per 1000 kelahiran hidup

Download Report

Transcript per 1000 kelahiran hidup

DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2008 - 2012
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH
JL. Piere Tendean No. 24 Semarang
1
2
Angka Kematian Ibu
(per 100.000 kelahiran hidup)
PENJELASAN :
Angka Kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup)
• AKI dipengaruhi 4 terlalu yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering
melahirkan, terlalu banyak anak. Selain itu 3 terlambat, terlambat dalam
mencapai fasilitas, terlambat mendapatkan pertolongan, dan terlambat
mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan.
• Kematian ibu melahirkan biasanya akibat kondisi darurat. Sebagian besar
kelahiran berlangsung normal, tetapi sebagian kecil diikuti komplikasi akibat
pendarahan dan kelahiran yang sulit. Komplikasi persalinan dapat
menimbulkan konsekuensi sangat serius.
• Berbagai potensi masalah lainnya bisa dicegah apabila para ibu
memperoleh perawatan yang tepat sewaktu persalinan.
• Meskipun AKI di Jawa Tengah sudah berada di bawah target nasional
(RPJMN – 226/100.000 kelahiran hidup), namun upaya penurunannya
memerlukan perhatian yang serius.
4
Angka Kematian Bayi (0-1th)
(per 1000 kelahiran hidup)
5
PENJELASAN :
Angka Kematian Bayi (0-1th) - (per 1000 kelahiran hidup)
• Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir
sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi
tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi.
• Penyebab kematian bayi diantaranya masalah pada neonatal seperti afiksi
(sesak napas saat lahir), bayi lahir dengan berat badan rendah serta infeksi
neonatus. Selain itu pneumonia, diare serta masalah gizi buruk dan gizi
kurang yang biasanya mulai terjadi sejak masa kehamilan. Hal ini
menyebabkan naik turunnya AKB di Jawa Tengah.
• AKB di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75 meskipun sudah berada di
bawah target Kemenkes di Tahun 2014 sebesar 24 per 1000 kelahiran
hidup, namun tetap harus mendapatkan perhatian yang serius. Karena
angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya
intervensi yang dilakukan khususnya di bidang kesehatan.
6
Angka Kematian Balita (0-5th)
(per 1000 kelahiran hidup)
7
PENJELASAN :
Angka Kematian Balita (0-5th) - (per 1000 kelahiran hidup)
• Sebagai besar diakibatkan oleh penyakit pneumonia dan penyakit ini masih
belum banyak diperhatikan oleh masyarakat.
• Pneumonia adalah penyakit radang infeksi akut yang mengenai paru, yang
menyebabkan gejala seperti batuk, demam, napas sesak dan sesak napas.
• Selain itu disebabkan oleh gizi buruk. Seorang anak yang terkena gizi
buruk akan mempunyai sistem imun yang sangat lemah.
• Dari tahun 2008-2012 angka kematian balita terus meningkat dan kesehatan
telah melakukan upaya terobosan diantaranya dengan program Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan melalui upaya ini menunjukan penurunan.
8
Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB)
9
PENJELASAN :
Kasus Balita Gizi Buruk (BB/TB)
• Kasus gizi buruk dari tahun 2008 -2012 relatif sama, namun pada tahun
2012 menurun. Hal ini sejalan dengan upaya pendekatan strategis maupun
pendekatan taktis.
• Pendekatan strategis yaitu berupaya mengoptimalkan operasional
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita
diantaranya pengoptimalan fungsi posyandu. Pendekatan taktis merupakan
upaya antisipasi meningkatnya prevalensi balita gizi buruk serta upaya
penurunannya.
10
Kesakitan DBD (IR per 100.000 penduduk)
11
PENJELASAN :
Kesakitan DBD (IR per 100.000 penduduk)
• Kesakitan DBD yang ditunjukan dengan Insidence Rate (IR)
menggambarkan kasus DBD di masyarakat.
• Dari tahun 2008-2012 mengalami penurunan kasus DBD. Ini
dikarenakan jentik nyamuk aedes agypti mulai turun.
• Sejalan dengan penurunan kasus tersebut, menggambarkan pula
Pemberantasan Nyamuk (PSN) yang dilakukan masyarakat semakin
baik.
12
Kesakitan Malaria (API per 1.000 penduduk)
13
PENJELASAN :
Kesakitan Malaria (API per 1.000 penduduk)
• Annual Parasite Incidence (API), menrupakan indikator untuk mengetahui
incidence malaria pada satu daerah tertentu.
