Persentasi Filsafat Ilmu

Download Report

Transcript Persentasi Filsafat Ilmu

BOOK REPORT :
THE STRUCTURE OF SCIENTIFIC REVOLUTIONS
PERAN PARADIGMA DALAM REVOLUSI SAINS
BY : THOMAS SAMUEL KUHN
Disusun Oleh Kelas B Angkatan Ke- V :
Agus Gunawan
Normawaty Lubis
Novi Satria Pradja
Ramli
Suhartono
Ucep Riffaudin
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
PROGRAM PASCA SARJANA (S-2)
UNIVERSITAS KUNINGAN

Thomas Samuel Kuhn dalam bukunya Structure
Scientific Revolutions pada tahun 1962 mengawali
sebuah zaman baru dalam memahami ilmu.
Lahir di Cincinnati, Ohio, pada tahun 1922,
Kuhn belajar fisika di Harvard University. Ia
melanjutkan studi pasca sarjana dalam bidang
fisika teoritis, namun kemudian memutuskan
berpindah ke bidang sejarah ilmu hanya sesaat
sebelum menyelesaikan disertasinya.
Selama periode Kuhn mempelajari, memikirkan dan menyusun Structure, Harvard sedang
bergolak dalam ideologi tertentu. Cambridge, Massachussees menjadi pusat para ilmuwan yang
mencipta Big Science dan bekerja untuk Proyek Manhattan, dan mereka membawa ideologi
beserta ilmunya, dalam skala industrial, kembali ke kampus. Secara khusus, Rektor Harvard,
James Bryant conant, sangat berperan dalam mengarahkan model riset ilmiah Jerman yang
“industrial” dan berskala besar menuju gaya akademis Amerika sesudah Perang Dunia I. Conant
juga merupakan administrator bom atom AS yang menjembatani Kongres AS dengan tim Los
Alamos, dan dialah orang yang meyakinkan Presiden Truman untuk berpendapat bahwa
menjatuhkan bom atom di Hiroshima adalah sebuah “keharusan”, Conant menjadi mentor Kuhn
dan dialah yang membujuk Kuhn agar mengajar untuk program Pendidikan Umum tentang Ilmu,
dimana ia menyelesaikan tesis-tesis Structure, yang dipersembahkan untuk Conant. Jadi Kuhn
tumbuh ketika ilmu telah terindustrialisasikan dan telah ditransformasikan menjadi karir daripada
pengabdian. Madzhab filsafat ilmu yang dominan selama peeriode itu kebanyakan adalah produk
dari Lingkaran Wina dan Karl Popper (1902-94). Lingkaran itu yang terdiri dari para filsuf,
matematisi dan ilmuwan, didirikan pada tahun 1920-an. Leluhur atau para pendahulu intelektual
mereka yang bermula dari Ernst Mach, dan beberapa anggota yang berpengaruh, seperti Rudolf
Carnap dan Otto Neurath, memandang Lingkaran itu sebagai sarana untuk memajukan ide-ide
yang anti-klerikal dan sosialis. Kendati Popper kadang dikaitkan dengan Lingkaran itu, ia
bukanlah anggotanya dan ia sangat kritis terhadap beberapa aspek pendirian filsafatnya.
Lingkaran itu menegaskan bahwa metafisika dan teologi tidak bermakna sebab keduanya berisi
proposisi-proposisi yang tidak diverifikasi. Doktrinnya sendiri, yang dikenal dengan nama
positivisme logis, mengkonsepsikan bahwa filsafat sepenuhnya bersifat analitis, didasarkan pada
logika formal, dan itulah satu-satunya komponen wacana ilmiah yang benar, sesudah terjadinya
pembunuhan atas salah satu anggotanya serta invasi Hitler ke Austria, para anggota Lingkaran itu
pindah ke AS.

