Telecommunication and Broadcasting in Indonesia

Download Report

Transcript Telecommunication and Broadcasting in Indonesia

© Satriyo 2010 Disampaikan oleh:

Satriyo Dharmanto Working Group Licensing Gd. RDC Telkom Lt. 5, Bandung

18 Februari 2010 1

WG Licensing

Industri TV Saa Ini

Broadcasting Services (Analog Era)

1 (satu) Lembaga Penyiaran Publik (TVRI)

10 (Sepuluh) Lembaga Penyiaran Swasta

7 (Tujuh) Local TV Station

7 (seven) Pay TV companies either cable or satellite pay TVs. Existing

Radio stations

in Jakarta: 15 AM Radio stations + 50 FM Radio stations. Saat ini terdapat lebih dari 1000 (seribu) Radio stations

Analog Era : Content Provider

=

Network Provider Digital Era : Content Provider

Network Provider

Digital Broadcasting Era

2 © Satriyo 2010

WG Licensing

Pendahuluan

Industri TV dan Radio Broadcasting Saat ini:

Satu Lembaga Penyiaran Publik: TVRI (lebih dari 376 transmission sites)

10 Lembaga Penyiaran Swasta (TV Swasta berjaringan) RCTI, SCTV, Trans TV, TPI, Indosiar, AnTV, TV7, Global TV, TV One dan Metro TV, lebih dari 300 transmission sites

Mobile TV: Tren, MAC, M2V

Pay TV providers via DTH: Indovision, Telkomvision, Direct Vision (Astro) & Aora TV

Cable TV operators: First Media (Kabelvision), Telkomvision, Indosat Mega Media (IM2)

Lebih dari 75 Local TV stations dan lebih dari 3000 FM radio stations

 Pendengar Radio year 2003, up to 50.29% of population equal with 108 million  Pemirsa TV 2003, up to 84.94% of population equal with 182 million  There are no frequency planning for radio and TV digital yet and There are no business model for radio and TV digital yet

Deregulation in Broadcast Industries, towards Digital and convergence multimedia Era

© Satriyo 2010 3

WG Licensing

Regulasi

Telecommunication

- UU No. 36 Tahun 1999, Tentang Telekomunikasi

Broadcasting

- UU No. 32 Tahun 2002, Tentang Penyiaran

Information Technologi (IT)

- UU Nomor 11 Tahun 2008, Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

Regulasi lainnya

Peraturan Menteri Kominfo

PerMen No. 07/P/M.Kominfo/3/2007, tanggal 21/3/2007 Tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk TV Penerimaan Tetap di Indonesia.

   

PerMen No.27/P/M.Kominfo/8/2008 tgl.5 Agust 2008 ttg Uji Coba Lapangan Penyelenggaraan Siaran TV Digital (Penerimaan Tetap dan Bergerak) Permen 02/2008 Tentang Pedoman Pembangunan Menara Bersama Telekomunikasi Permen 10, 11, 12, 13, 14 Tentang Standar Kualitas Layanan (QoS) Melalui Telepon Tetap, Bergerak, SLJJ, SLI, Fixed Wireless Peraturan Gubernur Provinsi DKI No. 138 Tahun 2007, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembangunan dan Penataan Menara Telekomunikasi © Satriyo 2010 4

WG Licensing

Pelaku Industri TV

Pemerintah

MNC Group

Industri TV

Bakri Group

Para Group

Others

© Satriyo 2010

WG Licensing

Pelaku Industri Radio

Industri Radio

          

RRI

52 Radio Network +1 Radio khusus LN

Trijaya Network

Elshinta

17 Radio Network 7 Radio Network Utama + 44 Anggota

Delta FM

6 Radio Network

FeMale Radio

4 Radio Network

I-Radio

3 Radio Network

Hard Rock FM

Sonora

4 Radio Network 10 Radio Network

Ramako

PAS FM

5 Radio Network 5 Radio Network

Others

© Satriyo 2010

WG Licensing

Stasiun TV

Jumlah Stasiun Transmsi Terrestrial analog TV :

376

Stasiun TV

49 28 20 47 40 23 26 30 27 52

© Satriyo 2010 7

Sumber : Diolah dari data JICA-Kominfo 2008

WG Licensing

© Satriyo 2010 8

WG Licensing

Palapa D 3765 H,

SR 5555 – FEC ¾ , SID 2, VPID 33

          Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi pertama di Indonesia, Stasiun TV milik pemerintah yang mengudara sejak tahun 1962.

Siaran perdana Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-17 dari Istana Negara Siaran perdana ini masih hitam putih.

Saat ini jumlah stasiun transmisi sejumlah 376 lokasi tersebar di seluruh Indonesia, Status TVRI saat ini adalah LPP.

Sebagian biaya operasional TVRI masih ditanggung oleh negara.

TVRI memonopoli siaran televisi di Indonesia hingga tahun 1989 sebelum didirikan televisi swasta pertama RCTI di Jakarta, dan SCTV pada tahun 1990 di Surabaya.

