Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit 6 Pertemuan 7

Download Report

Transcript Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit 6 Pertemuan 7

PROGRAM STUDI DIII
REKAM MEDIS & INFORMASI KESEHATAN
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
Mata kuliah
Klasifikasi , Kodifikasi Penyakit dan Masalah Terkait
KKPMT - 5
5 SKS
Semester 5
certain other consequences of
external causes
AND
MORTALITY CAUSE
Penentuan penyebab dasar
kematian
Dengan tabel bantu MMDS
( Medical Mortality Data Sheet )
KEMATIAN (DEATH)
• Mati adalah berhentinya secara permanen semua fungsi vital
tubuh = akhirnya suatu kehidupan.
• Indikator klasik mati adalah: berhentinya secara permanen fungsi
jantung, dan paru. Pada banyak kasus ini menjadi patokan dokter
mendiagnosis suatu kematian pasiennya.
• Alternatif lain : Kematian otak (brain death) yang didefinisikan
sebagai berhentinya semua fungsi seluruh otak yang ireversibel
termasuk batang otaknya.
• Jadi Seseorang dinyatakan meninggal secara legal apabila sirkulasi
darah dan fungsi paru sudah berhenti irreversible atau bila kriteria
brain death terpenuhi.
• Diagnosis kematian dalam batasan normal adalah
bila individu terkait :
– tidak dalam pertolongan ventilator,
– pernapasan spontannya sudah berhenti,
– detak jantung berhenti, dan
– pupil mata melebar tidak bereaksi terhadap cahaya.
4
• Kriteria legal didasarkan penentuan adanya fungsi otak yang berhenti
ireversibel.
• Panduan menyebut bahwa harus ada bukti jelas dari kerusakan ireversibel
otak;
– koma dalam persisten;
– tidak ada pernapasan apabila pasien terkait dilepas dari ventilator ;
– fungsi otak absen (reaksi pupil terhadap cahaya, mengkerut terhadap
ransangan sakit,dan gerak voluntir mata pada rangsangan/rabaan)
• EEG yang menandakan tidak adanya aktivitas listrik otak besar sebagai bukti
bahwa sudah terjadi kematian otak.
• Sudden Death (Kematian mendadak)
Sering terjadi pada bayi (s/d usia 1 tahun). Meninggal tanpa ada gejala
sebelumnya = SIDS (Sudden infant death syndrome) atau crib death.
Penyebabnya tidak diketahui, walau teorinya banyak.
Sudden death pada dewasa juga umumnya terjadi pada: injury, brain
hemorrhage myocardial infarction, dan pneumonia
Jarang, namun juga bisa akibat:anafilatik shok , asthma, bunuh diri
Kasus-2 sudden death harus dilapor ke forensik untuk penentuan
5
perlunya otopsi.
• Manusia disebut mati bila ;berhentinya sistim Cardiovaskular,
sistim pernafasan dan yang utama sistim saraf pusat secara
permanen / ireversibel
• Mati suri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
penurunan proses vital sedemikian rupa sampai ketaraf
minimal untuk kehidupan sehingga secara klinis menyerupai
orang mati , dengan pertolongan yang tepat dan pada saat
yang tepat maka dapat hidup kembali ( reversibel )
• Keadaan mati suri dapat ditemukan pada ;
– Kegagalan jantung akut
– Terkena listrik atau petir
– Kedinginan , tenggelam
– Anestesi dalam
• Dalam keragu – raguan pasien masih hidup atau sudah mati
maka harus dianggap masih hidup sebelum ditentukan mati ,
berarti harus diberi pertolongan.
PERBEDAAN
MATI SOMATIS / KLINIS
MATI SURI
Resusitasi , CVS
(-)
(+)
Waktu
setelah 2 jam timbul lebam mayat
Dapat hidup kembali
Segmentasi vaskular
retina
Bila lebam mayat tidak ada
curiga mati suri
Perubahan pada kematian mempunyai 2 stadium ;
1. Somatik death / clinical death / systemic
• Berhentinya pernafasan
• Berhentinya denyut jantung dan peredaran darah
• Fungsi SSP berhenti : refleks cornea (-) ,refleks pupil (-)
2. Cellular death
• Setelah kematian somatis beberapa organ tubuh masih hidup sendirisendiri dimana beberapa organ mempunyai waktu kematian berbedabeda -> hal ini memungkinkan dilakukannya pencangkokan beberapa
organ tertentu . Organ SSP 4 detik , Cornea 6 jam , Otot jantung 6-8 jam
• Contoh yang menggambarkan cellular death dimana seseorang sudah
somatik death 3-4 jam sebelumnya ; bila otot dirangsang listrik akan
berkontraksi , cornea dirangsang atropin menjadi midriasi s , hal ini
merupakan kerja langsung otot dan bukan SSP
SEBAB – SEBAB KEMATIAN
• Pada mati normal lebam mayat berwarna merah kebiruan
• Lebam mayat lengkap setelah 8-12 jam dan menghilang
bersamaan dengan proses pembusukan.