Kuhn memandang ilmu dari perspektif sejarawan profesional tertentu. Ia
mengeksplorasi tema-tema yang lebih besar, misalnya seperti apakah sesungguhnya
ilmu itu di dalam praktiknya yang nyata, dengan analisis kongkrit dan empiris. Di
dalam Structure menyatakan bahwa ilmuwan bukanlah para penjelajah berwatak
pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para
pemecah teka-teki yang bekerja di dalam pandangan dunia yang sudah mapan. Kuhn
memakai istilah ‘paradigma’ untuk menggambarkan sistem keyakinan yang
mendasari upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Dengan memakai istilah
‘paradigma’, tulisnya, “Saya bermaksud mengajukan sejumlah contoh yang telah
diterima tentang praktik ilmiah nyata-contoh-contoh yang sekaligus meliputi hukum,
teori, aplikasi, dan instrumentasi-yang menyediakan model-model yang menjadi
sumber tradisi riset ilmiah tertentu yang kohern. Inilah tradisi-tradisi yang oleh sejarah
ditempatkan di dalam rubrik-rubrik seperti ”Ptolemaic Astronomy” (atau
“Copernican”), “Aristotelian dynamics” (atau “Newtonian”), “cospuscular optics” (atau
“wave optics”) dan sebagainya. Istilah ‘paradigma’ berkaitan erat dengan ‘ilmu
normal’. Mereka yang bekerja di dalam paradigma umum dan dogmatis
menggunakan sumber dayanya untuk menyempurnakan teori, menjelaskan data-data
yang membingungkan, menetapkan ketepatan ukuran-ukuran standar yang terus
meningkat, dan melakukan kerja lain yang diperlukan untuk memperluas batas-batas
ilmu normal.

Dalam skema Kuhn, stabilitas dogmatis ini diselingi oleh revolusi-revolusi
yang sesekali terjadi. Ia menggambarkan bermulanya ilmu revolusioner
secara gambling : Ilmu normal, sering menindas kebaruan-kebaruan
fundamental karena mereka pasti bersifat subversif terhadap komitmenkomitmen dasarnya namun ketika profesi tidak bisa lagi mengelak dari
anomali-anomali yang merongrong tradisi praktik ilmiah yang sudah ada,
maka dimulailah investigasi yang berada di luar kelaziman. Suatu titik
tercapai ketika krisis hanya bisa dipecahkan dengan revolusi dimana
paradigma lama memberikan jalan bagi perumusan paradigma baru.
Demikianlah ‘ilmu revolusioner’ mengambil-alih. Namun, apa yang
sebelumnya pernah revolusioner itu sendiri akan mapan dan menjadi
ortodoksi baru : ilmu normal yang baru. Jadi menurut Kuhn, ilmu
berkembang melalui siklus-siklus yang diikuti lagi oleh ilmu normal dan
kemudian diikuti lagi oleh revolusi. Setiap paradigma bisa menghasilkan
karya khusus yang menentukan dan membentuk paradigma : Physics karya
Aristoteles, Principia dan Optics karya Newton serta Geology karya Lyell
adalah contoh-contoh karya yang menentukan paradigma cabang-cabang
ilmu tertentu pada suatu masa tertentu.

Berbeda tajam dengan gambaran tradisional
tentang ilmu sebagai penerimaan atas
pengetahuan secara progresif, gradual dan
kumulatif yang didasarkan pada kerangka
eksperimental yang dipilih secara rasional, Kuhn
menunjukkan ilmu normal sebagai upaya
dogmatis. Jika kita menganggap teori-teori
ilmiah yang sudah ketinggalan zaman seperti
dinamika Aristotelian, kimia flogistis, atau
termodinamika kalori sebegai mitos, menurut
Kuhn, kita bisa sama-sama bersikap logis untuk
menganggap teori-teori saat ini sebagai irasional
dan dogmatis :