TVRI Stasiun Daerah selain merelay TVRI Jakarta, juga memiliki acara yang bersifat lokal (termasuk Berita Daerah) pada jam-jam tertentu.

TVRI Stasiun Daerah pada umumnya juga direlay oleh stasiun relay di wilayah provinsi tersebut.

© Satriyo 2010 9

WG Licensing

© Satriyo 2010 10

Sumber : Bahan Presentasi Ir. Satya Sudhana, 28/08/08

WG Licensing

Lembaga Penyiaran Swasta

Nama Stasiun TV

© Satriyo 2010

RCTI SCTV ANTV TPI Indosiar Global TV Trans TV Trans 7 TV One Metro 30 27 26 52 49

Transmission Site

47 23 28 40 20

Potential Viewer (juta)

115,7 117,8 87,4 90,6 113,5 108,8 100,7 92,8 108,8 97,8

11

Sumber : Disarikan dari Presentasi Dr. Ade Armado, 17 Feb 2009

WG Licensing

Palapa D, 3774 H,

SR 6520, FEC ¾, SID 1, VPID1160

  

Rajawali Citra Televisi Indonesia adalah stasiun televisi swasta Indonesia pertama.

RCTI pertama mengudara pada tahun 1989 Hingga tahun 1991, siaran RCTI hanya dapat ditangkap oleh pelanggan yang memiliki dekoder dan membayar iuran setiap bulannya.

Pemerintah mengizinkan RCTI melakukan siaran bebas secara nasional sejak tahun 1990.

RCTI termasuk stasiun televisi nasional terbesar di Indonesia.

 

RCTI masih satu grup dengan TPI dan Global TV yang bernaung dalam induk perusahaan MNC Media Nusantara Citra milik PT Bimantara Citra Tbk.

Saat ini RCTI beroperasi dengan dukungan 49 Transmission sites di seluruh Indonesia.

Palapa C-2 4184 V,

tp 12V, SR 6700, FEC ¾, SID 1, VPID 1110

TPI atau Televisi Pendidikan Indonesia pada awalnya hanya menyiarkan siaran edukatif saja.

Sekarang TPI lebih dikenal dengan tayangan dangdut nya.

TPI masih satu grup dengan RCTI dan Global TV.

Sampai dengan saat ini TPI beroperasi dengan dukungan 28 Transmission site di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 12

WG Licensing

Palapa D, 4080 H,

SR 28125, FEC ¾, SID1, VPID 514

     

Global TV yang didirikan pada tahun 2001.

Stasiun TV ini masih satu grup dengan RCTI dan TPI, dibawah bendera MNC group.

Stasiun ini pada awalnya didirikan untuk merelay acara-acara MTV Asia, yang sebelumnya direlay melalui Antv, Kini juga menyiarkan acara-acara non-MTV dengan pembagian prosentase jam siar untuk Global TV, MTV dan Nickelodeon.

Dalam perkembangannya, stasiun ini banyak membidik pasar kawula muda.

Sampai dengan saat ini Global TV beroperasi dengan dukungan sekitar 20 Transmission sites di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 13

WG Licensing

Palapa D, 3934 H,

tp 6H, SR 6620, FEC ¾, VPID 2201

 

SCTV mengudara secara nasional pertama kali pada ada tahun 1993.

Dalam kurun waktu 1993-1998, secara bertahap, SCTV memindahkan basis operasi siaran nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.

Saat ini kantor pusatnya di SCTV Tower, kawasan Senayan City, Jakarta.

Untuk melakukan operasinya SCTV juga didukung oleh studio penta di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Saat ini kepemilikan SCTV dikuasai oleh grup Sariaatmadja, melalui PT.

Abhimata Mediatama.

Sampai dengan saat ini SCTV beroperasi dengan dukungan 47 Transmission sites di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 14

WG Licensing

Palapa D, 4055 V,

tp 9V, SR 6510, FEC ¾, SID10, VPID 257

   

ANTV didirikan pada 1 Januari 1993 sebagai stasiun televisi lokal di kota Lampung.

Tanggal 18 Januari 1993 ANTV mendapat izin siaran nasional Studio ANTV yang semula berada di Lampung dipindahkan ke Jakarta. S Sejak tanggal 1 Maret 1993 ANTV untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri berupa liputan berita aktual jalannya Sidang Umum DPR/MPR.

Stasiun televisi ini pada mulanya dikhususkan pada pemirsa remaja (usia 13 –25 tahun)

Pada 30 September 2005 ANTV berhasil menjalin kerjasama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV. Kerjasama ini ditandai dengan masuknya 20% saham STAR TV ke ANTV.

  

Hingga saat ini ANTV memiliki 23 stasiun relay yang tersebar di beberapa daerah potensial.

ANTV mampu menjangkau 154 kota.

ANTV dimiliki oleh konglomerat Aburizal Bakrie dan sekarang dikelola oleh anaknya, yaitu Anindya Bakrie, yang menjadi Presiden Direktur dari stasiun televisi ini.