• Keracunan :
– Cyanida , Co , Suhu dingin ; merah terang ( cherry red) oleh
karena disosiasi oxy Hb terganggu
– Nitrit : coklat oleh karena hemoglobin yang tinggi
– Anilin : biru
– Asfiksia : warna merah gelap
• Perdarahan hebat
• Congestive heart failure
URUTAN DIAGNOSIS PENYEBAB
KEMATIAN
• Penyebab langsung
• Penyebab antara
• Penyebab dasar
Sebab kematian
• Cause of Death
•
Penyebab langsung : Adalah semua penyakit, kondisi morbid
atau cedera serta keadaan akibat kecelakaan yang langsung
menyebabkan atau turut serta menyebabkan kematian
• Penyebab antara ; bila lebih dari 2 sebab terekam , -> harus
dilakukan seleksi sesuai aturan berdasarkan konsep “ sebab yang
mendasari kematian” ( Underlying cause of death)
• Penyebab dasar : adalah Sebab yang mendasari kematian ( Un
der lying Cause of Death ) , adalah :
– Penyakit atau cedera yang menimbulkan rangkaian peristiwa
morbid yang secara langsung menyebabkan kematian
– Keadaan ( akibat ) kecelakaan atau kekerasan yang
menghasilkan cedera fatal
• Penyebab dasar kematian merupakan suatu
penyakit/kondisi yang merupakan awal
dimulainya rangkaian perjalanan penyakit
menuju kematian, atau keadaan kecelakaan
atau kekerasan yang menyebabkan cedera dan
berakibat dengan kematian
• penyebab dasar kematian merupakan suatu
kondisi, kejadian atau keadaan yang tanpa
penyebab dasar tersebut pasien tidak akan
meninggal
MENGGUNAKAN TABEL BANTU MMDS
• Untuk membantu menentukan diagnosis
penyebab dasar kematian
• MMDS ; Medical Mortality Data Sheet ;
Lembar data kematian medis
• the medical certificate of cause of death
(MCCD), sertifikat medis penyebab kematian
MEMBUAT SERTIFIKAT KEMATIAN
SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU
Format sertifikat internasional sebab kematian yang telah
direkomendasi WHA (World Health Assembly) mempunyai 2
bagian :
Bagian I : Digunakan untuk penyakit yang berhubungan
dengan urutan kejadian yang mengarah langsung ke kematian
Bagian II : Digunakan untuk kondisi yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kejadiaan yang menyebabkan
kematian, tetapi menunjang kematian
KODE MORTALITAS
(Penyebab Kematian)
• World Health Assembly XX tahun 1967
mendefinisikan Penyebab kematian adalah :
• penyakit, keadaan sakit atau cedera yang dapat
menimbulkan kematian dan
• kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan
cedera yang mematikan.
KONSEP UNDERLYING COUSE OF
DEATH
• Underlying cause of death (sebab kematian
utama) adalah penyakit atau cedera yang menim
bulkan serangkaian kejadian yang berakhir
dengan kematian atau kecelakaan atau
kekerasan yang menimbulkan cedera yang
mematikan.
Tujuan Mengumpulkan Data Mortalitas
adalah untuk mengetahui:


Penyakit Penyebab kematian menurut ICD-10
secara nasional dan menurut kawasan.
Angka kematian kasar dan angka kematian
menurut kelompok umur
Manfaat Statistik Penyebab Kematian

Tren dan diferensial penyakit

Perencanaan program intervensi

Monitoring

Evaluasi program

Penelitian epidemiologi

Penelitian biomedis dan sosiomedis Perencana
kesehatan, Administrator, medis profesional
Data Statistik kematian vs kesakitan
KEMATIAN
KESAKITAN
Satu kali seumur
hidup
Berkali-kali seumur hidup
Kejadian final
Bukan kejadian final
Hanya 1 perhitungan utk setiap
individu
Lebih dari 1 perhitungan untuk
setiap individu
Informasi tentang paparan
kesehatan masa lampau
Informasi tentang paparan
kesehatan saat ini
IDENTIFIKASI KONDISI PENCETUS URUTAN
KEJADIAN PENYEBAB KEMATIAN
• Mencatat perkiraan interval (menit, jam,
minggu, bulan atau tahun) antara onset setiap
kondisi dan kematian akan membantu dalam
menegakkan rangkaian kejadian yang
menyebabkan kematian
• dan juga berguna sebagai petunjuk bagi
pemberi kode untuk memilih kode yang tepat.
SERTIFIKAT KEMATIAN
• Sertifikat Kematian terdiri dari 2 bagian :
1.Penyakit yang berhubungan dengan rangkaian
kejadian yang langsung menyebabkan
kematian.
2.Penyakit penting lainnya yang membantu
menimbulkan kematian, tetapi tidak ada
hubungannya dengan penyakit yang
menimbulkan kematian.
INTERPRETASI ISIAN ( ENTRY)
SERTIFIKAT KEMATIAN
– Melihat format sertifikat medis penyebab kematian yang telah
direkomendasikan oleh WHO.
– Dalam format ini, terdapat dua bagian penting dalam sertifikat
medis penyebab kematian, yaitu:
• Bagian I –> digunakan untuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
urutan dari kejadian langsung menuju kematian
• Bagian II –> digunakan untuk kondisi yang tidak berkaitan dengan
Bagian I tetapi secara alamiah berkontribusi terhadap kematian
– Penyebab langsung kematian dituliskan pada baris pertama [ (a) ]
– Penyebab antara dituliskan pada baris yang terletak antara baris
pertama dan baris terbawah dari baris yang digunakan [ (b) dan
(c) ]
– Penyebab dasar kematian dituliskan pada baris terbawah dari
baris yang digunakan [ (d) ]
• Penting untuk mencatat urutan kejadian penyakit
menuju kematian dan mencari / menganalisa penyebab
semula dari urutan tersebut.