Jika keyakinan-keyakinan yang kadaluarsa itu hendak disebut mitos-mitos,
maka mitos-mitos itu bisa dihasilkan lewat jenis-jenis metode yang sama dan
berlaku untuk jenis-jenis rasio yang sama yang kini mengarahkan pengetahuan
ilmiah. Jika, dilain pihak, mereka hendak disebut ilmu, maka ilmu telah
mencakup bangunan-bangunan keyakinan yang sangat tidak sesuai dengan
bangunan-bangunan yang kita percaya ini. Ini menyulitkan kita untuk melihat
perkembangan ilmiah sebagai proses akumulasi.
Dalam seluruh buku ia menggunakan contoh-contoh historis untuk menjelaskan
praktik masa kini, mengidentifikasi faktor-faktor umum dan menekankan sifat
cacat metode ilmiah. Demikianlah, metode ilmiah-proses observasi,
eksperimentasi, deduksi dan konklusi yang di idealisasikan yang menjadi dasar
kebanyakan klaim ilmu obyektivitas dan universalisme, berubah menjadi ilusi.
Kuhn menyatatakan bahwa paradigmalah yang menentukan jenis-jenis
eksperimen yang dilakukan para ilmuuwan, jenis-jenis pertanyaan yang mereka
ajukan, dan masalah yang mereka anggap penting. Tanpa paradigma tertentu,
semua fakta yang mungkin sesuai dengan perkembangan ilmu tertentu
tampaknya cenderung sama-sama relevan. Akibatnya, pengumpulan fakta
tahap awal jauh lebih berupa kegiatan acak jika dibandingkan dengan kegiatan
yang telah diakrabi dalam perkembangan ilmu yang lebih lanjut. Pergeseran
paradigma mengubah konsep-konsep dasar yang melandasi riset dan
mengilhami standar-standar pembuktian baru, teknik-teknik riset baru, serta
jalur-jalur teori dan eksperimen baru yang secara radikal tidak bisa
dibandingkan lagi dengan yang lama.

Kebanyakan aktivitas ilmiah, menurut Kuhn, berlangsung
di dalam rubrik ilmu normal; yakni ilmu yang kita jumpai
dalam buku-buku teks, dan yang mensyaratkan agar
riset didasarkan pada satu pencapaian iilmiah masa
silam atau lebih, pencapaian-pencapaian yang diakui
sementara waktu oleh komunitas ilmiah tertentu sebagai
dasar bagi praktik selanjutnya. Ilmu yang restrikif dan
bersifat pemecahan masalah secara tertutup ini memiliki
kekurangan maupun kelebihannya. Di satu sisi ia
memungkinkan komunitas ilmiah untuk mengumpulkan
data berdasarkan suatu basis sistematis dan secara
cepat memperluas batas-batas ilmu.

Pendekatan Kuhn terhadap ilmu pada dasarnya adalah reaksi tafsir Whig atas sejarah, bahwa
sejarah adalah progresi kebebasan secara linier yang kian meningkat dan berpuncak pada masa
kini. Sejarah Whig membaca masa silam dengan arah ke belakang dan menjelaskan masa kini
sebagai produk kumulatif pencapaian-pencapaian masa silam. Penolakan terhadap sejarah Whig
dalam bidang sejarah ilmu dimulai, antara lain, oleh Alexandre Koyre, yang terhadapnya Kuhn
mengakui hutang intelektual yang besar. Kuhn menyadari bahwa untuk memahami bagaimana
suatu tradisi historis berkembang , orang harus memahami perilaku sosial dari mereka yang
terlibat dalam membentuk tradisi. Pemaham inilah menurut Barry Barnes, yang berpadu dengan
kepekaan atau sensibilitas historisnya, yang menjadi sumber orisionalitas dan arti penting karya
Kuhn. Pelestarian suatu bentuk kebudayaan mengandalkan mekanisme-mekanisme sosialisasi dan
penyebaran pengetahuan, prosedur-prosedur untuk menunjukkan lingkup makna dan representasi
yang diterima, metode-metode untuk meratifikasi inovasi-inovasi yang telah diterima dan memberi
mereka cap legitimasi. Semua itu harus dijaga keberlangsungannya oleh para anggota kebudayaan
itu sendiri, jika konsep-konsep dan representasi hendak dipertahankan eksistensinya. Jika ada
bentuk budaya yang tetap bertahan, pasti ada pula sumber-sumber otoritas dan kontrol kognitif.
Kuhn menampilkan riset ilmiah sebagai produk dari suatu interaksi yang kompleks antara
komunitas peneliti, tradisi otoritatifnya, dan lingkungannya. Dalam keseluruhan proses itu rasio
dan logika sama sekali bukan satu-satunya kriteria bagi kemajuan dalam pengetahuan ilmiah.