• Tahun 2008-2009 kasus malaria di Jawa Tengah mulai turun. Namun tahun
2010-2012 mulai muncul lagi.
• Sebenarnya kasus malaria indegenoes mulai turun, namun sejalan dengan
mobilitas penduduk tinggi terutama dari luar jawa (kasus import), kasus
malaria di Jawa Tengah muncul.
14
Penemuan TB Paru (Case Detection Rate)
15
PENJELASAN :
Penemuan TB Paru (Case Detection Rate)
• Penemuan kasus TB Paru dari tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan,
sejalan dengan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
petugas, baik petugas di Puskesmas, Rumah Sakit maupun BKPM.
• Selain itu kegiatan contact trasing (pelacakan kontak) giat dilakukan
petugas, sehingga penemuan kasus baru di masyarakat semakin
meningkat.
16
Kesembuhan TBC Paru (Cure Rate)
17
PENJELASAN :
Kesembuhan TBC Paru (Cure Rate)
• Cure Rate atau Angka Kesembuhan TB merupakan angka prosentase
pasien bau TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa
pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
• Angka Kesembuhan untuk Jawa Tegah masih di bawah angka minimal
untuk pasien baru TB paru ( 85% ).
• Angka kesembuhan tahun 2008-2010 mengalami peningkatan, namun
tahun 2011 mengalami penurunan. Penurunan angka kesembuhan ini
diantaranya banyak pasien yang putus dalam meminum obat TB (DO).
• Selain itu terdapat pasien TB yang risisten terhadap obat TB (MDR – Multy
Drug Risistence).
18
HIV/AIDS (kasus baru)
19
PENJELASAN :
HIV/AIDS (kasus baru)
• Kasus HIV/AIDS dari tahun 2008-2012 mengalami kenaikan. Hal ini
menunjukan bahwa penyebarannya meluas.
• Penyebarannya diantaranya dipengaruhi oleh faktor risiko kasus HIV/AIDS
yaitu perilaku heteroseksual; Injecting Drug Users (IDU); penularan perinatal
dan homoseksual.
• Jumlah kasus yang sudah masuk dalam stadium AIDS lebih banyak
dilaporkan dari pada yang baru terinfeksi HIV, sehingga penangan penderita
HIV terlambat dilakukan.
• Perlu dukungan seluruh masyarakat dan kerjasama berbagai pihak untuk
melakukan berbagai upaya pengendalian penyakit HIV-AIDS
20
Penemuan Penderita Baru Kusta (PB/MB)
21
PENJELASAN :
Penemuan Penderita Baru Kusta (PB/MB)
• Penderita kusta Multi Basilet (MB) atau kusta basah merupakan sumber
penularan penyakit kusta. Penderita MB ini tidak akan menularkan kusta,
apabila berobat teratur.
• Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi basiller (MB)
kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Dan sebagian besar
manusia kebal terhadap penyakit kusta (95%).
• Kusta Pausi Basiler (PB), berarti mengandung sedikit basil, yakni tipe TT,
BT dan I
• Dari data tahun 2008-2011 penderita kusta MB cenderung meningkat,
dipengaruhi oleh ketidak teraturan penderita untuk berobat.
22
Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat 2
23
PENJELASAN :
Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat 2
• Data penderita kusta catat tingkat 2 yang dari tahun 2008 – 2012 mengalami
fluktuasi, disebabkan karena penemuan, diagnosis dan penaganan secara
dini kurang.
• Hal tersebut disebabkan karena penderita kusta cenderung tertutup dan
dikucilkan masyarakat, sehingga menimbulkan masalah sosio medis.
• Stigma masyarakat yang cenderung memojokan penderita kusta,
mempersulit penemuan dan penanganan penderita.
24
Non Polio AFP Rate
25
PENJELASAN :
Non Polio AFP Rate
• Tahun 2008 – 2012 tidak ada penderita Polio di Jawa Tengah.
• Non Polio Acute Flaccid Paralysis menyebabkan demam, muntah, sakit
perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot
terasa lembek jika disentuh.
• Sedangkan kasus non polio AFP di Jawa Tengah cenderung berfluktuasi
dari tahun 2008 – 2012.
26
27
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
PENJELASAN :
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
• Kunjungan antenatal ini diberi kode angka K yang merupakan singkatan dari
kunjungan.
• Pemeriksaan antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Ini berarti
bahwa minimal kunjungan yang harus dilakukan ibu hamil sekali kunjungan
antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal
selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan
antenatal pada usia kehamilan diatas 36 minggu.