• Urutan kejadian penyakit kematian yang tepat akan
memudahkan petugas dalam melakukan reseleksi guna
menentukan penyebab dasar kematian.
• Jika dalam suatu sertifikat hanya dilaporkan satu
penyebab kematian yang dilaporkan, maka penyebab
tersebut adalah Underlying Cause Of Death (UCOD) dan
digunakan untuk tabulasi.
• Jika lebih dari satu penyebab kematian yang dilapor kan,
maka langkah pertama yang digunakan untuk memilih
penyebab dasar kematian adalah dengan menentukan
penyebab awal yang tepat yang mendahuluinya pada
baris terbawah di Bagian I dari sertifikat dengan
menerapkan Prinsip Umum atau Rule I, 2 dan 3.
SERTIFIKAT KEMATIAN PERINATAL
• Sertifikat penyebab kematian perinatal yang terpisah harus
dilengkapi dengan urutan sbb:
– Penyakit utama atau kondisi janin atau bayi
– Penyakit lain atau kondisi janin atau bayi
– Penyakit maternal utama/kondisi ibu yang mempengaruhi janin
/bayi
– Penyakit maternal lain/ kondisi ibu yang mempengaruhi janin / bayi
– Penyakit atau keadaan lain yang ada kaitannya.
Untuk analisa yang menyeluruh diperlukan data dari ibu dan bayi.
• Data Ibu :
– Tanggal lahir
– Jumlah kehamilan sebelumnya : lahir hidup, lahir mati, abortus
– Tanggal dan hasil dari kehamilan sebelumnya : lahir hidup, lahir
mati, abortus
– Kehamilan saat ini, meliputi :

Hari pertama dari saat menstruasi terakhir (perkiraan hamil
dalam minggu)

Perawatan antenatal (dua kali atau lebih)

Persalinan normal spontan vertex/lain (sebutkan)
• Data Anak :
– Berat badan lahir dalam gram
– Jenis kelamin
– Lahir tunggal/kembar pertama/kembar kedua / persalinan multiple
yang lain
– Jika lahir mati, kapan kejadiannya : sebelum persalinan / selama
persalinan / tidak tahu
• Variabel lain :
– Penolong persalinan khusus, seperti dokter / bidan / personalia yang
terlatih lain (sebutkan)/lain-lain (sebutkan).
Sertifikat mempunyai 5 bagian
• bagian (a) dan (b) diisi penyakit atau kondisi janin atau bayi,
– yang penting pada (a) -> mempunyai kontribusi terbesar terhadap
kematian janin atau bayi.dan yang lain pada (b) bila ada.
– Cara kematian seperti heart failure, asphyxia atau anoxia tidak
dimasuk kan pada bagian (a) kecuali hanya pada janin atau bayi yang
tidak diketahui kondisinya, begitu juga halnya untuk prematuritas.
• Pada bagian (c) dan (d) diisi semua penyakit atau kondisi ibu yang
mempunyai pengaruh terburuk pada janin atau bayi.
• bagian (e) adalah kejadian lain yang berhubungan dengan kematian
tetapi tidak dapat menggambarkan suatu penyakit atau kondisi bayi
atau ibu, misalnya persalinan tanpa kehadiran penolong.
Contoh 1 :
Riwayat seorang wanita mengalami abortus spontan pada
minggu 12 dan 18, masuk rumah sakit pada kehamilan 24
minggu dengan diagnosa persalinan premature.
Dilakukan persalinan spontan dengan Berat Bayi 700 gram,
bayi meninggal pada hari pertama.
Diagnosa Bayi disebutkan pulmonary immaturity.
• Sebab kematian perinatal :
• (a) Pulmonary immaturity
• (b) –
• (c) Persalinan premature
• (d) Abortus berulang
• (e) –
Contoh 2 :
Seorang ibu hamil umur 30 tahun mempunyai anak umur 4
tahun yang lahir dengan kehamilan normal dengan
hidramnions.
Pada kehamilan saat ini, usia kehamilan 36 minggu
dilakukan pemeriksaan X-ray didapat anencephali.
Persalinan dilakukan dengan induksi dan bayi lahir mati
dengan anencephalic berat badan 1500 gram.
• Penyebab kematian perinatal :
(a) Anencephaly
(b) –
(c) Hydramnios
(d) –
(e) –
Aturan pemberian kode
Peraturan yang terpilih untuk mortalitas umum tidak dapat
diterapkan pada sertifikat kematian perinatal.
• Peraturan
1. Cara untuk kematian atau prematuritas yang dimasukkan di (a).
•
Contoh 1 : bayi lahir hidup, mati setelah 4 hari.
(a) Prematurity (P07.3)
(b) Spina bifida (Q05.9)
(c) Placental insuffisiensi
(d) –
• Prematurity di beri kode pada (b) dan spina bifida pada (a).
• Yang perlu dicatat kode ICD Q pada (a) dan kode P pada (b).
• Peraturan 2. Dua atau lebih kondisi dimasukkan pada
bagian (a) atau (c).