Ketika pertama kali diterbitkan, Structure memicu sejumlah besar kontroversi. Reaksi
dari para ilmuwan tidak mengejutkan : bagaimanapun, Kuhn telah meruntuhkan
anggapan yang telah diterima tentang ilmuwan sebagai pencari kebenaran dan
interogator alam dan realitas yang heroik, berpikiran terbuka dan bebas kepentingan,
dan sebagaimana ditampilkan lewat parodi-parodi dalam karyanya, ia telah
mereduksi ilmu menjadi tak lebih dari periode-periode panjang aktivitas konformis
yang membosankan, yang diselingi dengan munculnya penyimpangan-penyimpangan
irasional. Namun para filsuf ilmu pun terlampau memusuhi Kuhn, karena mereka
hingga saat itu, merasa bertanggung jawab untuk menghasilkan penjelasanpenjelasan tentang hakikat penelitian dan kemajuan ilmiah. Penjelasan Kuhn nyaris
tidak diakui dibandingkan produk mereka yang telah diformulasikan dan
diidealisasikan. Perbandingan-perbandingannya dengan teologi, perubahan agama
dan revolusi politik menakutkan baik para ilmuwan maupun para filsuf ilmu. Para
filsuf juga memandang relativisme Kuhn sangat mencemaskan. Dalam lingkungan
sejarah dan filsafat ilmu (SFI), Sructure digambarkan sebagai tidak orisional, kering
dan rancu. Stephen Toulmin pernah mengangkat gagasan tentang “kerangkakerangka” sebagai tandingan terhadap citra pengumpulan fakta yang positivistic, dan
sejarawan filsuf R.G. Collingwood sebelumnya pernah mengajukan gagasan serupa.
Secara khusus, pemikir pragmatis Harvard, C.I. Lewis, mengantisipasi banyak
pernyataan Kuhn yang paling radikal mengenali tak bisa diperbandingkannya
pandangan-pandangan dunia.










