Promosi dan Kampanye Dialog Sosial di Indonesia

Download Report

Transcript Promosi dan Kampanye Dialog Sosial di Indonesia

Disampaikan oleh : Sjaiful DP
PRA KATA
1.
2.
3.
Pancasila butir 4 telah menegaskan bahwa prinsip
Musyawarah untuk mufakat adalah suatu hikmat
kebijaksanaan dalam pemusyawaratan dan
perwakilan.
Dalam ketentuan, prinsip musyawarah dan atau
perundingan banyak disarankan bahkan
diwajibkan.
Dialog Sosial sebagai perwujudan prinsip
musyawarah, sukar diatur secara rinci, satu dan
lain hal akan juga dipengaruhi oleh masa,
perkembangan ilmu dan technologi yang begitu
cepat yang mampu merubah pola pikir seseorang.
Dari padanya hukum tak tertulis, adat kebiasaan
kadang diabaikan.
TUJUAN DIALOG SOSIAL
1.
2.
3.
Memecahkan dan atau mengembangkan
masalah yang dihadapi guna perbaikan,
baik untuk hari ini maupun kedepan.
Dalam Dialog Sosial prinsip ”kalahmenang” harus dihilangkan ”menangmenang” hendaknya menjadi sasaran.
Dialog Sosial yang baik akan melahirkan
”industrial democracy” dan ”industrial
peace”.
BEBERAPA HAMBATAN
1.
2.
3.
4.
Sikap para pihak yang ingin mencari jalan
pintas.
Ke-engganan pengusaha, yang masih
beranggapan bahwa mengatur diperusahaan
adalah hak prerogative
perusahaan/management.
Pekerja yang lebih berorientasi jangka pendek
disebabkan adanya kebutuhan mendesak.
Peraturan perundang-undangan dirasakan
belum berpihak pada pekerja, peraturan dapat
bermulti tafsir dilain sisi pengawasan tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
PERSIAPAN BERDIALOG SOSIAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Serikat Pekerja harus menguasai peraturan
perundang-undangan.
Serikat Pekerja hendaknya mengusai paling tidak
mengetahui inti-inti dari production management.
Serikat Pekerja mampu melihat kecenderungan
ekonomi kedepan.
Serikat Pekerja siap mengadakan SWOT analysis,
sehingga tahu bagaimana berdialog sosial
dilakukan.
Serikat Pekerja siap selalu mengikuti alur berpikir
untuk memecahkan persoalan (What, Who, Why,
Where, When dan How – 5WIH).
Pemerintah harus tidak bosan mendorong semua
pihak untuk memberdayakan dialog social yang
dari padanya akan lahir corporate culture yang
baru.
MEMBUDAYAKAN DIALOG SOSIAL
Berdiskusi secara rasional, obyektif dan
tetap pada substansi yang menjadi pokok
pembicaraan.
2. Mulai pembicaraan dari titik yang sama.
Jangan memulai dari perbedaan.
3. Berdiskusilah dengan struktur pola pikir
yang jelas.
4. Ciptakan suasana tenang dan aman, jangan
meledak-ledak.
5. Ciptakan suasana agar pihak yang lain
memberikan apresiasinya pada Serikat
Pekerja.
1.
LANJUTAN
6.
7.
8.
Dorong pengusaha menyelenggarakan program
peningkatan mutu melalui ”quality circle”.
Programkan bersama pengusaha ”pelatihan” terkait
persoalan yang dihadapi bersama. Bila perlu
melibatkan pihak pemerintah, assosiasi pengusaha
dan perangkat Serikat Pekerja.
Pemerintah sendiri hendaknya turut mendukung
aktif pelaksanaan Dialog Sosial yang bermutu.
Jakarta, 24 Oktober 2011