• Contoh 2 : bayi lahir mati sebelum lahir
(a) Severe fetal malnutrition , Light for dates ,
Antepartum anoxia
(b) –
(c) Severe pre eclampsia , Placenta praevia
(d) –
(e) –
• Light for dates dengan severe fetal malnutrition pada (a)
dan antepartum anoxia pada (b), severe pre eclampsia pada (c)
dan placenta praevia pada (d).
• Peraturan 3. Tidak ada isian pada (a) atau (c)
MMDS
• Medical Mortality Data Sheet = WHO – FIC INFORMATION SHEET
• Statistik Kematian (penyebab kematian) adalah suatu statistik
kesehatan tertua dan yang paling komprehensif di dunia
internasional
• The International klasifikasition Penyakit (ICD) telah menjadi
standar klasifikasi kematian internasional (coding) sejak akhir
abad ke19 dan penggunaannya sangat penting untuk
pembanding statistik penyebab kematian di tingkat nasional dan
internasional sepanjang waktu.
• ICD saat iniStatistik Klasifikasi Internasional Penyakit dan Masalah
Kesehatan Terkait, Revisi Kesepuluh (ICD-10), mencakup definisi,
petunjuk dan aturan untuk pengkodean dan tabulasi penyebab
kematian. Untuk memahami dan menafsirkan ICD-10 statistik
kematian kode beberapa fakta dasar tentang bagaimana
informasi penyebab kematian dikumpulkan dan diklasifikasikan
Apa manfaat pembuatan statistik
mengenai penyebab kematian
• Angka dan tingkat kematian oleh penyebab yang mendasari
memberikan informasi tentang status kesehatan dari populasi.
• Mereka dapat digunakan untuk mengukur proporsi kematian
secara keseluruhan dan prematur yang disebabkan oleh
penyebab masing-masing, sehingga mengidentifikasi prioritas
untuk layanan kesehatan dan intervensi kesehatan masyarakat
Analisis tren angka kematian kasus yang spesifik dapat
digunakan untuk memperkirakan kemanjuran intervensi
kesehatan masyarakat, seperti vaksinasi dan program skrining.
• Analisis data kematian untuk kelompok tertentu penyakit
dapat membantu mengidentifikasi kelompok risiko tinggi
dalam populasi.
PENYEBAB EKSTERNAL DAN
KONSEKUENSINYA
Efek penyebab luar yang tidak
spesifik , komplikasi trauma dan
komplikasi tindakan bedah
Efek dari radiasi
• Efek samping yang akut
– Kerusakan permukaan epitel termasuk kulit, mukosa oral,
pharyngeal, usus mukosa dan ureter.
– beberapa minggu perawatan biasanya kulit mulai menjadi
merah muda dan sakit. Reaksi mungkin menjadi lebih
parah selama perawatan hingga sekitar satu minggu
setelah akhir radioterapi, dan kulit mungkin rusak. Terjadi
desquamati menimbulkan rasa tidak nyaman, pemulihan
biasanya cepat.
– Reaksi kulit cenderung lebih buruk di daerah di mana
terdapat dalam lipatan dibawah kulit, seperti di bawah
payudara , di belakang telinga, dan di pangkal paha.
• pada daerah kepala dan leher nyeri dan ulserasi umumnya
terjadi di mulut dan kerongkongan. Jika parah, dapat
mempengaruhi fungsi menelan, pasien mungkin perlu obat
penghilang rasa sakit dan suplemen gizi .
• Esofagus dapat juga menjadi sakit secara langsung pada
pemberian dosis radiasi selama pengobatan kanker paruparu.
• Pada Usus secara langsung pada pengobatan radiasi kanker
dubur atau anal atau terpapar oleh radioterapi struktur
panggul (prostat, kandung kemih, saluran kelamin
perempuan). Gejala khas adalah rasa sakit, diare, dan mual.
• Pada radioterapi pengobatan tumor otak dan otak
metastasis,dapat menyebabkan masalah pembengkakan
jaringan lunak (edema) , peningkatan tekanan intrakranial
• Gonad (indung telur dan testis) sangat sensitif terhadap
radiasi dapat terjadi Infertilitas.
Efek samping jangka menengah dan jangka panjang
• tergantung pada jaringan yang terkena radiasi
• Jaringan Fibrosis yang telah diradiasi cenderung menjadi kurang elastis
dari waktu ke waktu karena proses parut
• Rambut rontok Tidak seperti rambut rontok pada kemoterapi, efek
radiasi menyebabkan rambut rontok lebih cenderung permanen, dan
cenderung terbatas pada wilayah radiasi.
• Kekeringan Kelenjar liur dan kelenjar air mata pada pengobatan kanker
leher. Mulut kering (xerostomia) dan mata kering (xerophthalmia)
dapat menjadi masalah jangka panjang yang menjengkelkan dan sangat
mengurangi kualitas hidup pasien. Demikian pula, kelenjar keringat di
pada kulit (seperti ketiak) cenderung untuk berhenti berproduksi dan
mukosa vagina sering kering setelah radiasi panggul.
• Kelelahan/ malaise adalah gejala yang paling umum dari terapi radiasi,
dan dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai beberapa tahun,
tergantung pada jumlah dan jenis pengobatan kanker . Kekurangan
energi, kurang aktivitas dan perasaan lelah adalah gejala umum lainnya
.