© Satriyo 2010 15

WG Licensing

Palapa C-2 4074 V,

tp 9V, SR 6500, FEC ¾, SID1, VPID 1110

I ndosiar beroperasi dari Daan Mogot, Jakarta Barat sejak tahun 1994.

Indosiar didirikan dan dikuasai oleh grup Salim.

  

Dalam siarannya, Indosiar banyak menekankan kebudayaan.

Selain itu, Indosiar juga mempopulerkan sinetron-sinetron Indonesia Indosiar saat ini dimiliki oleh PT. Indosiar Karya Media Tbk. yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.

Sampai dengan saat ini Indosiar beroperasi dengan dukungan 40 Transmission sites di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 16

WG Licensing

Telkom-1, 4084 H,

tp 10, SR 6000, FEC ¾, VPID 33

Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia, yang dimiliki oleh conglomerat Chairul Tanjung dengan grup Para-nya.

Stasiun ini melakukan siaran pertama kali pada tahun 2001.

Menjadi grup Trans Corpora dan membeli saham TV7 sebesar 49% yang sebelumnya dimiliki oleh Kelompok Kompas Gramedia.

Kantor Pusat stasiun ini berada di Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan.

  

Trans TV berhasil menjadi televisi nomor 1 untuk kaum menengah keatas. T Televisi ini maju berkat program buatan sendiri yang menarik dan inovatif.

Sampai dengan saat ini TransTV beroperasi dengan dukungan 30 Transmission sites di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 17

WG Licensing

Telkom-1 3990 H,

tp 8, SR 6000, FEC ¾, VPID 308

Trans7 didirikan pada 25 November 2001 dengan nama TV7 (PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh) yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh Gramedia Group.

Pada 4 Agustus 2006, PT Transformasi Televisi Indonesia resmi membeli 49% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi 7 sehingga TV7 kini dimiliki bersama oleh Gramedia Group dan Trans Corp.

Konsep tayangnya tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya .

Stasiun ini pernah sangat terkenal di tahun 2003, karena merelay stasiun televisi Al Jazeera untuk menyiarkan langsung maupun tidak langsung invasi AS ke Irak.

Sampai dengan saat ini Trans7 beroperasi dengan dukungan 27 Transmission site di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 18

WG Licensing

Palapa D, 4054 H,

tp 9H, SR 5632, FEC ¾, VPID 308

TV One adalah stasiun TV nasional yang sebelumnya bernama Lativi yang awalnya dimiliki pengusaha Abdul Latief.

Stasiun Televisi ini didirikan pada tahun 2001.

TVOne baru saja berhasil memposisikan dirinya sebagai TV berita dan olahraga ternama, yang diluncurkan pada 14 Februari 2008.

TV ini telah mengemas acaranya dengan komposisi 70 persen berita, sisanya gabungan program olahraga dan hiburan.

TV nasional dengan komposisi kepemilikan saham terdiri dari PT Visi Media Asia sebesar 49%, PT Redal Semesta 31%, Good Response Ltd 10%, dan Promise Result Ltd 10%.

Sampai dengan saat ini TVOne beroperasi dengan dukungan 26 Transmission sites di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 19

WG Licensing

Palapa D, 4080 H,

SR 28125, FEC ¾, SID1, VPID 513

   

MetroTV resmi mengudara sejak 25 November 2000.

Stasiun TV ini memiliki konsep hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita.

Dalam perkembangannya, stasiun ini juga memasukkan unsur hiburan.

Metro TV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan program sinetron. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia

Metro TV juga menayangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.

Metro TV dimiliki Media Grup pimpinan Surya Paloh yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post.

Metro TV beroperasi dengan dukungan 52Transmission sites di seluruh Indonesia.

© Satriyo 2010 20

WG Licensing

Agropolitan TV • Amuntai TV • Bali TV • Bandung TV • Batam TV • Batu Televisi • BiTV • BMS TV • Bogor TV • Borneo TV • Bunaken TV • Cahaya TV • Cakra TV • CB Channel • CT Channel • Da Ai TV • Deli TV • Dhamma TV • Elshinta TV • Fajar TV • Fativi • Ganesha TV • Gorontalo TV • GOTV • Gemilang TV • Gajayana TV • GNTV • JakTV • Jogja TV • JTV • Karesidenan TV • Kendari TV • L TV • Logis TV • Lombok TV • Mahameru TV • Malang TV • Minang TV • Makassar TV • Megaswara TV • MQTV • O Channel • PKTV • Pacific TV • Padjadjaran TV • Palembang TV • Pro TV • Rantau TV • Ratih TV • RBTV • Riau TV • Riauchannel • SAM TV • SJTV • Spacetoon (TV Anak) • SSTV • STV • TA TV • Tarakan TV • Televisi Tegal • Televisi Manado • Tugu TV • TV Borobudur • TVKU

© Satriyo 2010 21

WG Licensing

AGB Nielsen Media Research

Global Guidelines for Television Audience Measurement” (GGTAM)

AGB Nielsen Media Research Indonesia telah menyediakan informasi dan pelayanan untuk TV/Koran/Majalah/Radio ke para pemilik media dan industri periklanan sejak 1976 dan pelayanan TAM sejak tahun 1991.

