PAKAN SUMBER PROTEIN

Download Report

Transcript PAKAN SUMBER PROTEIN

Pakan kelas 5: kelas ini mengikusertakan bahan
yang mengandung protein kasar 20% atau
lebih dari bahan berasal dari hewan(termasuk
bahan yg disilase), bungkil, gluten dll
Sumber pakan protein:
 Nabati
 Hewani

a.
b.
c.

Hasil ikutan setelah zat makanan (selain protein)
dikeluarkan/ekstraksi dari biji-bijian serelia atau
biji-biji leguminosa  protein tinggi .
Hasil ikutan ekstraksi minyak  Bungkilbungkilan (Bungkil kedelai, bungkil kelapa, dll)
Diambil pati dari jagung  Corn gluten meal
(CGM)
Yg diambil sari patinya  Ampas (Ampas Tahu,
ampas kecap)
Kacang-kacangan (leguminosa)



a.
b.
c.

Hasil ikutan ekstraksi minyak dari daging
kelapa (kopra)
Banyak didaerah tropis
Faktor pembatas :
ketidak seimbangan asam amino defisien asam
amino lisin dan histidin
Serat kasar cukup tinggi 12%  ternak
monogastrik perlu dibatasi
lignin
Untuk unggas dan babi ≤ 20%
Komposisi
A
B
Bahan kering (%)
89,9
89,9
Protein kasar
18,5
20,9
BETN
37,3
46,2
Serat Kasar
14,4
10,5
Lemak
12,4
5,8
Abu
6,4
6,5
Ca
0,08
0,16
P
0,52
0,55



a.
b.
c.
Hasil ikutan minyak kacang tanah
Kadar protein 45 – 55%
Kualitas dipengaruhi :
Pengolahan
Materi yang sedang diolah (ikut tidaknya kulit)
Pemalsuan


a.
b.
Ketidak seimbangan asam amino  defisien
asam amino lisin
Media yang baik untuk jamur yang tidak
diinginkan  Aspergillus flavus 
racun aflatoksin B dan G
Aflatoksin B1  Racun karsinogenik

a.
b.
c.


Pada babi Menyebabkan
Kulit pucat
Nafsu makan hilang
Meningkatnya enzim alkalinfosfatase dlm
serum mereduksi vit A dlm hati hati pucat
Pada ayam 400 ppb dlm ransum  belum
menunjukkan dampak negatif
800 – 1600 ppb  menyebabkan hati ruksak
Nutrien
Jabar
Jateng
Jatim
Bahan kering
88,74
90,84
88,04
Protein Kasar
26,07
40,34
40,96
Serat kasar
4,44
12,01
5,86
Lema Kasar
6,62
12,26
14,52
BETN
45,82
19,49
22,84
Abu
5,80
6,83
3,48
Ca
0,11
0,18
0,13
P
0,40
0,56
0,58





a.
b.



Kadar proteinnya berkisar antara 43 – 51%
Hasil ikutan dari pembuatan minyak kedelai
Bungkilnya masih mengandung minyak sekitar 1%
Rendah kandungan vit B1
Secara garis besar pembuatannya ada 2 macam :
Secara mekanis dengan tekanan  hidraulik maupun
ekspeler
Secara kimiawi  bahan pelarut lemak
Kulit nya dapat dibuang /tidak
PK secara kimiawi > secara mekanis
Pembuangan kulit PK lebih tinggi SK rendah
Keseimbanagn Asam amino cukup baik (kecuali
metionin)
Allergenic, Goitrogenic dan faktor antikoagulant
 Antinutrisi  protease inhibitor (6 jenis)
Kunitz anti-trypsin factor dan Brown-Birk
Chymotrypsin inhibitor protease inhibitor pada
kacang kedelai mentah/ bungkil kedelai yg
diproses tanpa pemanasan  penghambat
pencernaan protein, hyperactivitas pancreas,
penghancur metionin
 Penghambat dapat dinonaktifkan
pemanasan/penyangraian
 Penyaringan tak terkontrol overheating 
ketersediaan lisin dan arginin berkurang

Nutrien
Mekanis
Kimiawi
Kimiawi Tanpa
kulit
Bahan Kering (%)
90,0
89,0
89,8
Protein (%)
43,8
45,8
50,9
Lemak (%)
4,7
0,9
0,8
Serat Kasar (%)
6,0
6,0
2,8
BETN
29,8
30,5
29,7
Abu
5,7
5,8
5,6
Ca
0,27
0,30
-
P
0,63
0,59
-




Biji karet mempunyai kulit biji keras berwarna
coklat
Berat biji karet 3 – 5 g/biji
Biji karet mengandung sianida (± 300 mg/100g
biji karet
Sianida dpt dihilangkan direndam selama 24
jam dan direbus selama ½ jam



