analisa biaya dan pendapatan untuk mengetahui kelayakan usaha

Download Report

Transcript analisa biaya dan pendapatan untuk mengetahui kelayakan usaha

ANALISA BIAYA
DAN PENDAPATAN
UNTUK MENGETAHUI
KELAYAKAN USAHA
BREAK EVENT POINT (BEP)
 Dengan menggunakan analisa BEP ini, usaha
akan layak bila BEP lebih kecil dari estimasi
peluang pasar yang tersedia. Semakin besar
kapasitas pasar yang tersedia akan semakin
menguntungkan.
BT
 Rumus :
BEP (unit) 
 1 unit
HJ  BV
atau
BEP (rupiah) 
BT
BV
1
HJ
BEP
 Rumus BEP dengan laba
BT  Laba
BEP (unit) 
 1 unit
HJ  BV
atau
BT  %laba. X
BEP 
BV
1
HJ
Contoh BEP
 Suatu usaha produksi memiliki biaya tetap tahunan
Rp. 20.000.000,- dan biaya variabel per unit produk
Rp. 1.000,-. Harga jual produk per unit Rp. 1.500,-.
Untuk kepentingan kemajuan perusahaan, laba
dipatok sebesar 20%. Perkiraan pasar menunjukkan
bahwa kapasitas pasar yang tersedia mencapai
kisaran 10.000 unit per tahun. Dengan
menggunakan analisis BEP, layak atau tidak usaha
ini?
Contoh BEP

Misal jumlah penjualan = X, maka


BEP Unit = Rp. 150.000.000 / 1.500 = 100.000 unit.
Oleh karena kapasitas pasar hanya mencapai kisaran 10.000 unit per tahun dan BEP untuk
mencapai laba 20% sebesar 100.000 unit , maka usaha ini tidak layak karena BEP > kapasitas
pasar.
PAY BACK PERIODE (PBP)
 Merupakan suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran suatu investasi
(capital outlays) dengan menggunakan aliran kas
masuk neto (proceeds) yang diperoleh.
 Layak tidaknya suatu peluang usaha tergantung
berapa lama periode pengembalian modal, semakin
cepat kembali berarti usaha tersebut semakin
menguntungkan.
 Rumus :
Contoh PBP
 Suatu usaha membutuhkan investasi (capital
outlays) sebesar Rp. 120.000.000,-. Aliran kas
masuk (proceeds) diperkirakan Rp. 40.000.000 per
tahun selama 6 tahun (sesuai jangka waktu
pengembalian kredit yaitu selama 6 tahun). Berapa
PBP-nya? Usaha tersebut layak atau tidak?
Artinya bahwa dari data diatas, usaha tersebut
kembali modal pada tahun ke 3 sehingga usaha
tersebut layak (PBP < waktu pengembalian kredit)
RETURN ON INVESTMENT (ROI)
 Adalah tingkat pengembalian seluruh harta yang
digunakan untuk melaksanakan usaha dalam
menghasilkan laba.
 Tingkat ROI yang tinggi akan semakin baik (layak).
 Gunanya : untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pengembalian dari seluruh harta yang
diinvestasikan.
 Rumus :
Contoh ROI
 Selama tahun 2009 PT ABC memiliki total harta Rp.
50.000.000,- dan laba usaha yang diperoleh selama
tahun itu Rp. 2.500.000,-. Berapa ROI? Usaha tersebut
layak atau tidak?
Data diatas menunjukkan bahwa ROI : 5% sehingga
usaha ini layak hanya jika bunga (tabungan) bank < 5%,
sebaliknya bila > 5% menjadi tidak layak.
INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
 Adalah tingkat pengembalian modal sendiri yang digunakan untuk
usaha.
 Berguna untuk :
 Mengetahuhi seberapa manfaat dana yang ditanamkan dalam usaha
untuk mendapatkan laba.
 Mengetahui seberapa besar pengembalian modal sendiri jika
digunakan untuk melaksanakan usaha.
 Makin tinggi IRR makin baik artinya jika IRR lebih tinggi dari bunga
bank, berarti usaha yang dijalankan layak, tetapi bila lebih rendah,
berarti tidak layak.
 Rumus :
Contoh IRR
 Awal tahun 2009, Benjo telah menyetor modal
usaha sebesar Rp. 10.000.000,- dan pada akhir
tahun 2009 dari usaha tersebut mendapat
penghasilan / keuntungan sebesar Rp. 500.000,-.
Berapa IRR? Usaha tersebut layak atau tidak?
Data diatas menunjukkan bahwa IRR : 5% sehingga
usaha ini layak hanya jika bunga (tabungan) bank <
5%, sebaliknya bila > 5% menjadi tidak layak.
NET PRESENT VALUE (NPV)
 Adalah nilai kini bersih.
 Berguna untuk : menganalisis aliran dana kas dan
sekaligus dapat mengetahui nilai kini bersih pada
saat itu.
 Rumus :
NPV = Aliran Kas Netto - Biaya Investasi.
 Suatu usaha dinyatakan layak jika NPV positif atau
NPV > 0, sebaliknya tidak layak jika NPV negatif
atau NPV < 0.
Contoh NPV
 Akhir tahun 2009 UD ABC memiliki kas netto : Rp.
100.000.000,-. Jumlah kewajiban / biaya investasi
Rp. 10.000.000,-. Berapa NPV? Usaha tersebut
layak atau tidak?
NPV = Rp. 100.000.000,- - Rp. 10.000.000,= Rp. 90.000.000,-
Data diatas menunjukkan bahwa usaha tersebut
layak karena NPV positif atau NPV > 0.
CASH FLOW (ALIRAN KAS)
 Sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai
akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah
aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan
dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap
periode
 Yang mendasari dalam mengatur arus kas adalah memahami
dengan jelas fungsi dana/uang yang kita miliki, kita simpan
atau investasikan. Fungsi tsb. meliputi :



Likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada
pengurangan investasi awal.
Anti inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan
pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
Capital growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/
perkembangan kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang..
CASH FLOW (ALIRAN KAS)
 Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di
bagi menjadi tiga kelompok yaitu:



Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang
berkaitan dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya;
pembelian tanah, gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas awal
dapat dikatakan aliran kas keluar (cash out flow)
Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran
kas yang berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan,
biaya umum, dan administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional
merupakan aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar
(cash out flow).
Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang
berkaitan dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal
kerja, nilai sisa proyek yaitu penjualan peralatan proyek.
Manfaat
 Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang
berhubungan dengan rencana keuangan perusahaan
dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
 Sebagi dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk
masa yang akan datang dan memperkirakan jangka
waktu pengembalian kredit.
 Membantu menager untuk mengambil keputusan
kebijakan financial.
 Untuk kreditur dapat melihat kemampuan
perusahaan untuk membayar kredit yang diberikan
kepadanya
Contoh Penyusunan Cash Flow
 Berikut ini adalah estimasi penerimaan dan
pengeluaran perusahaan PT. Usaha Anda yang
bergerak dibidang industri makanan dalam waktu
enam bulan
Contoh Penyusunan Cash Flow
Contoh Penyusunan Cash Flow
Contoh Penyusunan Cash Flow
 Asumsi-asumsi :
 Saldo kas awal Rp 10,000,000
 Saldo kas minimum yang harus dipertahankan sebesar
Rp 10,000,000/bulan
 Platfond pinjaman yang diberikan oleh bank adalah
sebesar Rp 50,000,000 dengan bunga 10 % flat jangka
waktu 1 tahun, tetapi pencairannya sesesuaikan dengan
kondisi arus kas pada perusahaan.
Estimasi Penerimaan Tunai
Asumsi lain :
 Setelah menyusun estimasi penerimaan dan
pengeluaran, dapat terlihat bahwa pengeluaran pada
bulan January lebih besar dari penerimaannya, sehingga
perusahaan mengalami deficit sebesar Rp 2,000,000.
untuk menutupi deficit tersebut perusahaan
menggunakan fasilitas pinjaman yang diberikan oleh
bank. Besarnya pinjaman disesuaikan dengan
kebutuhan, dalam hal ini maka untuk menjaga saldo kas
minimum yang harus dipelihara perusahaan maka
perusahaan menggunakan pinjaman dana sebesar Rp
2,000,000 dengan syarat ketentuan diatas. Untuk
melihat apakah perusahaan tersebut fleksibel atau tidak
maka dapat dilihat estimasi cash flow di bawah ini :
Estimasi Cash Flow
Kesimpulan dari contoh kasus Cash Flow
 Dari estimasi tersebut, kas perusahaan menunjukan
hasil yang surplus dan perusahaan dapat
mengembalikan pinjaman bank sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dan pada akhirnya
perusahaan tersebut secara financial dapat
dikatakan flexible.