Namun, pada akhir tahun 1960-an, Structure mulai diterima sebagai karya revolusioner dalam filsafat ilmu.
Konsepnya tentang perubahan paradigma mulai dipakai dalam disiplin–disiplin seperti ilmu politik dan
ekonomi. Dalam sosiologi, konsep itu diterima sepenuhnya. Disiplin barupun segera muncul: sosiologi ilmu
kritis. Menurut sejarawan ilmu Ian Hacking, Structure memaklumatkan tamatnya gagasan-gagasan berikut
ini :
Realisme bahwa ilmu adalah upaya untuk menemukan suatu dunia nyata; bahwa kebenaran tentang dunia
adalah benar, terlepas dari apa yang dipikirkan oleh orang-orang bahwa kebenaran ilmu mencerminkan
sejumlah aspek realitas.
Demarkasi bahwa terdapat perbedaan tajam antara teori ilmiah dari jenis-jenis sistem kepercayaan lainnya.
Kumulasi bahwa ilmu bersifat kumulatif dan dibangun berdasarkan apa yang telah diketahui, misalnya
bahwa Einstein adalah generalisasi dari Newton.
Pembedaan observasi-teori bahwa terdapat perbedaan yang cukup tajam antara laporan-laporan observasi
dan pernyataan-pernyataan teori.
Fondasi-fondasi bahwa observasi dan eksperimen menyediakan fondasi bagi, dan justifikasi atas, hipotesis
dan teori.
Struktur deduktif teori-teori bahwa pengujian atas teori-teori berlangsung dengan mendeduksikan laporanlaporan observasi dari postulat-postulat teoritis.
Presisi bahwa konsep-konsep ilmiah cenderung tepat dan bahwa istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu
memiliki makna yang pasti.
Penemuan dan pembenaran bahwa terdapat konteks-konteks penemuan dan pembenaran yang terpisahpisah, dan bahwa kita harus membedakan lingkungan psikologis atau sosial dima suatu penemuan
dilakukan, dengan basis logika untuk membenarkan kepercayaan terhadap fakta-fakta yang telah
ditemukan.
Kesatuan ilmu bahwa semestinya hanya ada satu ilmu tentang satu dunia nyata; ilmu-ilmu yang kurang
mendalam bisa direduksi menjadi ilmu-ilmu yang lebih mendalam; psikologi bisa direduksi menjadi ilmuilmu biologi, biologi menjadi kimia, kimia menjadi fisika. (Ziauddin Sardar, 2002 : 32)
Proses peralihan dari paradigma I ke paradigma II menurut Thomas Kuhn dapat digambarkan sebagai berikut :
Paradigma I
Paradigma II
Normal
Scienc
e
Anomalies
Crisis
Revolution
New Normal
Science

Menurut Kuhn, filsafat ilmu sebaiknya berguru pada sejarah ilmu yang baru. Katanya, Popper
yang sudah disebut di atas, membalikkan kenyataan dengan terlebih dulu menguraikan terjadinya
ilmu empiris melalui jalan hipotesa yang disusul upaya falsifikasi. Padahal perubahan-perubahan
mendalam selama sejarah ilmu justru tidak pernah terjadi berdasarkan upaya empiris untuk
membuktikan salah satu teori atau system, melainkan terjadi melalui revolusi-revolusi ilmiah.
Kemajuan ilmiah adalah bersifat revolusioner, dan tidak seperti anggapan sebelumnya, yaitu
bersifat kumulatip, dengan kata lain evolusioner. Mengapa tidak disadari bahwa kemajuan itu
bersifat revolusioner? Oleh karena hanya terasa revolusioner bagi mereka yang terkena
dampaknya, atau lebih baik, mereka yang paradigmanya terkena dampak dari perubahan
revolusioner ini. “Paradigma” menjadi konsep sentral dalam pemikiran Kuhn. Ilmu yang sudah
matang dikuasai oleh sebuah paradigma tunggal. Tetapi salah satu masalah dalam tesis Kuhn
adalah pemahaman mengenai pengertian paradigma itu sendiri, yang ternyata tidak begitu jelas.
Di satu pihak, Kuhn mengatakan bahwa “paradigma” yang ia maksudkan tidak sama dengan
“model” atau “pola” melainkan lebih daripada itu. Tetapi kemudian dalam penerapan teori Kuhn ke
bidang-bidang di luar sains, istilah “model”, “pola” dan “tipe” kerap dicampurkan saja dengan
“paradigma”. Di dalam postscript, Kuhn mengakui bahwa ia menggunakan istilah “paradigma”
dalam dua arti, pertama sebagai keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik, dsb yang
dimiliki bersama oleh anggota komunitas ilmiah tertentu dan kedua, sejenis unsur dalam
konstelasi itu, pemecahan teka-teki yang kongkret, yang jika digunakan sebagai model atau
contoh, dapat menggantikan kaidah-kaidah yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan tekateki sains yang normal, yang masih tersisa. Menurut Kuhn, kedua makna ini bisa dipakai, namun
yang lebih mendalam secara filsafati adalah yang kedua. (zngelow @ yahoo.com)

