Transcript Strategi Penanggulangan Bencana (final)

S T R AT E G I P E N A N G G U L A N G A N B E N C A N A
D I L A U T : K E B I J A K A N , I M P L E M E N TA S I ,
D A N TA N TA N G A N
O l e h : J u s t i n u s Ta n g k e l a n g i
K e p a l a D i n a s P e r k a p a l a n d a n Tr a n s p o r t a s i
BPMIGAS
Surabaya, 28 Maret 2011
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
LAUT DALAM
DI INDONESIA
WEST SENO HUB
PENGEMBANGAN LAUT DALAM PERTAMA DI INDONESIA
WATER DEPTH : 2,400 – 3,400 ft
BERPRODUKSI PADA AGUSTUS 2003
FASILITAS :
TENSION LEG PLATFORMS
• Deck weight : 1,700 t
• Hull weight : 4,800 t
• Installation
: 2003
• TLP Tendon : 3,200 ft
FLOATING PRODUCTION UNIT
• Spread lying barge, 500 m dari TLP
• Diinstall pada kedalaman 3,200 ft
• Design capacity : 60,000 bopd crude oil, 150 mmscfd gas, 40,000
barrel per day air, 50 mmscfd gas yang dapat diinjeksikan
kembali ke reservoir
• Barge dibangun di PT PAL. Instalasi topside di Hyundai, Korea
Selatan.
EXPORT PIPELINES KE ONSHORE
3
Tender-assist
Drilling Rig
Tension-Leg
Platform (TLP)
Floating Production Unit
(FPU)
4
GENDALO – GEHEM PROJECT
Gendalo Hub meliputi : Gendalo, Maha, dan Gadang fields
Gehem Hub untuk mengembangkan lapangan Gehem
Gendalo dan Gehem Hub masing-masing akan menggunakan FPU
dengan dimensi sama, namun dengan kapasitas produksi berbeda, yaitu :
Gendalo : 700 mmscfd; 25 mbopd
Gehem : 420 mmscfd ; 30 mbopd
Gas dan condensate diekspor dari masing-masing hub dengan pipa
yang terpisah menuju Santan Terminal
5
BANGKA PROJECT
Single 36 km long 10” flowline (flexible or rigid) and umbilical tied
back to existing West Seno FPU
Hydrate suppression (methanol) system & other processing to be
added to FPU
Export via existing West Seno pipelines to Santan terminal
Bangka
6
ABADI FIELD
7
FLNG UNTUK ABADI FIELD
 FLNG terdiri dari: Gas Pre-Treatment & Liquefaction Process, Living
Quarter, Hull, Storage Tank, Offloading and Turret & Mooring System.
 Aspek yang perlu dipertimbangkan pada saat desain FLNG :
-Motion Condition (Process performance & Fatigue)
-Class Society’s Requirement
-Safety Studies (Engineering HSE)
-Constructability (Module yard, Integration yard & Shipyard)
-Offshore operation
Living
Quarter
Topsides
Turret
Hull & Tank
Mooring
Drilling
Center
Flowline/Umbilical
Riser
Abadi Gas Field
8
FLNG UNTUK ABADI FIELD
9
FUTURE DEVELOPMENT
ENI (BUKAT) LTD, AMBALAT
HESS (SEMAI), SELAT MAKASSAR,
STATOIL HYDRO, SELAT MAKASSAR,
CONOCOPHILLIPS INDONESIA, AMBORIP,
MURPHY OIL, SELAT MAKASSAR,
MARATHON, SELAT MAKASSAR,
ANADARKO, SELAT MAKASSAR,
EXXONMOBIL, SELAT MAKASSAR,
TATELY, SELAT MAKASSAR
ZUDAVI, SELAT MAKASSAR,
CNOOC SES LTD, LAUT ARU
TALISMAN (SAGERI), SELAT MAKASSAR
10
DEEPWATER TECHNOLOGY
• Compliant Tower
 Tower slender jacket ; Compliant : designed to avoid
resonance with large waves
 Limited water depth range
 Robust relative to payload changes,
 Less steel tonnages required,
 Simpler, conventional fabrication,
 Installation flexibility
• TLP
 Mini-TLPcost-effective solution in smaller deepwater fields
 Lack storage
 Best used where pipeline infrastructure can be accessed.
