Patologi Khusus Fisioterapi Pertemuan 10

Download Report

Transcript Patologi Khusus Fisioterapi Pertemuan 10

SISTEM SARAF MOTORIK
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
 Mahasiswa mampu memahami terminologi ilmu
saraf, struktur-struktur makroskopik dan
mikroskopik dan fungsi masing-masing
komponen sistim saraf termasuk organisasi
hubungan utamanya, korelasi struktur dengan
fungsi termasuk perilaku, efek utama dari lesi
terhadap area penting secara klinis dan jalur
syaraf.
 Mahasiswa mampu memahami patofisiologi
sistem saraf pusat, sistem saraf tepi,
menyangkut proses patologi, gejala dan
symptoma, dasar-dasar proses penyembuhan
sistem neuromuskuler.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1.Mahasiswa mampu memahami tentang
komponen-komponen dari sistem saraf
motorik.
2.Mampu memahami tentang fisiologi dari
komponen-komponen sistem saraf motorik.
3.Mampu memahami proses patologi, gejala,
sympton pada sistem saraf motorik.
4.Mahasiswa mampu mengenal penyakitpenyakit akibat gangguan saraf motorik.
Sistem Motorik
Jalur Motorik Desenden
Jalur motorik = UMNLMN-otot
Traktus kortiko spinal
korteks – kapsula
interna – traktus
piramidalis – traktus
kortiko spinal anterior/
lateral – LMN – saraf
perifer – otot.
Hubungan Neuro Muskular
Regenerasi Saraf Perifer
Sindroma Terowongan Karpal (Carpal
Tunnel)
Pleksus Servikalis
Mempersarafi : Otot/kulit kepala, leher,
bahu/dada atas, diagfragma
Pleksus Brachialis
Mempersarafi Bahu/lengan atas
Lesi Saraf Perifer
Lesi Pleksus Brachialis
Pleksus Lumbalis
Saraf terbesar : N Femuralis
REFLEKS SPINAL
Refleks Spinal
Untuk mengerti fungsi Medula Spinalis
dan sistem motorik
Kontrol motorik supraspinal melalui refleks
spinal
Refleks spinal yg ! secara klinis : Refleks
regang (Rr)
Refleks regang (Rr)
 Refleks sentral yang paling sederhana
 Terdiri dari 2 sel saraf: neuron reseptor – effektor
Afferen = berasal dari reseptor di kumparan otot
Efferen = motor neuron alpha/gamma ke serabut otot
 Arkus refleks sensitif thd pengaruh bermacam
mekanisme
Contoh: (Sherrington) kerusakan otak depan – rigiditas
deserebrasi
Bila + kerusakan N vestibularis – rigiditas hilang
Radiks dorsalis dipotong – rigiditas hilang
Arkus Rr Monosinaptis
Komponen Rr
Rr tonik – stimulus << – letupan motor
neuron asinkron berkepanjangan –
kontraksi kumparan otot terus menerus –
otot mempunyai tonus (gamma/<<) untuk
pengaturan sikap badan
Rr phasik – stimulus >> - letupan motor
neuron sinkron sekaligus – kontraksi
kumparan otot bersama-sama –
menentukan refleks tendo(alpha/>>)
Batasan Tonus Otot
 Resistensi aktif yang dirasakan pada kontraksi
otot bila sendi secara pasif dilakukan fleksi dan
ekstensi
 Tonus dibagi:
sensitif terhadap velocity (dinamik)
sensitif terhadap panjang (statik)
 Bila betul-betul relaks dan otot diam – tonus –
 Tonus timbul al: dg gerakan kepala,
genggaman tangan, menghitung, ketegangan
mental.
Tonus Otot
Statik
Rgs. Serabut intra/
ekstra fusal
Dinamik
+ Rgs  alpha 
intra fusal relaks
Intra/Ekstra fusal
kontraksi bersama
Kelainan Tonus
Tegang berkepanjangan – tonus selalu
teraba
Tonus tinggi + tremor – rigiditas –
“cogwheel rigidity”= fenomena roda bergigi
pada Parkinson
Ggn tonus + lesi serebelum – “claps knife
phenomenon” = fenomena pisau lipat
Rr dengan Lintasan Panjang
Mekanisme refleks tendo/H
Regangan sekaligus pada seluruh
kumparan otot (rgs tendo) –
Motor neuron alpha – kontraksi otot
(refleks tendo)
Refleks dapat timbul dg rgs listrik pada
saraf afferen (Refleks Hoffman)
Kolateral serabut afferen (Ia) inhibisi – otot
ekstensor
Sensasi posisi tungkai/control gerak
Refleks Fleksor
Stimulasi receptor nyeri kulit
(kutaneus)/FRA (Fleksor refleks afferent) fleksi tungkai = Refleks withdrawal
protective = polisinaptik.