Popper berpendapat bahwa suatu teori ilmu pengetahuan yang
memadai adalah teori yang bersifat konsisten, koheren serta selalu
dapat difalsifikasi. Tidak ada teori ilmiah yang selalu dapat cocok
secara logis dengan bukti – bukti yang ada. Dengan kata lain, teori
yang tidak dapat ditolak bukanlah teori ilmu pengetahuan.
Sedangkan Thomas Khun, ia memahami tentang kemajuan di
dalam ilmu pengetahuan dengan berpijak pada teori falsifikasi
Popper. Ia merumuskan teori baru yang didasarkan pada penelitian
historis bagaimana ilmu pengetahuan mengalami perubahan dan
perkembangan dalam sejarahnya. Ia menyimpulkan bahwa ilmu
pengetahuan tidak secara otomatis menyingkirkan suatu teori ketika
ada bukti – bukti yang berlawanan dengan teori tersebut, melainkan
perubahan tersebut terjadi melalui proses yang bersifat gradual dan
kumulatif. (tqz strategist @ yahoo.co.id (www.scientiststrategist.blogspot.com).

Karya Kuhn telah memungkinkan berkembangnya kritik yang amat luas terhadap ilmu sejak
pertengahan tahun1960-an, bahkan dipandang dan kerap ditampilkan, sebagai pemikir yang
subversif terhadap ilmu. Namun sepak terjang Kuhn yang radikal itu cenderung hanya
penampakannya saja daripada suatu kenyataan. Kita bisa mengatakan bahwa analisis yang
mana-pun tentang kegiatan ilmiah akan bersifat subversif terhadap ilmu, dan kerap dianggap dan
dicurigai demikian itu. Sejauh Structure merangsang analisis tentang ilmu, ia merupakan teks
yang radikal, tetapi bukan kebetulan jika pengajaran ilmu, seperti yang dikatakan Kuhn, sama
dogmatisnya dengan teologi, atau bahwa sejarah ilmu yang tersedia dalam buku-buku teks lebih
mirip novel Orwell Nineteen Eighty-Four. Sesungguhnya Kuhn bereaksi terhadap bagian dari
kesadaran diri ilmu yang skizofrenik, namun itulah yang justru tidak dianalisis. Demikianlah
terdapat keterbukaan dan banyak perdebatan pada tataran riset, namun muncul pula keyakinan
dan dogmatisme dalam pengajaran dan propaganda. Dualitas ini adalah produk dari tradisi ilmu
yang terus menerus berperang, bertarung melawan teologis sebagai sumber kebenaran yang tak
tergoyahkan. Namun ia juga sangat mudah dipakai sebagai sarana untuk mengontrol wilayah
kekuasaan ilmu itu sendiri. Sebab mengakui ketidakpastian akan berarti membagikan legitimasi
dan kekuasaan dan siapa yang bersedia melakukan itu dengan sukarela. Jelas bahwa Kuhn
berupaya mempertahankan legitimasi ilmu; minat dia yang sesungguhnya adalah menunjukkan
bahwa semua proses terpenting dalam ilmu termasuk tahap penemuannya yang ruwet bisa
dijelaskan berdasarkan prinsip pengorganisasian diri dari ilmu itu sendiri. Kendati Kuhn berupaya
menyingkap sifat problematis ilmu sebagai proses historis, ia sangat peduli untuk menjaga
kemurnian internal dan kepercayaan terhadap prinsip-prinsip pengorganisasiannya. Mereka yang
terpanggil untuk melakukan reformasi dalam ilmu mengakui bahwa banyak ilham perubahan itu
bersumber dari luar ilmu itu sendiri. Kuhn ingin menyangkal hal ini dan menunjukkan bahwa ilmu
itu sendiri mampu melakukan pembaharuan dan perubahan secara internal.