• Kelelahan/ malaise adalah gejala yang paling umum dari
terapi radiasi, dan dapat berlangsung dari beberapa
bulan sampai beberapa tahun, tergantung pada jumlah
dan jenis pengobatan kanker . Kekurangan energi, kurang
aktivitas dan perasaan lelah adalah gejala umum lainnya .
• Radiasi berpotensi penyebab kanker sekunder,, dan
keganasan sangat kecil pada pasien, umumnya bertahuntahun setelah mereka menerima pengobatan radiasi
• Radiasi memiliki potensi risiko kematian akibat penyakit
jantung yang terlihat setelah beberapa masa, misal
Kanker payudara.
• Dalam kasus-kasus terapi kepala radiasi dapat
menyebabkan penurunan fungsi kognitif
• Efek kumulatif dari proses jangka panjang reirradiation
masih bisa menimbulkan masalah.
Reaksi anafilaktik
• Hipersensitifitas Type 1 : reaksi anafilaktik atau reaksi alergi
• definisi anafilaksis sebagai suatu reaksi hipersensitifitas yang
berat dan mengancam jiwa.
• diperantarai oleh mekanisme imunologis, yaitu IgE, IgG dan
kompleks imun-komplemen. Reaksi anafilaksis yang diperantarai
oleh antibodi IgE, disebut anafilaksis alergi IgE-mediated.
• Reaksi anafilaksis non alergi, sebelumnya disebut reaksi
anafilaktoid atau reaksi pseudo alergi, adalah jika anafilaksis
disebabkan oleh penyebab non imunologis
• Etiologi tersering dari reaksi anafilaksis yaitu alergi makanan,
obat-obatan, sengatan lebah (Hymenoptera) dan lateks.
• Anafilaksis yang terjadi pada pasien rawat inap terutama karena
reaksi alergi terhadap pengobatan dan lateks,
• sedangkan anafilaksis yang terjadi di luar rumah sakit paling
banyak disebabkan oleh alergi makanan
• Mayoritas kasus reaksi anafilaksis tidak bersifat
fatal.
• Diperkirakan 1-2% kejadian yang disebabkan
penisilin diperberat dengan reaksi sistemik namun
hanya 10% yang bersifat fatal.
• Di Amerika Serikat sekitar 400-800 orang meninggal
per tahunnya karena anafilaksis akibat penisilin
dengan gambaran yang serupa dengan media
kontras.
• Tujuh puluh persen kematian disebabkan oleh
komplikasi pernafasan yaitu edema laring dan atau
bronkospasme dan
• 25% oleh karena disfungsi kardiovaskular.
• anafilaksis alergi selain berdasarkan mekanisme
imunologik juga dapat disebabkan oleh ketidak
seimbang an sistem saraf otonom.
• Sistem parasimpatik (kholinergik) dan sistem simpatik
(adrenergik) mempunyai efek yang berlawanan
terhadap organ sasarannya, sehingga keadaan inipun
akan mempengaruhi terhadap keseimbangan antara sel
mediator dan sel sasarananya (otot polos).
• Reaksi alergi dimulai ketika alergen melewati barier
epitel dan atau endotel dan kemudian berinteraksi
dengan 2 molekul antibodi IgE sitotropik yang
berikatan dengan sel (cell bound IgE antibodies)
sehingga menimbulkan serangkaian peristiwa biokimia.
Kekuatan barier alami seperti kulit atau saluran cerna
harus dapat ditembus, dan alergen ini harus mencapai
sel yang tersensitisasi di jaringan (sel mast) atau darah
(basofil).
MANIFESTASI KLINIS
• Pelepasan mediator seluler menimbulkan respon pada organ seperti kulit,
saluran nafas, sistem kardiovaskular, dan susunan saraf
Tanda dan gejala klinis anafilaksis
• Kutan / subkutan / jaringan mukosa :
– Flushing, pruritus, urtikaria, angioedema, ruam morbiliform
– Pruritus pada bibir, lidah, palatum; edema pada bibir, lidah dan uvula
– Pruritus periorbita, eritema dan edema, eritema konjungtiva
• Saluran pernafasan
– Laring: pruritus dan nyeri tenggorokan, disfagia, disfoni, suara serak, pruritus di
kanalis aurikularis eksterna
– Paru-paru: nafas pendek, dispnea, rasa berat di dada, batuk, mengi /
bronkospasme (penurunan PEF)
– Hidung: Pruritus, hidung tersumbat, hidung berair, bersin
• Kardiovaskular
– Hipotensi
– Near syncope, pingsan, penurunan kesadaran
– Nyeri dada, disritmia
• Gastrointestinal
– Mual, nyeri atau kram perut, muntah, diare
• Lain-lain
– Kontraksi uterus pada wanita
• Gambaran klinis dari anafilaksis :
– dapat bervariasi, namun kompensasi dari sistem
pernafasan dan kolapsnya kardiovaskular menjadi
hal yang penting karena kelainan yang mengenai
kedua sistem organ ini paling sering berakibat
fatal.
• Gambaran patologis dari anafilaksis meliputi :
– urtikaria dan angioedema,
– bersifat fatal meliputi hiperinflasi paru akut,
edema dan perdarahan intraalveolar, kongesti
visera dan edema laring.