Hasil ikutan pembuatan minyak karet
Tekanan hidraulik 40% minyak, 50% bungkil
dan 6% bahan hilang
Penggunaa bungkil biji karet 0 – 20% pada
ayam petelur cenderung memperlihatkan
penurunan meskipun tidak nyata
Nutrien
BKM1
BKD1
BBK1
BKK2
BKD2
BBK2
Air (%)
3,6
-
5,7
7,00
6,45
9,04
PK (%)
27,0
-
34,3
17,25
16,07
20,09
LK (%)
32,3
-
14,3
42,23
37,90
33,07
SK (%)
-
-
-
5,67
6,13
4,43
BETN
(%)
-
-
-
24,40
21,39
28,06
2,4
-
3,0
3,37
2,06
5,31
Abu
Sianida
330
8,9
3,44
(mg/g)
1. Balai penelitian Gizi Bogor, BKM = Biji Karet Mentah, BKD = Biji karet
Dimasak dan dikeringkan, BBK = Bungkil Biji Karet,
2. Darmayanti (1973), BKK = Biji karet Kering, BKD = Biji Karet Direndam
dan dikeringkan, BBK =Bungkil Biji Karetr



a.
b.



By product pembuatan minyak biji kapas
Protein 41 – 50% (Biji kapas PK 26 %, lemak 25%)
Kadar zat makana dipengaruhi oleh :
Konsentrasi kulit biji kapas
Cara prosesing  menggunakan pelarut (Kimiawi)
dan Mekanis (Ekspeller, screw pressure)
Racun dan antinutrisi  polifenol, gossipol bebas
atau terikat
Gosiipol bebas paling beracun
B biji kapas kaya gossipol  ± 0,517%
400 mg gossipol bebas /kg makanan menimbulkan
gejala keracunan dalam 6 – 8 minggu
 Gejala keracunan :
Anorexia, Dyspnea, Hidrotorax, Degenerasi hati,
hipetropi dan dilatasi jantung

Detoksi racun gossippol
a.
Preparat Fe  gossipol tidak larut
b.
Kalsium hidroksida

Pengolahan  pemanasan saat dipress diekstraksi
memecahkan resin dari gossipol  keluar
bersama minyak  gossipol berkurang

Nutrien
I
II
III
IV
BK (%)
94,0
92,5
91,5
92,5
Abu (%)
6,2
6,2
6,2
6,2
SK (%)
12,0
12,0
12,0
8,5
LK (%)
4,3
1,4
2,0
1,2
BETN
30,4
31,9
30,3
26,6
PK (%)
41,0
41,0
41,0
50,0
Ca (%)
0,16
0,16
0,16
0,16
P (%)
1,20
1,20
1,20
1,01

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Kandungan Nutrien
Air 9,98 -11,2%
PK 26,99 – 28,66%
LK 5,25 – 9,48%
SK 23,75 – 28,76%
BETN 21,10 – 22,51%
Abu 5,98 – 6,35%
Ca 0,36 -0,42%
P 0,58 -0,78




a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Hasil ikutan dari pabrik tahu
Jumlah ampas tahu yang dihasilkan 25 – 67% dgn
rataan 39,02%
Kandunga air tinggi sekitar 88,96%
Kandungan nutrien :
BK 11,04%,
Abu 11,04%,
Protein 26,81%,
Lemak 3,25%,
SK, 7,79%
BETN 43,93%
Ca 0,47%
P 0,18%




a.
Hasil ikutan dari pembuatan kecap
Ampas kecap 59,7% dari bahan baku kedelai
Protein berkisar 21 – 43%
Kandungan nutrien
Air
DDGS adalah produk sampingan dari industri
ethanol.
DDGS sendiri diambil dari singkatan Dried Distillers
grains with soluble,
 produk ini didapatkan dari proses pembuatan
ethanol, yang hanya menggunakan sari pati jagung dan
sorgum biji – bijian, sedangkan nutrisi yang tersisa
seperti serat, protein, dan minyak, merupakan produk
sampingan bernutrisi tinggi yang digunakan untuk
memproduksi pakan ternak





Bahan kering, % 88,90
Protein kasar, %a 30,20
Lemak, % 10,90
Serat, % 8,80
Abu, % 5,80







Tepung ikan
Tepung daging dan tulang (MBM)
Tepung daging
Tepung bulu yang telah dihidrolisis (PM)
Tepung limbah unggas (PBM)
Tepung darah (BM)
Susu Skim





Kandungan level asam amino lisin, metionin
dan treonin sedang sampai tinggi
Bila diproses dengan benar, asam amino yang
tersedia cukup tinggi
Merupakan sumber yang kaya akan fosfor,
kalsium dan mineral mikro
Kadar vitamin B-kompleks yang lebih tinggi
Vitamin B12 terdapat pada pangan asal hewani