• 1976 Survey Research Indonesia (bagian dari Survey Research Group) • 1994 ACNielsen mengambil alih Survey Research Group dan Bisnis TAM merupakan bagian dari Departemen Media di ACNielsen Indonesia.

• 2000 VNU menjadi Induk Perusahaan dari ACNielsen dan departemen Media menjadi Nielsen Media Research dibawah VNU Media Measurement & Information. • 2005 Melalui joint venture antara VNU-MMI dan AGB untuk Nielsen Media Research, “AGB-Nielsen Media Research Indonesia” memulai beroperasi sebagai badan hukum tersendiri di Indonesia untuk bisnis TAM.

Panel TAM di Indonesia saat ini mengukur 2.123 rumahtangga yang memiliki TV di 10 kota besar yaitu: Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek), Surabaya dan sekitarnya (Gerbangkertasusila), Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta dan sekitarnya (DIY Yogya + Sleman & Bantul), Palembang, Denpasar dan Banjarmasin. Panel utama ini hanya mengukur kepemirsaan TV terrestrial. Terpisah dari panel utama ini di Jakarta, terdapat 165 panel rumahtangga yang berlangganan TV Kabel. (Pay TV panel).

Sumber: AGB Nielsen Media Research

© Satriyo 2010 22

WG Licensing

AGB Nielsen Media Research

(Panel rumahtangga -> Compass (Jakarta) -> Pollux (Jakarta) -> Compass & Pollux di Global Support Server (Switzerland)) Peoplemeter dengan metode GSM online (series TVM 5®) Daily Rating atau Overnight TAM Data

© Satriyo 2010 23

Sumber: AGB Nielsen Media Research

WG Licensing

Kota AGB Neilsen Media Research

Jabotabek , Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar dan Banjarmasin. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57

Jakarta

TransTV Jakarta TPI Jakarta Indosiar Jakarta RCTI Jakarta SCTV Jakarta AnTV Jakarta TV7 Jakarta GlobalTV Jakarta Lativi Jakarta MetroTV Jakarta Stasiun TV NAME TX PWR (kW) 80,00 70,00 60,00 80,00 80,00 80,00 60,00 77,00 80,00 120,00 UHF Ch. # 29 37 41 43 45 47 49 51 53 57

© Satriyo 2010 24

WG Licensing

Pemanfaatan Spektrum Frequency

PROGRAM BERTAMBAH PADA SETIAP KANAL RF

TV 1 TV 2 TV 3 TV 4 CH 33 CH 34 CH 35

KANAL DIGITAL

TV 1 TV 2

Taboo

CH 33 CH 35

KANAL ANALOG

© Satriyo 2010

Analog Era

25

Digital Era

WG Licensing

Pengaruh Perubahan Global

Perubahan Global: Digitalisasi; Konvergensi; Broadband; Konten

Didukung Tercapainya Kemajuan Teknologi:

1.

2.

3.

4.

Teknologi Digital Teknologi Coding dan Kompresi Teknologi IP based Transmission Teknologi Modulasi Digital

Dimungkinkan dilakukan layanan aplikasi “ Quadruple Play ” (Voice; Data; Audio/Video dan Mobile) melalui beberapa media yang berbeda.

© Satriyo 2010 26

WG Licensing

Pengaruh Perubahan Global

Tujuan Digitalisasi:

Efisiensi

Spectrum Frequency - Network Transmission - Transmission Power - Consumption Power

Kualitas dan stabilitas

Bebas interferensi, derau fading - Resolusi Audio lebih tajam - Suara lebih Stabil - Recovery terhadap gangguan transmisi ( Error correction )

Kompatibilitas

- Signal Interoperability - Ubiquitous Device

Skalabilitas -

Mono => Stereo => AES-EBU => HD Radio

DIGITALISASI = OPTIMALISASI BISNIS Anda

© Satriyo 2010 27

WG Licensing

Pengaruh Perubahan Global

Mengapa Digitalisasi Siaran Radio dan TV menjadi penting?

Akses penduduk ke Media:

1. Akses ke televisi sebanyak 78.22% 2. Akses ke radio sebanyak 59.17 % 3. Akses ke surat kabar sebanyak 22.83%

Sumber: BPS 2003

Izin siaran TV:

1.

2.

2.

3.

11-TV ber izin siaran Nasional (termasuk TVRI) 97-TV ber izin Regional (Swasta dan TVRI daerah) 30-Izin TV berlangganan (60% cable, 20% satellite & 20% Terrestrial) Terdapat 2.425 permohonan IPP baru (Izin Penyelenggaraan dan Penyiaran)

© Satriyo 2010

2.167 permohonan IPP Radio

- 109 permohonan LPP (Lembaga Penyiaran Publik), - 1.707 LPS (lembaga Penyiaran Swasta), - 351 LPK (Lembaga Penyiaran Komunitas).

