SINETRON-DAN-KITA

Download Report

Transcript SINETRON-DAN-KITA

SINETRON DAN KITA
Aprinus Salam
Pusat Studi Kebudayaan UGM



Sinetron (sinema elektronik) adalah tayangan
atau tontonan-hiburan berupa cerita audio visual
yang ditayangkan di televisi.
Mungkin sebagian dari kita merupakan penonton
sinetron dan banyak menyita/mengambil waktu
kita.
Menurut riset SRI (Survei Riset Indonesia)
masyarakat Indonesia merupakan penonton
televisi paling banyak dan paling lama, bahkan
dibandingkan di negara ASEAN.


Sinetron, seperti karya “seni” lainnya,
pada umumnya dibuat berdasarkan
realitas, kemudian di-”fiktif”kan.
Sangat mungkin sinetron, dan karya “seni”
lainnya, bisa membentuk realitas. Dalam
arti membentuk persepsi, kesadaran, dan
menjadi “referensi” tertentu dalam hidup
kita.


Sinetron terutama dibuat berdasarkan
pertimbangan pasar, pertimbangan
komersial. Komersialitas menjadi tujuan
utama.
Memang, karya seni yang lain
mempertimbangkan komersialitas, tetapi
aspek komersialitas bukan tujuan utama.


Karena tujuan utama sinetron adalah
komersialitas, maka sinetron di”fiktif”kan
sedemikian rupa sehingga menjadi
tontonan yang sangat menghibur,
menyenangkan, menegangkan, membuat
penasaran.
Banyak cerita dalam sinetron itu seperti
nyata, tapi tidak nyata. Dalam jangka
waktu yang lama londisi ini bisa
berbahaya.


Sinetron mempermainkan ambang batas
nyata dan tidak nyata.
Contoh:


banyak cerita sinetron yang memperlihatkan
hidup glamor itu menyenangkan dan
membahagiakan, dan harus diraih dengan
berbagai cara. (Banyak yang bilang sinetron
itu cuma menjual mimpi).
Penuh gosip, intrik-intrik, kasak-kusuk, dsb.




Di sinilah letak bahaya sinetron.
Sangat sedikit, untuk mengatakan tidak ada dari
sinetron yang bisa diambil sebagai satu
pengetahuan atau ketrampilan hidup.
Bagi para penonton yang sadar bahwa sinetron
itu hanya tontonan, tidak masalah. Mereka bisa
membuat jarak.
Bagi yang tidak bisa membuat jarak, tidak
jarang sinetron seolah bagian, dan seperti hidup
kita. Bahkan kita seperti hidup di dalamnya.



Jika ini yang terjadi, maka sinetron secara
lembut dan halus telah membentuk persepsi
dan kesadaran kita tentang kehidupan.
Maka bisa jadi kualitas hidup kita tidak lebih
seperti dalam sinetron. Kita hidup dalam
sebuah ilusi yang dikonstruksi oleh sinetron.
Mengharapkan banyak peristiwa kebetulan.
Padahal hidup bukan kebetulan-kebetulan.



Yang paling berbahaya adalah bahwa akan
terjadi apa yang disebut maladjustment,
yakni berkurangnya kemampuan masyarakat
berhadapan (beradaptasi) dengan realitas
kehidupan yang sesungguhnya.
Sinetron akan mengurangi kemampuan kita
untuk berempati dan bersimpati terhadap
realitas sosial yang sesungguhnya.
Sinetron juga bisa membuat kita salah nilai
terhadap kehidupan.



Selain itu, jika masyarakat Indonesia rata-rata
melihat televisi 3 jam per hari (menurut SRI),
maka kita telah membuang waktu produktif
lebih kurang 1/6 dari waktu jaga kita, jika waktu
jaganya 18 jam.
Itu artinya, jika orang Indonesia rata-rata
berumur 60 tahun, maka orang Indonesia
melihat televisi sekitar 10 tahun.
10 tahun duduk di depan televisi, dan tidak
melakukan apa-apa.
Kesimpulan dan Saran



Perlu hati-hati dan membuat jarak dalam
menikmati sinetron.Banyak acara lain yang lebih
menarik dan penting untuk dinikmati.
Perlu mengambil peran untuk memberi
pemahaman bahaya sinetron.
Tindakan yang cukup ekstrim yang bisa diambil;
membuat gerakan budaya, atau gerakan moral
membentuk MASYRAKAT ANTI SINETRON