ini terlihat bahwa volume retensi (VR)
sangat bergantung pada ruang kosong (Vm), tetapan
partisi (K), dan kemampuan fase diam melarutkan
linarut (Vs).
Bila persamaan tersebut diterapkan pada peristiwa
adsorbsi misalnya maka Vs dapat diganti As
 3. Rasio Partisi
 Istilah diatas lebih dikenal dengan nama kapsitas atau k1,
50
bilangan ini menyatakan kuantitas rasio kemam puan
fase menampung linarut yang sangat penting dalam
kromatografi kolom
 Sesuai dengan definisi maka harga tersebut merupa kan
perbandingan jumlah molekul linarut dalam fase
diam dengan jumlah molekul linarut dalam fase
gerak, yang dirumuskan:
 k' = (Cs Vs)/(CmVin)
(13.1)
 Simbul perbandingan volume V/Vm dinyatakan dengan ,
sehingga

k’=K/
(14.1)
Bila suatu linarut tidak mengalami tambatan (penahanan
dalam fase diam maka tak ada tambahan waktu, dan
k'=0, karena itu k' dapat pula dirumuskan sebagi berikut:
k’=(tR-tm)/tm
(15.1)
k’= tR/ tm – tm/tm
tR/tm = k’ +1 atau tR = tm(k’ +1)
atau: tR = L/u(l+k') lihat rumus 7 (16.1)
Rumus 11 menjadi jelas bahwa waktu tambat sangat erat
kaitannya dengan kecepatan gerak elusi (), panjang
kolom (L), dan kapasitas fese k’.
51
 4. Tambat Relatif (Snyder & KirkJand, 1979)
 Tambat relatif merupakan rasio tambat antara dua linarut
yang berbeda setelah dielusi atau dapat dinyatakan dalam
beberapa paramter:

k’2 K2
vr.2
t'R.2

=  =  =  = 
(17.1)

k'1 Kt
VR1
tR-1
 Makin besar harga  akan makin besar selisih waktu
tambat linarut 2 - (dikurangi) waktu tambat linarut 1.
 Berarti kedua puncak linarut tcrsebut dapat terpisah dengan
baik (Slide 2). Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan
fase membedakan linarut 1 dan linarut 2.
52
Maka dikenal sebagai harga selektivitasnya fase. Atau 
Selektivitas ini merupakan faktor yang berpengaruh pada daya pisah
romatografi.
 Keadaan tersebut menggambarkan kemampuan fase
membedakan linarut 1 dan linarut 2.
53
5. Efisiensi Kolom
Efisiensi kolom sangat dipengruhi oleh berbagai
faktor, terutama koefisien distribusi yang ajek dan tidak
dipengaruhi oleh kadar linarut,
Dengan demikian hasil elusi bila digambarkan dalam kurva
akan didapat puncak yang semitris ( gambar 5a).
Karena elusi fase gerak terhadap linarut pada mulanya hanya
sedikit membawa linarut, yang makin lama makin besar
setelah mencapai maksimun akan turun lagi sampai fase
gerak bebas linarut.
 Bentuk puncak tergantung akan hubungan linarut dan
fase gerak, kalau linarut mudah terbawa fase gerak maka
didapat puncak yang ramping.
54
Sebaliknya bila linarut lebih banyak terikat oleh fase
diam akan didapat puncak yang melebar. Pola tersebut
(gambar 5) adalah puncak yang normal.
 Pada gambar 5a garis yang ditarik dari puncak sampai
memotong dasar pada titik 0, kekanan sampai angka +3,
sama besarnya kekiri sampai angka -3, mempunyai harga
sama atau semitris.
Bandingkan dengan gambar 5b. Dari data parameter
tersebut
dapat
didiskusikan
berbagai
hal.
Seperti Efisiensi Kolom, lempeng teoritis,puncak
semitris dan tidak semitris,(pelebaran puncak) dengan
segala faktornya.
55
Lanjutan Efisiensi Kolom
 a. Jumlah lempeng dan tinggi lempeng teoritis
Dalam kromatografi, ciri yang penting adalah
efisinsinya yang dapat dihitung tetapi tanpa
dimensi.
Parameter tersebut dinamakan lempeng efektif atau
effective plates number atau - Neff
Bilangan tersebut menyatakan: jumlah peristiwa
partisi yang dialami oleh linarut pada setiap saat
yang dibawa fase gerak dari masuknya linarut
atau inlet, sampai keluar kolom atau outlet.
Jumlah lempeng efektif tersebut dirumuskan sebagai
berikut:
56
L= panjang kolom, H= (HETP), atau High Efficiency
Theoritical Plates, tR, waktu retensi.
= lebar alas dari puncak, ( menit atau detik)
Karena lebar dasar Wb, sama dengan 4  (gambar 2),
maka rumus 18 menjadi
Pengukuran lebar puncak pada setengah tinggi
setengah tinggi bagi puncak yang tidak semetris
mengalami kesulitan.
57
pada
akan
Pelebaran puncak
 Sebab sering terjadinya ekor atau tailing dan puncak
pendahulu yang dinamakan leading atau fronting, akan sulit
menggunakan garis dasarnya.
 Tinggi lempeng yang dinyatakan dengan H sebenarnya dari
istilah high efficiency of theoritical plates = HETP.
 Harganya selalu lebih kecil dari pada 1, karena sebenarnya
merupakan panjang kolom L dibagi dengan Jumlah
lempeng teoritis
H = L/Neff
(20.1)
58
59