258 permohonan IPP Televisi. -

12 LPP, - 179 LPS, - 13 LPK - 54 permohonan Lembaga Penyiaran Berbayar (LPB). Sumber: Depkominfo 2005-2008

28

WG Licensing

Pengaruh Perubahan Global

Beberapa rekomendasi:

“Mask” Concept RRC06

The Regional Radio Conference 2006

GE06-

Frequency plans Geneva 2006

CEPT,

European Conference for Postal & Telecommunications

- Melakukan strukturisasi pembangunan Terrestrial broadcasting menuju -Exploitasi maximum keuntungan digital transmission pada T-DAB dan DVB-T di Band III dan DVB-T di Band IV dan V dalam masa transisi dari 2006 ke 2015 - Dapat memfasilitasi pengenalan dan harmonisasi teknologi alternatif

all-digital future

-Saat ini Digital dividend sangat mempengaruhi negara negara yang akan memanfaatkan spectrum utk masa depan

Digital dividend : spectrum yang tersedia harus mampu mengakomodasi kebutuhan existing analogue television services dalam bentuk digital. VHF (Band III: 174-230 MHz) dan UHF bands (bands IV dan V: 470-862 MHz).

© Satriyo 2010 29

WG Licensing

Pengaruh Perubahan Global

Perkembangan Teknologi, Regulasi, Gaya Hidup dan Budaya, Produktifitas

Perkembangan Teknologi

- Digitalisasi bidang Penyiaran (Radio dan TV) - Digitalisasi bidang Telekomunikasi - Pemanfaatan Jaringan IP (

IP Network

)

- Open Protokol menjadi “Virtual Private” dan “Secured” - Tantangan pada QoS, Interoperability, User mobility, Network Management

Perubahan Regulasi

- Dari Fully Regulated (

PSTN, AM, FM, TV Analog ) => Less Regulation ( NGN, WiFi, WiMax)

- Regulasi Terpisah => Regulasi yang Konvergensi/Terpadu (

Telecommunication Act )

- Dari Frequency based menjadi “

Bit Stream

” based

- Migrasi Layanan menuju Multimedia Broadband Service

© Satriyo 2010 30

WG Licensing

Pengaruh Perubahan Global

Perkembangan Teknologi, Regulasi, Gaya Hidup dan Budaya, Produktifitas

Perubahan Gaya Hidup dan Budaya Masyarakat

-

Fixed Solution

- Komunikasi

komunikasi menjadi

VOICE DATA ( Mobile Solution

( HT, Telepon, Voice Call, Phone Conference ) menjadi e-mail, FTP, Video Call, Video Conference, dll

)

- Pemanfaatan Jaringan IP pada banyak bidang (

Office, Warnet, Sekolah, Radio, dll )

- Pergaulan Global (

Internet TV, Radio, Chatting, Video Messenger, dll )

- Budaya Lokal menjadi budaya Global (

Rambut ala Eropa, Pakaian ala Timteng, dll )

Peningkatan Produktifitas Bisnis

- Pasar Lokal menjadi pasar Global ( - Global Cross Ownership ( - Bisnis model yang dinamis

Content, Network & Services )

- Local business partnership menjadi Global business Partnership

Nokia-Siemens; Alcatel-Lucent; Google Acquire YouTube; Microsoft-Yahoo)

- Standar produksi kualitas Internasional

© Satriyo 2010 31

WG Licensing

© Satriyo 2010

Konvergensi Multimedia

Yesterday

Separate Network

Narrow Band Today

Converged Network

Broadband Converged Network Simple Application 32 TV/Radio U Voice/PC Complex Application

Sumber: Presentasi Brata T. Hardjosubroto, 17 November 2006, Kuta - Bali

WG Licensing

Konvergensi Multimedia

© Satriyo 2010

DATA

I T

VOICE & DATA

TELECOM GSM; GPRS; EDGE; UMTS(3G); HSDPA ; HSUPA

RADIO & TV

BROADCASTING 33

WG Licensing

Konvergensi Multimedia

• • •

Konvergensi ditandai dengan meleburnya jaringan layanan tunggal ( telekomunikasi, internet, penyiaran Radio & TV (Integrated Network) ) ke dalam jaringan bersama terintegrasi Konvergensi memberikan banyak pilihan layanan (what, how and when) Konvergensi membuat pengguna menjadi lebih mudah dan nyaman ( convenient )

© Satriyo 2010 34

WG Licensing

Konvergensi, Digital TV

Digital Broadcasting

DTB (Digital TV Broadcasting)

DSB (Digital Sound Broadcasting)

ATSC DVB-T, DVB-T2 ISDB-T T-DMB & DMB-T

-

UHF Band

-

Bandwidth 6 MHz Modulasi 8-VSB

-

Video Coding: MPEG-2

-

Audio Coding: AC-3

-

Digunakan di Amerika & Korea Selatan

-

UHF band IV, V & VI Bandwidth 5, 6, 7 & 8Mhz 2k, 4k & 8k carrier mode

-

Modulasi OFDM (QPSK, 16-QAM, 64-QAM)

-

Video Coding: MPEG-2, H.264AVC

-

Audio Coding: MPEG-1, MPEG-2, layer 2 AAC MPEG-2 layer 2, AC-3, MPEG-4 HE AAC - Digunakan di Eropa dan > 40 Negara