– Hipotensi akut diakibatkan oleh dilatasi vasomotor
dan atau disritmia jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah lengkap
• Uji Coomb untuk penderita anemia
• Antibodi IgE total serum
• Antibodi IgE spesifik dalam RAST
(Radioallergosorbent test)
• Antibodi IgM dan IgG spesifik
• Antibodi antinuklear (ANA) pada SLE yang diduga
diinduksi oleh obat-obatan
• Uji kulit
– Uji tusuk (Prick test/Scratch test)
– Uji tempel (Patch test)
• Uji provokasi
• Dilakukan setelah keadaan gawat darurat teratasi
• Tindakan harus segera
– Resusitasi kardiopulmonal
– Trakeostomi sesuai indikasi
– Obat – obatan : Adrenalin,Antihistamin,Teofilin, Kortikosteroid
– Tourniquet (proksimal dari tempat gigitan)
– O2 : Bila sianosis, dispnea atau mengi
– Difenhidramin
• Bila penderita masih hipotensi, dispnea, rawat di ICU
– Cairan intravena : NaCl fisiologis + glukosa 5%
– Aminofilin
– Vasopresor
• Bila tekanan darah belum terkontrol, berikan salah satu obat
dibawah ini
– Metaraminol bitartrat (Aramine)
– Levaterenol bitartrat (Levophed)
– Dopamin
– Kortikosteroid
• Suportif setelah stabil.
Komplikasi vaskular
• Komplikasi vaskular akibat tranfusi, infus atau
suntikan
– Phlebitis
– Tromboembolisme
– Trombophlebitis
• Transfusi darah
• adalah proses mentransfer darah atau darah berbasis produk dari satu orang
ke dalam sistem peredaran darah orang lain.
• Donor unit darah harus disimpan dalam lemari es untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan memperlambat metabolisme sel.
• Darah hanya dapat diberikan secara intravena.
• Untuk meminimalkan risiko reaksi transfusi sebelum darah diberikan, rincian
pribadi darah pasien dicocokkan dengan darah yang akan ditransfusikan
• Efek samping yang paling umum untuk transfusi darah adalah :
– reaksi transfusi demam non-hemolitik ( non hemolitik Fever tranfusi
reaction ) selain itu
– Reaksi hemolitik termasuk menggigil, sakit kepala, sakit punggung,
dispnea, sianosis, nyeri dada, takikardi dan hipotensi.
• Risiko lain yang terkait dengan menerima transfusi darah :
– kelebihan volume,
– kelebihan zat besi ,
– reaksi anafilaksis (pada orang dengan kekurangan IgA),
– dan reaksi hemolitik akut (yang paling umumnya karena jenis darah tidak
cocok).
PLEBITIS
• Infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk mema
suk kan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien
• Infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intra vena
• terletak pada system infus atau tempat menusukkan vena
• Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik dari iritasi
kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari
terapi intravena.
• Plebitis dikarakteristikan dengan adanya dua atau lebih tanda : nyeri,
kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba mengeras di bagian vena
yang terpasang kateter intravena
• Plebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya menjadi
trombo plebitis
• perjalanan penyakit ini biasanya jinak, tapi walaupun demikian jika
thrombus terlepas kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk
kejantung maka dapat menimbulkan gumpalan darah seperti katup bola
yang bisa menyumbat atrioventrikular secara mendadak dan menimbul
kan kematian
Patogenesis flebitis,
• faktor kimia : seperti obat atau cairan yang iritan, mikro
partikel dalam larutan infus
• Faktor mekanis : seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan
lama kanulasi serta agen infeksius.
• Faktor pasien : usia, jenis kelamin dan kondisi dasar (yakni.
diabetes melitus, infeksi, luka bakar).
• Teknik sterilisasi di Rumah sakit sangat berpengaruh dengan
tingkat kejadian phlebitis misalnya kurang sterilnya pada
saat melakukan tindakan keperawatan pada pasien yang
sedang dirawat, misalnya pada saat pemasangan infus.
• Infeksi phlebitis dapat terjadi melalui cairan intravena dan
jarum suntik yang digunakan atau di pakai berulang-ulang
dan banyaknya suntikan yang tidak penting misalnya
penyuntikan antibiotika
• Semakin jauh jarak pemasangan terapi intravena maka
risiko untuk terjadi plebitis
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
• Teknik pencucian tangan yang buruk
• Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
• Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
• Teknik aseptik tidak baik
• Teknik pemasangan kanula yang buruk
• Kanula dipasang terlalu lama
• Tempat suntik jarang diinspeksi visual
Tanda dan gejala phlebitis adalah :
a. Nyeri yang terlokalisasi.
b. Pembengkakan.
c. kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena
d. pada saat diraba terasa hangat
e. panas tubuh cukup tinggi
Infeksi yang terjadi akibat infus,
tranfusi dan terapi suntikan
•
•
•
•
Infeksi
Sepsis
Septikemia
Septik shock
Infeksi yang terjadi akibat infus,
• Infus cairan intravena (IV)adalah pemberian sejumlah cairan kedalam
tubuh melalui sebuah jarum kepembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh .
• Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
– Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat
pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat
penekanan yang kurang tepat saat pemasukkan jarum, atau
“tusukan” berulang pada pembuluh darah
– Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar
(bukan embuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati
pembuluh darah
– Tromboflebitis, / bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi
akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar
– Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah,
terjadi akibat masuknya udara dalam cairan infus ke dalam
pembuluh darah
• Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui
infus
– Rasa perih / sakit
– Reaksi alergi
Komplikasi anestesi lokal
• Patah Jarum
– Penyebab: gerakan tiba-tiba sehingga jarum patuh ,
– jarum yang dibengkokan .