11
DEEPWATER TECHNOLOGY
(Lanjutan)
• FPSO




Greatest flexibility of all production systems,
No weight constrain,
Accommodate large processing units,
Units equipped with internal turrets can operate in severe
weather
• Semisubmersible
 Better motion characteristic,
 Lack of mobility,
 Suitable for long operation at a single location
• Spar
 Can be configured to any combination : production, workover,
drilling, storage,
 Flexibility  basic configuration changes little as water depth
increases,
 Only the mooring lines changes as the water depth increases,
 The motion and stability are largely unaffected by water depth.
12
DEEPWATER TECHNOLOGY
Conventional fixed
platforms
Compliant tower
Vertically moored
tension leg and
mini-tension leg
platform
Spar
Semisubmersibles
(Lanjutan)
Floating production,
storage, and offloading
13
Relative Total Cost
DEEPWATER DEVELOPMENT SOLUTIONS
Water Depth
Sumber : McDerrmott
14
Sumber : McDerrmott
15
CHALLENGES
• LOWER WEIGHT AND LESS EXPENSIVE HULL,
• GREATER MOTION STABILITY AND PAYLOAD
CAPACITY,
• DEEPWATER RISER TECHNOLOGY,
• MOORING LINES FOR ULTRA DEEP WATER
16
MOORING SYSTEMS
• SPREAD MOORING
 Permanent or disconnectable
 Allow for use of existing ships systems
 Fixed heading
 Separation of the mooring and the riser
17
MOORING SYSTEMS
Type
Water Depth
Seastate
Fixed Tower
20 – 50 m
Hs = 5 m
CALM or CALRAM
30 – 150 m
Hs = 8 m
SALM
200 m
Hs = 12 m
External Turret
50 m - Deepwater
Hs = 12 m
Internal Turret
50 m - Deepwater
Hs = 18 m
18
MOORING SYSTEMS
Fixed Mooring
Internal Turret
CALM
SALM
19
DEEPWATER RISER SYSTEM
• TYPE RISER
 Flexible catenary
Shallow water
 Steel catenary,
 Freestanding bundle hybrid risers
 Freestanding single line hybrid risers
Catenary Riser
Deepwater
Freestanding Riser
20
MOORING AND RISER INTEGRATION
• MODIFIKASI PADA DESAIN MOORING DAN RISER
AKAN MEMPENGARUHI DESAIN SYSTEM LAINNYA,
BEGITU PULA SEBALIKNYA (ITERATIVE PROCESS)
• MOORING DAN RISER TERDIRI DARI LONG LEAD ITEM
ANTARA LAIN :
 MOORING CHAIN
 FLEXIBLE RISER
 FLUID AND POWER SWIVEL
 MATING RINGS AND BEARINGS
21
MOORING AND RISER INTEGRATION
• MOORING DAN RISER DIPERLAKUKAN SEBAGAI
SISTEM YANG BERBEDA KARENA :
 PEMISAHAN ANTARA NAVAL DAN SUBSEA
DISCIPLINE,
 SUPLLIER YANG BERBEDA,
 KONTRAK YANG BERBEDA ANTARA RISER DAN
MOORING,
HAL TERSEBUT DI ATAS DAPAT MENGAKIBATKAN
KOORDINASI YANG BURUK ANTAR TIM
• DESAIN YANG COMPLICATED MEMERLUKAN :
 FOKUS PADA FEASIBILITY STUDY DAN FEED
 KOORDINASI YANG BAIK ANTAR DISIPLIN / TIM,
22
LANDASAN HUKUM
LANDASAN HUKUM INTERNASIONAL
SAFETY OF LIFE AT SEA (SOLAS)
MARINE POLLUTION (MARPOL)
COLLITION REGULATION (COLREG)
STANDARD TRAINING CERTIFICATION AND WATCH
KEEPING (STCW)
INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT (ISM) CODE
INTERNATIONAL CONVENTION ON CIVIL LIABILITY
FOR OIL POLLUTION (CLC)
INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ESTABLISHED
OF AN INTERNATIONAL FUND FOR COMPENSATION
FOR OIL POLLUTION DAMAGE
24
LANDASAN HUKUM NASIONAL
UNDANG – UNDANG NO. 17 TAHUN 2008 TENTANG
PELAYARAN
PP NO. 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN
LINGKUNGAN MARITIM
PP NO 5 TAHUN 2010 TENTANG KENAVIGASIAN