-

UHF Band IV, V & VI

-

Banwidth 6, 7 & 8Mhz 2k, 4k & 8k carrier mode - Digunakan di Korea & China

-

Modulasi BST-OFDM ( QPSK, 16-QAM, 64-QAM, DQPSK ) - Digunakan di Jepang & Brazil

© Satriyo 2010 35

WG Licensing

Digital Sound Broadcasting

Digital Broadcasting

DTB (Digital TV Broadcasting)

DSB (Digital Sound Broadcasting)

DRM DAB; DAB+ IBOC AM & FM ISDB-TSB

-

Band LF, MF, HF

-

Bandwidth 4.5,5,9,10,18,20 kHz Multiservice up to 4 - Digunakan di > 27 Negara

-

VHF band III & Lband Bandwidth 1.5 MHz Multiservice up to 64 - Digunakan di > 40 Negara

-

Band MF & VHF band II Banwidth 30 kHz & 400Khz Multiservice up to 2 & 4 - Amerika, Brazil, Meksiko - Digunakan di Jepang & Brazil

© Satriyo 2010 36

WG Licensing

Konvergensi Multimedia

© Satriyo 2010 37

WG Licensing

Digitally Based Service Network Topology

© Satriyo 2010 38

WG Licensing

Topologi Jaringan Pada Era Konvergensi

© Satriyo 2010 39

WG Licensing

HIERARCHICAL TRANSMISSION (DVB-H & DVB-T) FIELD TRIAL DI TVRI SENAYAN

© Satriyo 2010

WG Licensing

Tipikal Layanan TV Digital

© Satriyo 2010 Audio Video Audio Video Audio Video Audio Video Data Single Program Transport Stream ASI

A/V ENCODER #1

Multi Program Transport Stream

A/V ENCODER #2

ASI

A/V ENCODER #3

ASI

MULTIPLEXER

ASI

CAS

ASI

A/V ENCODER #N

ASI ASI

DATA ENCAPSULATOR

CONDITIONAL ACCESS SYSTEM

Distribution Network

MFN/SFN MFN/SFN

SERVICE INFORMATION

Mobile, Portable & Fixed Receivers 41

WG Licensing

© Satriyo 2010 42

WG Licensing

© Satriyo 2010 43

WG Licensing

© Satriyo 2010 44

WG Licensing

© Satriyo 2010 45

WG Licensing

© Satriyo 2010 46

WG Licensing

© Satriyo 2010 47

WG Licensing

© Satriyo 2010 48

WG Licensing

Penyelenggara Menara Bersama

© Satriyo 2010

WG Licensing

Persiapan Yang dapat Dilakukan

© Satriyo 2010

WG Licensing

Persiapan Yang dapat Dilakukan

© Satriyo 2010

WG Licensing

Persiapan Yang dapat Dilakukan

© Satriyo 2010

WG Licensing

© Satriyo 2010 53

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di K

Model Bisnis di UK

Jumlah penyedia Multiplex Jumlah Channels per multiplex Assignment mechanism Business model Target Jumlah Transmitter sites DTV 6 4 – 8 Per multiplex Pay-TV, FTA sejak 2002 1154 sites

Multiplex

1 2 A B C D

Operator sblm 1 Mei 02 Operator ssdh 1 Mei 02

BBC Digital 3 & 4 (utk ITV & Ch 4) SDN (swasta dg ijin utk MUX) ITV Digital ITV Digital ITV Digital BBC Crown Castle Crown Castle Channel analog terrestrial (national) Public service broadcaster (PSB) PSB analogue (national) Jumlah pelanggan TV Jumlah pelanggan TV khusus Terrestrial Jumlah pelanggan Cable TV Jumlah pelanggan DTH TV

© Satriyo 2010

5 BBC 5 24.5 juta 14.1 juta 3.4 juta 7 juta

54

Sumber:

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di UK

Parameter Teknik TV Digital di UK

Untuk diperoleh efisiensi yang tinggi, pemerintah bekerja sama dengan masing-masing lembaga peyiaran telah memutuskan untuk menentukan beberapa parameter Teknik yang dipergunakan dalam implementasi TV digital. Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa parameter teknik yang telah dipilih dalam implementasi Digital TV di UK saat ini.

Parameter Details

Tipe Modulasi Tipe Jaringan national Channel bandwidth Mode carrier FEC (redundancy) Guard interval Transmitter ERP Cakupan saat ini Target cakupan 16QAM untuk multiplex 1, B, C dan D 64QAM untuk multiplex 2 dan A MFN 8MHz pada UHF band Saat ini 2k, akan dirubah menjadi 8k pada 2012 3/4 untuk 16QAM, 2/3 untuk 64QAM 1/32 20kW (max.) Sekitar 80% untuk BBC multiplex (1 & 2); 73% untuk semua multiplex 98.5% Digital TV Terrestial coverage dari 3 multiplex Lembaga Penyiaran Publik (1, 2 dan B)

© Satriyo 2010 55

Sumber:

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di UK

Analog Switch Over

Sejak diperkenalkan pada tahun 1998, keberadaan TV digital sangat diminati oleh konsumen.