• Kunjungan ibu hamil (K4) dari tahun 2008 sampai dengan 2012 mengalami
naik turun, dipengaruhi oleh kemauan kunjungan ibu hamil untuk
memeriksakan kesehatannya ke petugas kesehatan guna mendapatkan
perawatan kehamilannya. Kemauan ibu hamil dan keaktifan petugas
kesehatan lini depan untuk melakukan kunjungan lapangan mempengaruhi
tinggi rendahnya cakupan ini.
29
Cakupan Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan
PENJELASAN :
Cakupan Pertolongan Persalinan Tenaga Kesehatan
• Para ibu bersalin memerlukan bantuan tenaga persalinan terlatih, baik
petugas di rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat ataupun bidan desa
saat akan melakukan persalinan.
• Dengan adanya program di desa, sangat memudahkan ibu bersalin untuk
mendapatkan akses pertolongan persalinan.
• Perkembangan cakupan persalinan tenaga kesehatan dari tahun 2008 –
2012 semakin meningkat, karena tersedianya tenaga kesehatan terlatih
yang siap membantu persalinan. Utamanya adanya bidan di setiap desa
(bidan desa).
31
Cakupan Neonatal Risiko Tinggi / Komplikasi Yang Ditangani
PENJELASAN :
Cakupan Neonatal Risiko Tinggi / Komplikasi Yang Ditangani
• Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk menderita sakit atau kematian dari pada bayi lain.
• Pada tahun 2008 sempat mengalami kenaikan, pada tahun 2009 sempat
mengalami penurunan dan sampai dengan tahun 2012 terus menunjukkan
kenaikan.
• Pada saat terjadi penurunan, dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
masyarakat saat itu, yang berpengaruh pada gizi ibu hamil. Gizi yang
kurang mempengaruhi bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah
(berat badan kurang dari 2500 gram - BBLR).
• Dari tahun ke tahun penemuan dan penangan neonatus risiko tinggi
semakin baik. Keaktifan petugas kesehatan dan kader kesehatan sangat
membantu penemuan dan penanganan kasus.
33
Cakupan Kunjungan Bayi
PENJELASAN :
Cakupan Kunjungan Bayi
• Kunjungan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari)
untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh
dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling
sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (neonatus).
• Cakupan kunjungan bayi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
menurun, dipengaruhi oleh kesadaran ibu untuk memeriksakan kesehatan
bayinya. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan, sejalan dengan evaluasi
program terhadap penurunan kunjungan.
• Pada tahun 2012 dilakukan upaya penyuluhan dan motivasi kepada ibu
untuk memeriksakan bayinya secara rutin ke petugas atau pelayanan
kesehatan.
35
Desa/Kelurahan UCI
PENJELASAN :
Desa/Kelurahan UCI
• Dari tahun 2008 – 2012 cakupan semakin baik, disebabkan antara lain
perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah terhadap program
imunisasi semaikin baik.
• Selain itu adanya dukungan dana operasional untuk imunisasi baik rutin
maupun tambahan, dan tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang
adekuate.
• Koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta, sumber
daya yang semakin memadai serta pengetahuan masyarakat tentang
program dan manfaat imunisasi juga semakin baik.
37
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak Balita Dan Prasekolah
PENJELASAN :
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita Dan Prasekolah
• Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita merupakan kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak pra sekolah.
• Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh
kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
• Dari tahun 2008-2012, kegiatan ini semakin meningkat, diantaranya
semakin digunakannya Buku Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS merupakan
kartu yang memuat kurva pertumbuhan anak berdasarkan indeks
antropometri berat badan menurut umur.
• Selain itu kegiatan deteksi tumbuh kembang anak balita juga dilakukan di
Posyandu.
39
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
PENJELASAN :
Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
• Sejak tahun 2010, cakupan balita gizi buruk 100% mendapat perawatan,
karena setiap kasus gizi buruk harus mendapatkan penanganan dan
perawatan.
41
Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
PENJELASAN :
Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
• Penjaringan kesehatan anak SD dan setingkat merupakan kegiatan rutin
yang dilakukan setiap tahunnya.
• Sasaran dari kegiatan ini adalah anak SD khususnya kelas 1. Pemeriksaan
kesehatan meliputi pemeriksaan berat dan tinggi badan kemudian diikuti
pemeriksaan fisik dan gigi. Kegiatan ini juga dibarengi dengan penyuluhan
tentang kesehatan gigi dan PHBS.