Kolat/interneuron melintas. Garis tengah
– Tungkai kontra lateral respons ekstensor
Kontrol supraspinal = mel retikulo spinal
Contoh refleks protektif lain = r cornea,
refleks abd/kremaster dan Babinski
Kontrol supraspinal terhadap refleks
segmental
 Interaksi (supra spinal – refleks
segmental) mel interneuron/ neuron
propriospinal
Sistem propiospinal : neuron panjang dan
neuron pendek
Neuron panjang , mel serebelum – masa
laten panjang.
Refleks dengan lintasan panjang
“Tonic Vibration Refleks” (TVR)
Stimulasi vibrasi pada tendo atau “belly”
otot (gelombang rangsang pada kumparan
otot) terjadi kontraksi lambat.
Termasuk Rr tonik dg keterlibatan
supraspinal
Saat neuron melaksanakan TVR tidak
dapat berespons thd refleks fasik
Refleks Spinal
Komponen
Arkus
Refleks
Refleks =
Respons
invol, cepat
tidak
direncanakan
Reflex Regang Tonik dengan Lintasan
Panjang
Respon lebih lambat
Refleks Regang
Monosinaptik
Rgs diteruskan ke
supra spinal
Otot antagonis dg
interneuron
Refleks Tendo
Sensori/ Aff =
Tendon golgi
Refleks Fleksor
(with drawal)
Ipsilateral
Polisinaps
Poli
segmental
Refleks Ekstensor
Menyilang
Naik tangga
Melibatkan
kontra lateral
tungkai
Hubungan Basal Ganglia
Berupa loop /
sirkuit
Ggn nigro striatal
 parkinson
Ggn striatal 
chorea
TONUS OTOT DAN GERAK
Neuron motorik
LMN terdapat pada kornu anterior tdd:
Alpha, Beta dan Gamma
Merupakan jalur achir gerak: “final
commom pathway” (Sherrington)
Alpha aktif sesaat sblm aktivitas kumparan
otot: kerjasama Alpha-Gamma
Kekuatan kontraksi otot tergantung jumlah
motor unit yang terlibat
Tremor fisiologis
 Normal
 tremor tidak ada pada keadaan istirahat
 tremor ada bila mempertahankan sikap/kontr. kuat otot
 Teoritis
 tremor akibat beban mekanis otot sendiri
 osilasi Rr
 pengaturan dari sentral
 Tremor fisiologis dapat ↑ ketakutan/ketegangan mental,
ggn mtbl thirotoksikosis, hipoglikemia, uremia dan gagal
hepar dan pemulihan karena polio, polineuritis,
kelemahan otot
 Dapat ↑ dengan alkohol atau obat propanolol
Kontral supra spinal pada Motor
Neuron
Pengaturan spinal sikap badan diatur jalur
ekstra/piramidal
Refleks postur tdd: “Tonic neck(TNR) tonic labyrinthine reflex(TLR)”
TNR: putar leher kesatu sisi, rgs dari otot
leher/sendi
ekstensi tungkai atas sesisi/fleksi sisi
berlawanan
Kontrol supra spinal
 Refleks segmental lebih jelas pada kerusakan
korteks
 TLR jelas dengan posisi tegak, reseptor otolith
dipengaruhi g
Tegak: lengan fleksi/kaki ekstensi : jelas posisi
dekortikasi/distonia
Kepala ditekuk: kaki fleksi/lengan ekstensi
 Lompat dan reaksi penempatan kaki (“limb
placing reactions”) memp. pusat area tambahan
pada lb frontalis . + reaksi fleksi/ekstensi ~ jalan.
Kontrol supraspinal
Ekstrapiramidal : Akson motorik desenden
diluar sistem piramidal
Vestibulospinal/serebellospinal : aktivitas
tgt posisi kepala dan leher
Fungsi Retikulospinal: aktivitas
kewaspadaan, inhibisi/eksitasi tonus.