Pertumbuhan jumlah konsumen juga sangat tinggi. Hal itu antara lain karena tidak diperlukannya parabolic antenna lagi, sebagaimana yang mutlak diperlukan pada DTH dan diperlukannya kabel coaxial pada cable TV. Proyeksi Ofcom mengindikasikan bahwa jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat penerima TV digital akan naik sampai angka 7-8 juta sampai akhir 2010. Namun menurut laporan Ofcom yang dipublikasikan pada tanggal 1 April 2008, jumlah rumah tangga yang menempatkan TV digital sebagai main set sudah mencapai 22.2 juta penduduk. Bahkan dalam laporan lainnya, disebutkan bahwa pada periode Oktober-Desember 2007 layanan multichannel TV telah mencapai 87.6% penduduk UK. Ofcom juga merekomendasikan untuk melakukan rencana switch-over secara regional seperti yang terjadi di Jerman. Diyakini bahwa dengan mengumumkan tanggal switch-over akan mempercepat pertumbuhan digital TV. Switch-over juga memungkinkan untuk meningkatkan level power transmitter pada siaran digital tanpa meningkatkan resiko interference terhadap signal TV analog.

Juni 2008, spectrum dengan lebar 128 MHz, terdiri dari dua blok dari 550-630 MHz dan 806-854 MHz dan interleaved spectrum dalam range frequency 706-806 MHz dengan lebar 16 MHz ini dilelang kepada bidder dengan masing-masing lot 5 dan 8 MHz dengan kapasitas 50MHz setiap bidder. Ofcom mengharapkan dan menunggu proposal dari beberapa operator seperti operator mobile television, mobile broadband dan operator layanan standard (SD) dan high definition (HD) television.

© Satriyo 2010 56

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Jerman

Model Bisnis di Jerman

Analog to digital Switchover Regionally sejak 2003

Berlin

Jumlah operator multiplex 7 Jumlah channels per multiplex 4 Mekanisme penunjukkan Business model

Bremen / Unterweser

5 - 7 4 - 5 Per multiplex dan per channel FTA (Free to Air)

Hannover

5 4

Cologne/ Bonn

6 4

Parameter

Jumlah multiplex Tipe Modulasi Tipe Network Channel BW FEC Guard interval Transmitter ERP Midleware

Detail

4 operator 16QAM SFN dalam area yang kecil, beberapa area MFN 8MHz UHF & 7MHz VHF 2/3 & 3/4 (redundancy) 1/8 10kW VHF, 120kW UHF (maksimum) Akan diadopsi MHP (Multimedia Home Platform) Jumlah cannel analog terrestrial Public service broadcaster (PSB) Jumlah PSB channel analog Rumah Tangga pelanggan TV Pelanggan TV Terrestrial Pelanggan Cable TV Pelanggan TV Digital Terrestrial 3 – 12 ARD, ZDF 2 – 5 36.2 juta 2.6 juta 20.6 juta 13 juta Sumber:

© Satriyo 2010 57

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Jerman

Di Jerman, siaran digital terrestrial dengan standar DVB-T sudah diadopsi dan dimulai sejak tahun 2002 dengan pertumbuhan sangat pesat. Migrasi ke digital dilakukan secara bertahap dari daerah satu ke daerah lainnya dengan perioda waktu transisi yang cukup pendek, bahkan di kota Berlin pada bulan Agustus tahun 2003 sudah terjadi analog switch off dan sudah terdapat 28 program siaran digital dengan 7 kelompok multiplex. Ujicoba DVB-H telah dimulai sejak tahun 2005 di beberapa kota besar seperti Berlin, Hamburg, Hannover and Munich dan beberapa kota besar di Jerman bagian utara. Sistem DVB-H sedang dipersiapkan untuk dilakukan launching secara commercial di tahun 2007.

Proses switch over secara regional pada perioda simulcast diyakini dapat memberikan keseimbangan antara kebutuhan biaya siaran dari sebagian besar operator TV dan ketersediaan spectrum pita frequency UHF. Sebab UHF band di Jerman telah digunakan secara intensif dan hampir semua channel UHF sudah terisi penuh. Hal ini menyebabkan hampir tidak memungkinkan lagi dilakukan simulcast dengan jumlah multiplex yang banyak. Analog switch-off yang sudah, sedang atau akan dilakukan di masing-masing daerah secara regional diperkirakan akan selesai secara nasional pada tahun 2010.

Terjadinya kombinasi layanan antara Digital TV dan Jaringan komunikasi Mobile misalnya yang disediakan oleh Vodafone, telah memberikan solusi TV digital yang lebih bervariasi baik untuk aplikasi DVB-T portable yang dapat dinikmati pelanggan di rumah maupun DVB-H yang mampu memberikan layanan bergerak (mobile application) untuk pelanggan yang sedang dalam perjalanan.