• Data kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat ini dari tahun
2008-2012 mengalami peningkatan sejalan dengan kesadaran / kerjasama
antara sekolah dengan petugas pelayanan kesehatan, khususnya
Puskesmas untuk mengetahui / memantau kesehatan siswanya.
43
Cakupan Peserta KB Aktif
PENJELASAN :
Cakupan Peserta KB aktif
• Cakupan peserta KB aktif dari tahun 2008-2012 cenderung stabil.
• Upaya untuk meningkatkan kepesertaan KB diantaranya dengan promosi
dan konseling terhadap Pasangan Usia Subur (PUS).
• Kalau upaya ini kurang, maka akan menurunkan kesadaran masyarakat
(PUS) untuk ber-KB. Dan petugas KB dan kesehatan sebagai garda
terdepan, kalau kurang aktif juga akan menurunkan kepersertaan secara
aktif PUS dalam ber-KB.
45
Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang Ditangani <24 Jam
PENJELASAN :
Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang Ditangani <24 Jam
• Dari tahun 2008 – 2012, desa/kelurahan yang mengalami kejadian luar
biasa dan ditangani < 24 jam, secara keseluruhan 100% ditangani.
• Hal ini merupakan bentuk respon cepat dari petugas jajaran kesehatan
untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
• Selain itu, dengan respon cepat ini, kejadian luar biasa dapat ditangani
dengan lebih cepat dan lebih baik.
47
Penduduk Yang Memanfaatkan Jamban
PENJELASAN :
Penduduk Yang Memanfaatkan Jamban
• Data Penduduk Yang Memanfaatkan Jamban dari tahun 2008 – 2012
mengalami fluktuasi, karena data yang diperoleh bersal dari survey,
sehingga data tersebut dipengaruhi oleh tempat pendataan/survey.
• Tahun 2011 mengalami penurunan, karena penduduk yang di survey
/didata tidak sebanyak tahun sebelumnya.
• Namun demikian data tersebut dapat menggambarkan kondisi
penduduk yang memanfaatkan jamban di Jawa Tengah.
49
Cakupan Pemanfaatan Air Bersih
PENJELASAN :
Cakupan Pemanfaatan Air Bersih
• Cakupan penduduk yang memanfaatan air bersih dari tahun 2008 –
2012 mengalami fluktuasi, karena data yang diperoleh bersal dari
survey, sehingga data tersebut dipengaruhi oleh tempat
pendataan/survey.
• Namun demikian data tersebut dapat menggambarkan kondisi
penduduk yang memanfaatkan memanfaatan air bersih di Jawa
Tengah.
51
Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes
PENJELASAN :
Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes
• Rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes tahun 2011 – 2012
mengalami kenaikan, sejalan dengan meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam melakukan Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN).
• Promosi dan pemberdayaan masyarakat untuk melakukan PSN,
utamanya di dukung oleh kader, PKK dan kelompok dasa wisma.
53
Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat
PENJELASAN :
Tempat Umum Yang Memenuhi Syarat
• Tahun 2011 dan 2012 tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
mengalami kenaikan, sejalan dengan lebih ditingkatnya pemantauan /
pengawasan kesehatan.
• Pada tahun 2010 mengalami penurunan, karena kuantitas survey di lokasi
tempat umum yang berkurang.
55
Posyandu Purnama
PENJELASAN :
Posyandu Purnama
• Posyandu Purnama dari tahun 2009 – 2011 mengalami peningkatan,
sejalan dengan meningkatnya partisipasi masyarakat untuk
mengembangkan Posyandu, termasuk program revitalisasi Posyandu.
• Tahun 2012 mengalami penurunan, karena kualitas Posyandu meningkat.
Yang semula Posyandu Purnama meningkat menjadi Posyandu Mandiri.
• Perubahan Posyandu Purnama menjadi Posyandu Mandiri ini, dapat dilihat
dari peningkatan dari jumlah Posyandu Mandiri.
Posyandu Mandiri
PENJELASAN :
Posyandu Mandiri
• Tahun 2008 – 2012 jumah Posyandu Mandiri mengalami peningkatan. Hal
tersebut menunjukan bahwa kualitas Posyandu dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan.
• Selain kualitas Posyandu yang semakin meningkat, perkembangan ini juga
menunjukkan partisipasi masyarakat dalam penggerakan Posyandu juga
semakin baik.
• Masyarakat berupaya meningkatkan strata Posyandu dari yang Posyandu
Purnama menjadi Posyandu Mandiri.