Fungsi Rubro/tektospinal: presisi gerak dan
gerak melingkar tt leher
Fungsi Sistem piramidal
Inferior medulla: 80% menyilang.
Sebelumnya berhub. dg ekstrapiramidal
Berasal dari area 4 dan 6 korteks
Mengatur gerak tungkai dan wajah
(unilateral), batang tubuh (bilat)
Lebih mergs gerak ekstensi tungkai atas
dan fleksi tungkai bawah
Berhub. dg refleks abdominal dan
cremaster
Gerak
Lebih otomatik = involunter
Kurang otomatik = volunter
Gerak ttd 2 komponen tsb dengan kadar
berbeda
Gerak volunteer/otomatik
 Respirasi. Gerak inspirasi/ekspirasi rgs
bergantian(reciprocal) dari BO
Gerak dapat dikontrol secara volunter
Rgs melalui motor neuron thoraks
 Righting refleks. Refleks melompat dan menempatkan
kaki
Sangat kompleks. Integrasi dengan basal ganglia dan
thalamus
 “Locomotion”. Pusat lokomotion: N subthalamik dan
mesensephalon dan mungkin juga ada di Med S.
Kontrol tdd korteks motorik, serebellum, tr retikulospinal,
basal ganglia.
Gerak involunteer/kurang otomatik
Gerak balistik. Gerak terprogram tapi
dapat dimodifikasi selama gerak
Sering pada gerakan sakadik
Gerak awal merupakan aktivitas
agonis/antagonis
Gerak melingkar: persiapan sikap !:
abd/adduksi tungkai atas dan fleksi bawah
Lukisan Botticelli
R. Babinski = Extensor
plantar respons
Kontrol gerak mel sistem piramidal dan
ekstrapiramidal
Kontrol supraspinal bayi – fleksor refleks +
Kira2 1thn – fleksor refleks –
Kira2 15 bln – fleksor refleks + sis
pir+ekstrapir ~ jalan/gerak trampil
KELAINAN TONUS
Batasan
 Tonus otot: sensasi yang dirasakan pemeriksa
bila melakukan gerak sendi dengan penderita
dalam keadaan relaks.
Dalam keadaan N tonus diatur tr pyramidal+ tr
kortikoretikulospinal dg inhibisi terhadap Rr
tonik. Rr tonik juga tgt:
faktor mekanis = sendi, ligamen dan viskoelastisitas otot
dapat diperkirakan dari postur tungkai dalam relaks,
cara lenggang
pada sakit kronik postur ditentukan refleks yang
berlebihan
pada pemeriksaan bandingkan ka-ki
Perubahan tonus otot
Umumnya perubahan refleks regang
e. kehilangan kontrol supraspinal
Kasus lesi serebellar: hipotonia + refleks
fasik ↓ / N
Kasus lesi basal ganglia tonus ↑ refleks
fasik N (Parkinson) = rigid
Bila keduanya terganggu – spastis :
refleks tonik dan fasik ↑ = sindroma UMN.
Karakteristik Lesi UMN
Kelemahan dg distribusi:
tungkai atas abductor dan ekstensor
Tungkai bawah: fleksor
Tonus otot ↑ , refleks tendo ↑ terdapat
klonus
Terdapat “ekstensor plantar respons” =
Babinski
Shock Spinal dan Serebral
Terjadi pada lesi yang tiba2
Penyebab hilangnya kontrol supra spinal
secara tiba2
Gejala: tonus flaksid dan refleks tendo –
Pada beberapa kasus refleks tendo
bertahan selama 24 jam
Menghilang dan umumnya kembali
bertahap dalam 3-6 minggu
Respon Babinski
 Refleks fleksor bila ada release UMN – respons
ekstensor plantar = Babinski
 Pada manusia yang sudah “mature” stimulasi
telapak kaki – gerak kebawah jari 1
 Lesi UMN reaksi jari 1 ekstensi (ekstensor
hallucis longus)
(Bagian dari refleks fleksor)
Refleks melalui segmen S1
Babinski juga + pada hipoglikemia dan koma pasca
epilepsi
Prinsip Tatalaksana Spastisitas
Sering spastisitas layak dipertahankan krn
dapat berfungsi spt bidai/kruk
Spastisitas dapat mengganggu pada
pasien dengan kekuatan otot baik
Obat2an yang effektif untuk Rr pada otot
anti g: Diazepam dan Baclofen
Obat suntik: Dantrolene sodium dan
Botoks