KM NO. 5 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA
PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL
KM NO. 4 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN
PENCEMARAN DARI KAPAL
PP NO. 51 TAHUN 2002 TENTANG PERKAPALAN
PP NO. 7 TAHUN 2000 TENTANG KEPELAUTAN
25
PENCEGAHAN BENCANA
ALUR OPERASIONAL KAPAL HULU MIGAS
Eksplorasi
CIQPT
Eksploitasi
Award
Lelang
Produksi
Transportasi
BPMIGAS & KKKS
BPMIGAS
& KKKS
Pemerintah
BPMIGAS & KKKS
BPMIGAS MENANGANI MANAJEMEN OPERASIONAL KEGIATAN
USAHA HULU MIGAS
27
DEFINISI
MARPOL - IMO :
“SHIP means a vessel of any type whatsoever operating in the
marine environment and includes hydrofoil boats, air-cushion
vehicles, submersibles, floating craft and fixed or floating
platforms”
UU PELAYARAN NO 17 TAHUN 2008 :
“Kapal adalah kendaraaan air dengan bentuk dan jenis tertentu,
yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi
lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat
apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah”
Peraturan untuk kapal :
Statutory (Negara Bendera)
Klas
28
STATUTORY DAN KLASIFIKASI
Statutory
Kejelasan yurisdiksi yang berlaku di atas kapal,
Perlindungan terhadap ABK / jiwa manusia di
atas kapal,
Klasifikasi
Verifikasi pemenuhan minimum standard
struktur dan mekanikal,
Verifikasi dilakukan selama desain, konstruksi,
dan service life,
Jaminan asuransi
Lingkup Klasifikasi
Hull (structural strength/fatigue, stability)
Marine system and machinery
Safety of hydrocarbon facilities
Mooring system
Risers and subsea system (strength, fatigue, pressure integrity)
29
Klasifikasi
Kecuali well, semua bagian di atas dapat diklaskan
30
RISK BASED INSPECTION
 RBI ADALAH SALAH SATU METODOLOGI UNTUK MENGOPTIMALKAN INSPEKSI.
 TUJUANNYA ADALAH UNTUK MEMFOKUSKAN INSPEKSI PADA AREA DENGAN
RESIKO TINGGI. AREA DENGAN RESIKO RENDAH INSPEKSINYA AKAN DIKURANGI
ATAU DIKELUARKAN DARI PROGRAM INSPEKSI NORMAL,
 RBI MERUPAKAN METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG SISTEMATIS,
UNTUK MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN MANA YANG CENDERUNG UNTUK GAGAL
DAN MENYEBABKAN BAHAYA BAGI MANUSIA SERTA LINGKUNGAN
 RBI MENGKOMBINASIKAN PRINSIP-PRINSIP RESIKO (FAILURE X
CONSEQUENCES) DENGAN PENGALAMAN OPERASIONAL, UNTUK MENDAPATKAN
PROGRAM INSPEKSI YANG COST EFFECTIVE.
31
RISK BASED INSPECTION
(Lanjutan)
32
PENANGGULANGAN BENCANA
KECELAKAAN OFFSHORE MIGAS
SEBELUM
34
KECELAKAAN OFFSHORE MIGAS
SESUDAH
35
KECELAKAAN OFFSHORE MIGAS
SESUDAH
36
KECELAKAAN OFFSHORE MIGAS
37
PENANGGULANGAN TUMPAHAN MINYAK DI PERAIRAN
(PTMP)
I
EXXONMOBIL OIL INDONESIA
MEDCO E&P INDONESIA
JOB PERTAMINA – COSTA INT’L
PERTAMINA EP REGION SUMATRA
SALAMANDER ENERGY
TOTAL E&P INDONESIE
CHEVRON INDONESIA CO.
VICO INDONESIA
MEDCO E&P INDONESIA
PERTAMINA EP REGION KTI
PERTAMINA EP UBEP TANJUNG
III
@ 2010 BPMIGAS. All rights
reserved
II
CHEVRON PACIFIC INDONESIA
BOB PT BSP – PERTAMINA HULU
KONDUR PETROLEUM S.A.
PETROSELAT
PETROCHINA INT’L JABUNG
JOB PERTAMINA HESS JAMBI MERANG
PERTAMINA EP REGION SUMATRA
PERTAMINA EP UBEP LIRIK
MEDCO E&P INDONESIA
CONOCOPHILLIPS GRISSIK
CONOCOPHILLIPS
PREMIER OIL
STAR ENERGY
TAC PERTAMINA-PAN
VI
JOB PERTAMINA-MEDCO TOMORI
ENERGY EQUITY SENGKANG PTY. LTD.