Produksi tepung ikan tertinggi Peru, kemudian
Chili
Dalam ransum sebagian besar dari jenis
anchovetta dari Peru dan Chili
Tepung ikan menhaden sejenis teri dihasilkan di
daerah “Gulf of Mexico” dan pantai Atlantik
Sumber protein yang cukup baik untuk unggas
Kandungan asam amino yang menonjol arginin,
glisin, leusin, isoleusin, lisin dan valin
Protein 57 % - 70%
Kualitas tepung ikan bervariasi trgantung pada
kondisi pengolahan di Pabrik
Nutrien
PK (%)
Anch Hering Menha Red
ovetta
den
Fish
Sardine Tuna
White
Fish
65,0
70,0
60,0
57,0
65,0
62,0
63,0
Lemak (%)
4,0
7,0
8,0
8,0
4,0
7,0
2,0
SK (%)
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
1,0
-
12,0
20,0
26,0
19,0
20,0
22,0
Ca (%)
4,0
3,0
5,0
7,7
4,5
4,0
6,5
P (%)
2,6
2,0
3,0
3,8
2,4
2,5
3,5
Abu (%)





Residue protein sesudah proses ekstraksi
kandungan air dan lemak pada proses
rendering
Tidak termasuk darah ,rambut, kuku, tanduk,
dan feses
Warna kuning emas sampai kecoklatan berbau
daging segar
Sumber asam amino formulasi ransum unggas,
babi.
Tahun 1997, FDA melarang pakan protein
ruminansia untuk ternak ruminansia
Nutrien
Kandungan (%)
Protein
50%
Lemak
10%
Serat (Maksimum)
3%
Kalsium (Maksimum)
2,2 kali fosfor
Fosfor (Minimum)
4%
Kandungan air (maksimum)
10%
Resdiu yang tdk dicerna pepsin
(maksimum)
14%







Sisa protein padat dari hasil rendering
Tidak mengandung darah, tulang atau benda
lainnya
Warna kuning emas kecoklatan
Bau khas daging segar
Prosesing berpengaruh terhadap kecernaan
asam amino
Sumber protein untuk ternak unggas,, babi
Daging dari ternak ruminansia tidak boleh
diberikan pada ternak ruminansia
Nutrien
Kandungan (%)
Protein
55%
Lemak
10%
Serat (Maksimum)
3%
Kalsium (Maksimum)
2,2 kali fosfor
Fosfor (Minimum)
4%
Kandungan air (maksimum)
10%
Resdiu yang tdk dicerna pepsin
(maksimum)
14%








Produk dari limbah peternakan hasil pemotongan ayam
Potensi sebagai pakan sumber protein karena kandungan
protein bulu ayam sangat tinggi yaitu sebesar 80 -85% .
Defisien metionin dan lisin, kandungan isoluesin yang
cukup baik
Umur 3 minggu adalah sekitar 4 % berat tubuhnya, 7 persen
pada umur ≥4 minggu
Bulu ayam tersebut tersusun dalam bentuk keratin
Keratin merupakan protein serat (fibours protein) sistin
lebih dari 15 persen,
Tidak berarti jika tidak diproses terlebih dahulu.
Pengolahan dihidrolisis  Pemasakan bertekanan, asam,
basa, ferementasi,
Nutrien
Kandungan
Protein
80 %
Lemak
5%
Serat (maksimum)
4%
Abu
4%
Fosfor
0,75 %
Kandungan Air (maksimum)
10 %
Kecernaan pepsin (minimum)
75 %





Bahan dasar dari darah segar dari RPH
Air dipisahkan melalui pengeluaran air, diikuti
oleh pengeringan (flash drying/spray drying)
Spray drying metode yg menghasilkan
kecernaan tinggi
Kecernaan lisin pengeringan ring<pengeringan
flash<pengeringan spray
Kandungan protein 80 – 85%

Darah sapi akan diperoleh 7.7% darah segar
dari bobot badan, domba dan kambing 6.2%
dari bobot badan dan babi 3.5% darah segar
dari bobot badan (Siagian, 1994).
Nutrien
Protein
Lemak (min – mak)
Kandungan
85%
0,5 – 2,0 %
Serat (maksimum
2%
Abu
5%
Kandungan Air (maksimum)
10 %
Total Lisin
6%
Ketersediaan Lisin
80 – 90%





Disebut Susu Bawah
Air susu yang diambil lemaknya
Untuk anak-anak ternak yg masih menyusui
atau beberapa saat setelah disapih
Untuk menyempurnakan ransum dari
kekurangan zat makanan misalnya asam-asam
amino esensial
Produk cair, tepung atau kental )





Susu lengkap dikurangi protein susu (pada
pembuatan keju atau kasein
Protein yang tinggal sekitar 0,9%
Bentuk cair, kental dan kering (tepung)
Kaya akan laktosa, 65% dalam produk kering
Dalam bentuk kering kadar protein ± 13,1%
(dari pembuatan keju), 13,5% (dari pembuatan
kasein)