• Rasa Terbakar Pada Injeksi.
– Sebab: pH larutan melampaui batas, injeksi larutan cepat,
kontaminasi larutan , larutan anestesi yang hangat.
– bisa terjadi iritasi jaringan, jaringan menjadi rusak.
• Rasa Sakit pada Injeksi
– Sebab: teknik injeksi salah, jarum tumpul, deposit larutan cepat,
jarum mengenai periosteum.
• Parastesi (kelainan saraf akibat anestesi): tidak terasa.
– Sebab: trauma (iritasi mekanis pada nervus akibat injeksi jarum/
larutan anestetik sendiri.)
– dapat terjadi luka jaringan.
• Trismus (gangguan membuka mulut).
– Sebab: trauma pada otot untuk membuka mulut, iritasi, larutan,
pendarahan, infeksi rendah pada otot.rasa sakit, hemobility
(kemampuan mandibula untuk bergerak menurun).
• Hematoma (efusi darah kedalam ruang vaskuler).
– robeknya pembuluh darah vena/ arteri akibat penyuntikan,
tertusuknya arteri/ vena, dan efusi darah.
• Infeksi.
– Sebab jarum dan daerah operasi tidak steril, infeksi mukosa
masuk kedalam jaringa, teknik pemakaian alat yang salah
• Udema (Pembengkakan Jaringan)
– Sebab trauma selama injekasi, infeksi, alergi, pendarahan,
irirtasi larutan analgesic.
• Bibir Tergigit.
– Sebab pemakaian long acting anestesi lokal.
– bengkak dan sakit.
• Paralyse N. Facialis (N. Facialis ter anestesi)
– masuknya larutan anestesi ke daam kapsul/ substransi
grandula parotid.
• Lesi Intra Oral Pasca Anestesi.
– Penyebab: stomatitis apthosa rekuren, herpes simpleks.
– sensitivitas akut pada daerah uslerasi.
• Sloughing pada Jaringan.
– Penyebab: epitel desquamasi, abses steril.
– sakit hebat.
• Syncope (fainting).
– Merupakan bentuk shock neurogenik.
– Penyebab: ischemia cerebral sekunder, penurunan volume
darah ke otak, trauma psikologi.
– kehilangan kesadaran.
SEPSIS- SEPTIKEMIA
• Septikemia adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
multiplikasi bakteri dalam darah (bakteremia).
• Istilah lain untuk septikemia adalah Blood poisoning atau
Bakteremia dengan sepsis.
• Sepsis adalah istilah klinis yang dipakai untuk suatu
bakterimia yang bergejala.
• Septikemia merupakan suatu kondisi infeksi serius yang
mengancam jiwa, dan cepat memburuk.
• Sumber infeksinya berasal dari paru-paru, saluran
kencing, tulang radang otak dll.
• Gejala dimulai dengan demam tinggi, menggigil, nafas
cepat dan denyut jantung cepat. Penderita kelihatan
sangat sakit.
• Gejala berkembang menjadi syok, dengan
penurunan suhu (hypothermia), penurunan
tekanan darah, perubahan mental (bengong), dan
gangguan bekuan darah sehingga timbul bercak
perdarahan di kulit (petechiae dan ecchymosis).
• Bisa ditemukan penurunan jumlah urin.
• Angka kematiannya cukup tinggi,
• outcome tergantung organisme penyebab dan
seberapa cepat mendapatkan perawatan RS.
• Kematian biasanya disebabkan septik syok atau
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
Syok Septik
• adalah suatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai
tingkat yang membahayakan nyawa sebagai akibat dari
sepsis.
• terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu
dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem
kekebalan untuk melawan suatu infeksi).
• Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan
kerusakan jaringan dan gangguan peredaran darah
• Faktor resiko terjadinya syok septik: Penyakit menahun
(kencing manis, kanker darah, saluran kemih-kelamin, hati,
kandung empedu, usus)
• Infeksi
• Pemakaian antibiotik jangka panjang
• Tindakan medis atau pembedahan.
Reaksi dari pemberian serum
• Intoksikasi
• Protein sickness
• Serum : rash , sickness, urtikaria
Reaksi dari pemberian serum
• Reaksi anafilaktik (anaphylactic shock)
Segera setelah ada reaksi, pemberian serum dihentikan
–
–
–
–
Suntikan 0,5 mL adrenalin intramuskular.
Periksa tekanan darah secara teratur,
kortikosteroid intramuskular.
Bila keadaan syok belum teratasi, segera bawa penderita ke Rumah
Sakit.
• Serum Sickness;
–
–
–
–
Beri H1 anthistamin selama beberapa hari
penderita sebaiknya istirahat.
Bila perlu dapat diberi kortikosteroid
Demam disertai menggigil; selimut atau botol berisi air panas.
• Rasa nyeri pada tempat suntikan;
– Keadaan ini tidak memerlukan tindakan apapun, karena akan hilang
dengan sendirinya.
• Demam; demam yang disertai mengiggil, dapat terjadi setelah
penyuntikan intravena.