VII
IV
CNOOC SES LTD
PERTAMINA HULU ENERGI ONWJ
PERTAMINA EP REGION JAWA
V
VIII
PETROCHINA INT’L BERMUDA
KALREZ PETROLEUM
JOB PERTAMINA PETROCHINA SALAWATI
CITIC SERAM ENERGY LTD
BP BERAU LTD.
BPMIGAS
HESS IND. U. PANGKAH
KODECO ENERGY CO. LTD.
PERTAMINA EP REGION JAWA
SANTOS MADURA/SAMPANG PTY. LTD
JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA
KANGEAN ENERGY INDONESIA
CAMAR RESOURCES CANADA
MOBIL CEPU LTD.
HUSKY OIL EAST BAWEAN
38
KONSEP PENANGGULANGAN TIER 1, 2 & 3
Tier 1 dipersiapkan oleh masing-masing KKKS dengan
peralatan PTM
Tier 2 ditanggulangi dengan:
Bantuan peralatan dari KKKS lain
Bantuan dari instansi terkait lain
Bantuan penyedia jasa dalam atau luar negeri
Bantuan penyedia jasa fasilitas bersama PTMP Tier 2
Tier 3 ditanggulangi dengan:
Puskodalnas mengkoordinasikan semua sumber daya
yang ada untuk operasi penanggulangan
Meminta bantuan penyedia jasa dari lokal dan asing
(Tier 3 service center)
39
Bagan Koordinasi & Pengendalian PTM
KLH
BPMIGAS
Bantuan
Internasional
Ditjen
HUBLA
Instansi
Terkait
Ditjen
Migas
ADPEL / KANPEL
Kontraktor KKS
Head Quarter
Kontraktor KKS
Incident
Coordinator
On Scene
Commander
Regu-regu
Bapedalda
Pemkab/Pemkot/
Pemprov
Kontraktor KKS
Area PTMP
Pertamina Hilir
Area PTMP
TNI / Polri / SAR
MANAGING RISK
MARINE INSURANCE VS P&I
Asuransi Hull dan Machinery serta Protection and
Indemnity diperlukan dalam rangka menajemen resiko
Asuransi Maritim dan P & I dibentuk berdasarkan Marine
Insurance Act 1960
Perbedaan Hull & Machinery vs P&I
Marine Insurance
Resiko Terukur
Lingkup resiko tertentu
Membayar premi kepada
penanggung
Profit oriented
P&I
Resiko tidak terukur
Lingkup resiko lebih luas
Didanai bukan oleh premi
tetapi oleh calls
Non-profit oriented
42
MARINE INSURANCE VS P&I
H&M
(Lanjutan)
Kerusakan H & M
-Partial loss
-Total loss
Salvage
General Average
Collision
Contactual Liabilities
-Cargo
-Crew
-Passenger
P&I
Statutory Obligation
-Customs
-Immigration
-International Convention
-Pollution
Third Party Liabilities
-Collision Liabilities
-Kecelakaan diri
Sumber : Synergy
43
PROTECTION AND IDEMNITY
Protection and Indemnity adalah suatu wadah yang berupa badan atau
asosiasi yang dimiliki oleh seluruh anggota Pemilik Kapal / Operator /
Penyewa untuk memproteksi segala Tanggung Jawab Hukum terhadap
pihak ketiga akibat kecelakaan kapal yang tidak dapat diproteksi oleh
perusahaan asuransi dan disebut sebagai asuransi bersama (mutual
insurance),
Kapal yang beroperasi di kegiatan usaha hulu migas : + 700 unit
Nilai Claim Offshore Per tahun di KKKS sebagai berikut:
(Belum dilakukan Risk Assessment)
- 2007: USD 40,048,311.64
- 2008: USD 9,693,229.29
- 2009: USD 41,094,403.00
Sumber : Synergy
44
PROMINDO
BPMIGAS sebagai badan pelaksana yang ditunjuk pemerintah untuk
memastikan kelancaran kegiatan operasi hulu migas, membutuhkan
jaminan atas fasilitas yang dioperasikan,
BPMIGAS fokus terhadap implementasi cabotage, yang di dalamnya
termasuk penngunaan P&I dalam negeri. Saat ini, telah berdiri
PERKUMPULAN PROTEKSI MARITIM INDONESIA (PROMINDO),
PROMINDO merupakan perkumpulan yang beranggotakan para
Pemilik, Operator dan Penyewa kapal yang beroperasi di wilayah kerja
Minyak dan Gas,
MoU antara BPMIGAS
14 Januari 2011,
dan
PROMINDO
ditandatangani
pada
Dengan penandatangan MoU, maka BPMIGAS akan mewajibkan
kapal – kapal yang beroperasi di kegiatan usaha hulu migas untuk
menggunakan P&I dalam negeri dalam hal ini adalah PROMINDO
45
PROMINDO
(Lanjutan)
Dasar Hukum Undang-undang No. 17 Tahun 2008:
Pasal 41
(1) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian
kapal,berupa : kematian atau lukanya penumpang yang diangkat musnah, hilang, atau rusaknya barang yang
diangkat keterlambatan angkutan penumpang dan/barang yang diangkut; atau kerugian pihak ketiga.
