Definisi Dan Ruang Lingkup Pemasaran Pertanian

Download Report

Transcript Definisi Dan Ruang Lingkup Pemasaran Pertanian

EKSISTENSI TUHAN
Agama menurut WJS. Poerwadarminta:
Segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dsb)
disertai dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban
yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Menurut Harun Nasution, Agama adalah:
Ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia, ikatan-ikatan ini mempunyai pengaruh yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Ikatan itu berasal dari satu kekuatan yang lebih tinggi
dari manusia, suatu kekuatan ghaib yang tidak dapat
ditangkap oleh pancaindra manusia.
Berdasarkan definisi di atas inti dari ajaran agama
adalah adanya kepercayaan terhadap sesuatu yang
ghaib (kekuatan ghaib, dewa, roh, Tuhan dll) yang
secara umum dapat disebut sebagai Tuhan.
Tuhan (God, al-Ilah) menurut WJS. Poerwadarminta
adalah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting)
oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya untuk dikuasai (didomonir) olehnya
(sesuatu itu).
Dipentingkan dapat termanifestasikan dalam bentuk :
Dipuja, dicintai, diagung-agungkan, diharap-harapkan,
ditakuti dll.
Menurut Ibnu Taymiyah al- Ilah adalah:
Yang dipuja dengan penuh kecintaan hati,
tunduk kepadanya, merendahkan diri
dihadapannya, takut dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasarah diri ketika
berada dalam kesulitan, berdo’a dan
bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan
diri, meminta perlindungan diri dari padanya,
dan menimbulkan ketenangan disaat
mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Respon manusia terhadap Tuhan bersifat
emosional dalam wujud:
- Perasaan takut
- Penyembahan atau pemujaan
- Perasaan cinta
Konsepsi manusia terhadap Tuhan:
1. Pada masyarakat primitif mengajarkan, bahwa
tiap-tiap benda baik yang bernyawa maupun
tidak bernyawa mempunyai roh. Dan dalam
animisme roh-roh tersebut tidak diketahui
tugas-tugasnya.
Roh menurut mereka tersusun dari materi yang
halus sekali, yang dekat, menyerupai uap atau
udara, mempunyai rupa dll.

Dalam perkembangan kebudayaan masyarakat selanjutnya
berkembang kepercayaan adanya roh-roh yang memiliki
kekuatan yang lebih tinggi (dewa-dewa) dengan tugastugas tertentu.
- Dewa surya, Dewa baruna, Dewa agni
- Dewa bayu, dll
Polyteisme yang lebih maju lagi menetapkan beberapa
dewa yang mendapatkan perhatian lebih besar:
Majusi
----- Ahura mazda dan Ahriman
Mesir kuno
---- Osiris dan Isis
Yunani kuno
---- Zeus
Arab Jahiliyah ---- Lata, Uzza dan Manata
2. Dalam perspektif filsafat ---- alam semesta ini
ada, pasti ada yang mengadakan (menciptakan),
dan pencipta pasti berbeda dengan yang
diciptakan. Dan pencipta yang tidak diciptakan
oleh yang lain Dia adalah satu-satunya, jika Dia
adalah satu-satunya, maka mestilah Dia mutlak,
karena mutlak maka mestilah Dia “unique”, karena
“unique” maka mestilah Dia berbeda dengan segala
yang mungkin terpikirkan dan terbayangkan oleh
manusia, walaupun apapun namanya Dia. Dalam
Islam dikatakan: al-mukhalafatu li al-hawaditsi
3. Dalam Islam, sejak awal kejadiannya, manusia telah
mengenal Tuhan.
Perintah Allah kepada Adam untuk tinggal di sorga.
Yaa Adam uskun anta wa-zaujuka al-jannah dst.
Dalam perjalanan hidup, dari generasi ke generasi,
terjadi reduksi pengenalan manusia atas Tuhan yang
disebabkan:
1. Ketidak terjangkauan Tuhan oleh pikiran mereka
2. Pikiran yang terbatas dan sifat pragmatis manusia
dengan menuhankan sesuatu yang memiliki derajat
lebih rendah. Ittakhadza ilaahahu hawaahu.
Allah mengutus rasul untuk memperbaiki aqidah
manusia.

Dalam al-Qur’an, manusia sejak dalam
kandungan ibunya telah mengenal Tuhan
(sebagai fitrah).
al-A’raf : 172
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).
Konsepsi Islam tentang Tuhan, mempunyai
tiga dimensi tauhid.
Pertama, Tauhid Rububiyah yang mengakui adanya
pencipta alam semesta dan iman kepada
takdir Allah,
Kedua, tauhid Uluhiyah yang harus tunduk taat
beribadah hanya kepada Allah saja dengan
Ikhlas dan ittiba kepada Rasul.
Ketiga tauhid Asma wa Sifat yang menyakini bahwa
Allah mempunyai nama dan sifat yang layak
baginya (istbat) dan menolak nama-nama
yang tidak sesuai dengan Allah (nafyu).
 Sehingga dalam menyembah kepada tuhan tidak
sekedar diimani sebagai rurubiyah saja melainkan
dengan tiga dimensi tadi.

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha
Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut alQur'an, Dia lebih dekat pada manusia
daripada urat nadi manusia. Dia
menjawab bagi yang membutuhkan dan
memohon pertolongan jika mereka
berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia
memandu manusia pada jalan yang lurus,
“jalan yang diridhai-Nya.”
Menurut Ibnu Rusyd, terdapat dua cara yang dapat
ditempuh untuk membuktikan adanya Tuhan
(keesaan-Nya):
Jalan ikhtiro’ : melihat dan memperhatikan
penciptaan segala sesuatu yang
maujud. Ini didasarkan pada :
a. Segala sesuatu yang maujud ini adalah ciptaan
(mukhtaro’)
b. Tiap yang diciptakan pasti ada penciptanya,
dan pencipta pertama yang tidak diciptakan
oleh yang lain pastilah Tuhan.
2. Jalan inayat : Yakni dengan memperhatikan
kepedulian Tuhan kepada manusia dan
menyediakan segala makhluk yang maujud
untuk kepentingan manusia.
Bukti tentang adanya Tuhan:
1. Bukti ontologi : adanya ide tentang Tuhan, dan
tidak dapat membayangkan sesuatu yang lebih
berkuasa dari-Nya
2. Bukti kosmologi : didasarkan pada ide sebabakibat, yakni tidak mungkin terjadi sesuatu
tanpa ada penyebabnya, dan penyebab yang
tidak disebabkan oleh yang lain pastilah Tuhan
3. Bukti teleologi : berdasarpada adanya
keseragaman dan keserasian alam, yang tidak
mungkin terjadi tanpa ada satu kekuatan yang
mengatur keserasian itu.