Serum sickness
• atau penyakit serum adalah reaksi yang mirip dengan alergi
dan merupakan tipe III reaksi hipersensitivitas yang
dihasilkan dari injeksi protein heterolog atau serum .
• Gejala penyakit serum merupakan gangguan immunologis
sistemik khas yang menyertai pemberian bahan antigenik
asing.
• Reaksi tipe III hipersensitivitas adalah interaksi antara
antibodi IgG dan / IgM dengan antigen dalam sirkulasi, ->
kompleks yang terbentuk akan melekat pada jaringan dan
menyebabkan kerusakan endotelium kapiler.
• Istilah lain untuk tipe III ini, ialah hipersensitivitas kompleksimun (immune-complex hypersensitivity ).
• Hal ini disebabkan adanya pengendapan kompleks antigenantibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan yang
ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan.
Serum sickness
• Pada reaksi ini terjadi suatu kompleks terdiri dari
kumpulan antigen dengan zat antinya yang timbul
akibat masuknya antigen asing ke dalam tubuh
untuk ke duakalinya dan bereaksi dengan zat anti
spesifiknya
• penyebab utama gejala penyakit serum adalah
alergi obat terutama yangdisebabkan oleh obatobat tertentu seperti penisilin, cefaclor, dan sulfa.
Selama penyakit serum, sistemkekebalan tubuh
secara keliru mengidentifikasi protein dalam
antiserum sebagai zat berbahaya
Urtikaria
• dikenal juga dengan hives, gatal-gatal, kaligata, atau biduran adalah
kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacammacam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi,
• ciri-ciri berupa kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit oedem atau
penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat
setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang perlahanlahan.
• Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan sel-sel mast
dan dari sirkulasi basofil.
• Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan histamin dari selsel tersebut meliputi bahan-bahan kimia, beberapa obat-obatan
(termasuk morfin dan kodein), makan makanan laut seperti lobster,
kerang, dan makanan-makanan lain, toksin bakteri, serta agen fisik.
• Mekanisme yang paling sering adalah reaksi hipersensitivitas tipe I
yang distimulasi oleh antigen polivalen yang mempertemukan dua
molekul Ig E spesifik yang mengikat sel mast atau permukaan basofil.
Kegagalan / penolakan pada
transplantasi organ
• Pengertian Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau
organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada
tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan
kondisi tertentu
• Penyebab terjadinya penolakan tersebut:
– Perbedaan golongan darah
– Sistem imunitas tubuh
• Akibat jika tubuh menolak organ transplan tersebut:
– Demam
– Terjadi penggumpalan darah akibat perbedaan golongan darah.
– kerusakan pada organ transplan karena sistem kekebalan tubuh
yang menganggap organ transplan tersebut sebagai benda asing.
– Peningkatan berat badan akibat penimbunan cairan.
Sequele / gejala sisa
•
•
•
•
•
Sequele pada luka di kepala
Sequele di leher dan dada
Squele pda ekstremitas
Squele luka bakar
Squele karena keracunan
SEQUELE
• Sequela (latin) : gejala sisa
• Adalah suatu kondisi patologis akibat penyakit , cedera atau
trauma lainnya
• Biasanya seseorang mendapat sekuele adalah kondisi kronis
akibat komplikasi dari kondisi akut
• Contoh :
– Sekuele dari diabetes adalah penyakit ginjal kronis
– Trauma pada vertebra cervicalis meninggalkan gejala sisa
nyeri leher
– Efek dari kasus perkosaan meninyebabkan pasien mengalami
stress post traumatik
– Gejala sisa dari cedera otak akibat trauma adalah sakit kepala
, pusing , cemas , apatis , depresi , perubahan kepribadian,
psikosis
• Akibat gangguan neurologi menimbulkan gejala sisa
berupa aphaksia, ataksia , hemi/ quadriplegia dan
sejumlah perubahan lain
• Pada taruma fisik dan kimia dapat menimbulkan
gangguan patologi pada neuron
• Gejala sisa :
– gangguan gerak dan fungsi,
– Kelemahan otot,
– gangguan sensorik,
– gangguan keseimbangan,sehingga dapat
mengganggu aktivitas sehari hari
STROKE
• penyebab kematian nomor tiga pada usia
lanjut setelah penyakit jantung dan kanker,
dan penyebab disabilitas paling banyak pada
kelompok usia di atas 45 tahun
• Permasalahan fisik yang timbul bermacam
macam tergantung dari pembuluh darah
mana yang terkena gangguan
ENSEFALITIS
• Gejala sisa maupun komplikasi dapat melibatkan
susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan,
motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan
pendengaran, sistem kardiovaskuler, intraokuler,
paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara
menetap (Nelson, 1992).
• Gejala sisa berupa defisit neurologik, hidrosefalus
maupun gangguan mental sering terjadi (Harsono,
1996).
• Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus,
epilepsi, retardasi mental karena kerusakan SSP berat
(Kempe, 1982).
EFEK TERAPEUTIK
• adalah hasil penanganan medis yang sesuai
dengan apa yang diinginkan, sesuai dengan
tujuan pemberian penanganan, baik yang
telah diperkirakan maupun yang tidak
diperkirakan.
• Lawan dari efek terapeutik adalah efek
merugikan/non terapeutik, yaitu efek lain dari
obat yang tidak sesuai dengan efek terapi yang
diinginkan.
SELAMAT BELAJAR
• Semoga Sukses