(3)
Perusahaan angkutan di perairan wajib mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan melaksanakan asuransi perlindungan dasar penumpang umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 54
Penyedia jasa angkutan multimoda wajib mengasuransikan tanggung jawabnya
Pasal 231
(1) Pemilik atau operator kapal bertanggung jawab terhadap pencemaran yang bersumber dari kapalnya.
(2) Untuk memenuhi tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemilik atau operator kapal wajib
mengasuransikan tanggung jawabnya
Pasal 292
Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 41
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama enam bulan dan denda paling banyak Rp.100 juta
Pasal 296
Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 54
dipidana dengan pidana kurungan paling lama enam bulan dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Pasal 327
Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 231 ayat (2) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama enam bulan dan denda paling banyak Rp 100 juta.
46
PROMINDO
(lanjutan)
Tujuan MoU BPMIGAS dan PROMINDO
1. Memastikan seluruh kapal yang beroperasi untuk kepentingan operasi minyak
dan gas di wilayah kerja KKKS memiliki jaminan Protection And Indemnity
(P & I) sesuai standar internasional dan memiliki sertifikat.
2. Memprioritaskan penggunaan fasilitas Protection And Indemnity (P & I
Indonesia) dan memberikan sertifikat P & I, guna memenuhi kebutuhan
perlindungan dan ganti rugi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan
operasi usaha hulu minyak dan gas bumi nasional.
3. Melakukan Risk Assessment terhadap seluruh kapal yang beroperasi di
wilayah kerja KKKS, dari risiko operasi sehingga dapat memberikan jaminan
keamanan operasi dan keselamatan atas aset tersebut.
Penggunaan Protection And Indemnity (P & I) oleh seluruh kapal yang beroperasi
di wilayah kerja KKKS yang diterbitkan oleh PROMINDO, termasuk pelaksanaan
Risk Assessment, yang sesuai dengan standar internasional, untuk mendukung
kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi nasional.
PROMINDO akan mengeluarkan Certificate of Entry dan Certificate of Risk
Assessment, yang mengacu kepada standar internasional
47
PROMINDO
(lanjutan)
Manfaat standarisasi P & I Indonesia bagi BPMIGAS dan KKKS :
Merupakan Jaminan Safety & Security kapal terhadap aset
BPMIGAS/KKKS
Jaminan Insurable, Claimable dan Reimbursable
Memudahkan monitoring & track able semua kapal yang beroperasi di
wilayah kerja BPMIGAS/K3S
Mengurangi tingkat kecelakaan/accident di wilayah kerja BPMIGAS/KKKS
Memudahkan Quick Response apabila terjadi insiden kecelakaan/tabrakan
Manfaat terhadap Pelayaran Nasional
Meningkatkan Risk Quality industri pelayaran sehingga mendapatkan
pengakuan internasional.
48
KESIMPULAN
PENCEGAHAN
 Semua kategori
kapal dan peralatan
pendukungnya di
offshore migas diklaskan
 Risk Based
Inspection
PENANGGULANGAN
Penanggulangan
Tumpahan Minyak
di Perairan
MANAGING RISK
PROMINDO
STRATEGI
MANAJEMEN RESIKO
50
ALUMNI FTK DI BPMIGAS
Sub Dinas
FSO/FPSO & Kapal Penunjang
Hendratmi Susilowati (P38 / Siskal
‘98)
Yulita Dyah Retno Widhi A (P42 / Siskal
‘02)
Sub Dinas
LPG / LNG
Rocky Samuel Makapuan (P35 /
Siskal ‘95)
Putu Indra Mahatrisna (P37 / Siskal ‘97)
Pilot Boat Tangguh Tuturuga - BP
Sub Dinas Transportasi
Darat & Udara
Ibrahim M Perkasa(P42 / Kelautan
‘02)
Willy Yuniar (P38 / Siskal ‘98)
Medivac Boat – JOB Pertamina Medco