Jika ilmu mampu mereformasi dirinya sendiri, melalui sejumlah revolusi,
kebutuhan akan campur tangan dari luar seperti apakah yang ada pada
ilmu. Argumen-argumen Structure dengan demikian bisa dipakai dengan
sangat baik untuk menyingkirkan kekuatan-kekuatan penentang dan
kontaminasi, seperti agama, etika dan teknologi. Dengan demikian Kuhn
sangat berperan dalam meminggirkan semua pengritik ilmu yang telah
menentang keterlibatan ilmu yang semakin meningkat di dalam kompleks
militer-industri. Structure menyumbang upaya pelestarian dikotomi
internal/eksternal dalam ilmu. Pembedaan ini menjadi meluas ke manamana, terutama dalam pengajaran tentang sejarah ilmu, dan dalam
penumbuhan sikap-sikap historiografis yang aman dan nyaman dalam diri
para sejarawan ilmu, dan ia akhirnya menjadi strategi umum untuk
melakukan riset dalam bidang sejarah ilmu. Selain itu, ciri utama dalam
penjelasan Kuhn memungkinkan dia menjauhkan hakikat ilmu dari
perwujudan kontemporernya yang sangat destruktif yakni penghilangan
dimensi-dimensi ilmu yang teknologis, ekonomis dan kultural dimanfaatkan
oleh para ilmuwan sosial untuk beranggapan bahwa mereka bisa mencipta
ulang diri mereka sendiri sebagai ilmuwan sebenarnya.

Kuhn terutama mencurahkan upaya untuk menjaga wajah publik dari ilmu. Apapun masalah
internal dan kebenaran dari ilmu itu, kepercayaan publik terhadap ilmu sebagai sesuatu yang baik
dan benar harus dipertahankan, sebab konsekuensi sosialnya jika tidak melakukan hal itu akan
sangat berbahaya. Bahkan hilangnya kepercayaan publik terhadap ilmu akan bisa mengarah
pada berakhirnya peradaban yang kita kenal saat ini. Doktrin tentang kebenaran ganda itu
sesungguhnya memiliki sejarah yang panjang, bersumber pada Plato dan ketidaksetujuannya
terhadap penyingkapan rasio kritis secara publik sesudah runtuhnya Athena. Steve Fuller pernah
memakai istilah penakaran untuk menggambarkan kecemasan terhadap pendapat yang dianggap
bertentangan secara publik karena potensinya yang mengundang kensekuensi sosial yang bisa
menggoyahkan. ”Penakaran” bertanggung jawab atas munculnya gagasan bahwa artefak-artefak
kultural yang penting dibubuhi tanda secara ganda, dimana pesan yang satu ditujukan untuk
menjinakan massa dengan cara memperkuat prasangka mereka, sementara yang lain hanya
ditujukan bagi para penyelidik elite yang secara mental siap berasimilasi dengan kebenaran yang
sangat bertentangan dengan intuisi. ”Penakaran” Kuhn sendiri merupakan produk dari latar
belakangnya di dalam lingkungan akademis Harvard yang sesudah mendukung diciptakannya
Bom lantas memainkan peran penting dalam Perang Dingin yang berlarut-larut dan sejarah
pribadinya dengan Conant. Semua itu mengarahkan dia untuk berkesimpulan bahwa di dunia
yang berubah-ubah dan berkutub ganda ini otonomi ilmu harus diperthankan dan dilindungi dari
pihak-pihak luar yang merusak seperti kalangan Marxis dan New Age. Upaya Kuhn untuk
menjaga citra publik dari ilmu mengarahkan dia, dikemudian hari, untuk menyangkal bahwa ia
adalah Kuhnian.

Kendati tampak adanya potensi revolusioner dalam Structure, ia telah banyak dipakai untuk
memperkuat citra ilmu yang sudah kuno dan basi. Dalam biografinya yang cemerlang. Steve
Fuller menunjukkan bahwa sebagian besar pemanfaatan atas pemikiran Structure secara
legitimatoris seluruhnya bersifat konservatif, dan pemanfaatan oleh Daniel Bell atas teori Kuhn
untuk memperkuat peran berbagai disiplin di dalam riset interdisipliner di universitas-universitas
yang diserbu pada akhir ahun 1960-an, hingga pemanfaatannya yang mutakhir oleh Francis
Fukuyama untuk menyokong pandangan bahwa perkembangan ilmu secara otonom telah
memungkinkannya menjadi penggerak produksi kesejahteraan global. Pengaruh Structure
terhadap filsafat ilmu sama sekali tidak meningkatkan sikap kritisnya terhadap ilmu. Kini para filsuf
telah puas dengan hanya mengikuti norma-norma yang terkandung secara implisit di dalam ilmuilmu tertentu yang mereka pelajari, yang dianggap telah berjalan dengan arah yang secara
normatif dikehendaki. Sebagaimana yang bisa diduga dalam dunia yang bercorak Kuhnian,
menurut Fuller, banyak perubahan orientasi filosofis ini yang disertai dengan penulisan-ulang
sejarah bidangnya sendiri. Sesudah tamatnya positivisme, Kuhn menyediakan fokus baru bagi
perdebatan filsafat, sehingga lebih mudah untuk meminggirkan Ravetz, Feyerabend, tradisi ilmu
radikal, dan sejumlah besar kritik pasca kolonial terhadap ilmu Barat. Redefinisi Structure atas
agenda kefilsafatan mengandung arti bahwa konstruksionisme menjadi fokus kritik ilmu dengan
mengorbankan sisi-sisi argumentatif dan retoris dari penyelidikan ilmiah. Istilah-istilah seperti
”rasio” dan ”rasionalitas” mengalami revisi terus menerus, sehingga kini kritik radikal atas ilmu
lantas dikaitkan dengan irasionalisme.(Ziauddin Sardar , 2002 : 60).

Kuhn telah berjasa besar, terutama dalam mendobrak citra filsafat
ilmu sebagai logika ilmu, dan mengangkat citra bahwa ilmu adalah
suatu kenyataan yang memiliki kebenaran seakan-akan sui-generis,
obyektif. Di samping itu teori yang dibangun Kuhn memiliki implikasi
yang luas dalam bidang-bidang keilmuan yang beraneka ragam.
Selama lebih dari dua dekade, gagasan Kuhn tentang paradigma
menjadi bahan diskusi dalam wacana intelektual, sejumlah kajian
kritis, baik yang mendukung maupun yang menentang, berkembang
dalam berbagai kancah disiplin keilmuan, hampir semua cabang
keilmuan menyampaikan respon lewat berbagai versi yang
dianggap cukup mewakili nuansa pemikiran yang selama ini
berkembang dalam disiplin ilmu masing-masing. Paradigma sebagai
kosa kata, menjadi wacana tersendiri, baik pada level teori maupun
praksis. Kata tersebut seolah menjadi sesuatu yang hidup, tumbuh
dan berkembang sedemikian rupa, sehingga penggagasnya sendiri
seperti kebingungan untuk menjinakkannya. (Aan Najib,
http://www.geocities.com/HtSprings/6774/j-34.html).




Daftar Pustaka
Thomas Samuel Kuhn. 2005. The Structure Of Scientific
Revolutions Peran Paradigma Dalam Revolusi Sains,
(Terjemahan Tjun Surjaman). Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.
Ziauddin Sardar. 2002. Thomas Kuhn dan Perang Ilmu.
Yogyakarta : Jendela.
Aan Najib, http://www.geocities.com/HtSprings/6774/j34.html.



Tqz strategist @ yahoo.co.id (www.scientiststrategist.blogspot.com).
zngelow @ yahoo.com.
Pak Hendi
 Kurang jelas ttg Buku dan kesimpulan
berikan gambaran
 Pak Amal
 Bingung ttg paradigma tsb dari Buku Kuhn