© Satriyo 2010 58

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Jerman

Pada bulan Maret 2008, dalam pameran CeBIT, Vodafone telah memperkenalkan smart phones yang dapat menerima signal DVB-T. Perangkat ini di launch di Jerman pada tahun 2008. Dua model smart phone DVB-T yang diperkenalkan adalah LG-HB620T dan GSmart T600.

Untuk model LG-HB620T dikatakan mampu menerima siaran DVB-T tanpa putus selama 2 jam tanpa penggantian battery.

Lebih jauh lagi, operator O2 telah menawarkan sebuah hybrid USB stick yang mampu menerima siaran DVB-T dan HSDPA mobile broadband access sekaligus, yang diluncurkan bersamaan dengan Olympics 2008.

O2 juga bekerjasama dengan Vodafone dan T-Mobile untuk menawarkan LG phones yang dilengkapi dengan DVB-T receiver.

Layanan DVB-H juga sudah di perkenalkan di Hamburg, Munich, Frankfurt dan Hanover oleh Mobile 3.0.

Dalam masa ujicoba commersial ini layanan reception, encryption dan real-time operation dapat diakses. layanan free to air dan encrypted sudah dapat diterima menggunakan hanset Nokia dan Samsung.

© Satriyo 2010 59

Sumber:

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Model Bisnis di Belanda

Jumlah multiplex operator Channel per multiplex Mekanisme ijin Per multiplex Model Bisnis Pay-TV 5 operator 5-6 channel (dipilih oleh multiplex operator)

Free to Air (FTA)

Nederland Nederland Nederland RTL4 RTL5 SBS6 Yorin NET5 Veronica Regio TV

Paket Basic

1Fox Kids 2Nickelodeon 3Discovery Channel Animal Planet National Geographic Eurosport MTV TMF CNN BBC World Spice Platinum

Paket Premium

Canal+ Rood Canal+ Blauw Canal+ Geel Cakupan siaran saat ini Target cakupan siaran Tipe Modulasi Tipe network Transmitter power ERP Channel bandwidth Operation band FEC (redundancy) Guard interval Tipe carrier Analog to digital Switchover 12 Nov 2006 45% dari seluruh rumah tangga 100% 64QAM MFN dan local SFN 10kW (maximum) 8MHz UHF 2/3 1/8 8k Sumber:

© Satriyo 2010 60

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Belanda

Digitenne operator multiplex TV digital terrestrial (DTT) yang sudah mengantongi ijin selama 15 tahun sejak tahun 2002 dari Ministry of Economic Affairs merupakan lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan pemberian ijin di Belanda, pada awalnya mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelanggan, karena sebagian besar rumah tangga di Belanda yaitu sekitar 92% dari seluruh populasi sudah merasa nyaman berlangganan televisi melalui jaringan kabel TV analog.

Sementara itu pelanggan kabel TV digital dan Satellite TV DTH (Direct to Home) juga mengalami kegagalan karena selama beberapa tahun beroperasi hanya mendapatkan sekitar 100.000

pelanggan untuk kabel TV digital dan sekitar 400.000 untuk DTH. Untuk mengatasi hal tersebut, Digitenne mengambil peluang mendapatkan pelanggan dengan terus memberikan informasi tawaran kelebihan layananya, dalam hal kemampuannya untuk penerimaan portable, disamping kelebihan lainnya dalam hal inovasi teknologi Digital Terrestrial.

Dalam layanan TV digital penonton dapat memperoleh pilihan kombinasi program siaran antara paket program basic dan paket premium, disamping tambahan program siaran FTA (Free To Air) yang juga disiarkan oleh lembaga layanan TV publik (PSB) NOS. Paket program premium yang ditawarkan yaitu dari siaran Canal+ sebanyak 3 channel dipertahankan memiliki tarif yang sama dengan tarif pada siaran TV melalui kabel TV. Tarif awal langganan bulanan yang ditetapkan oleh Digitenne adalah sekitar EUR8.95 per bulan untuk paket satu set TV, EUR11.95 untuk dua set TV dan EUR14.95 untuk tiga set TV. Sebagai perbandingan tarif langganan bulanan beberapa operator TV kabel di Belanda adalah sekitar EUR11 per bulan.

© Satriyo 2010 61

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Belanda

Kepemilikan ijin operator jaringan transmisi TV digital di Belanda (network operator) ada pada Nozema, yang untuk operasinya memperoleh kompensasi pembayaran dari Digitenne dan operator PSB NOS.

Beberapa merk dan model STB (SetTop Box) saat ini tersedia di Belanda, dimana pelanggan dapat membeli langsung dari beberapa retailer yang terdapat di pasaran. Hrga STB berada dalam kisaran EUR149 (Brainwave) sampai model yang lebih mahal yaitu sekitar EUR676. Harga tersebut sudah termasuk CA (conditional access) system yang memungkinkan pelanggan dapat menonton program yang di encrypt khususnya untuk chanel-chanel program premium. Harga di pasar Belanda ini diyakini merupakan harga yang lebih mahal dibanding harga di kawasan Eropa lainnya.

Perluasan penerimaan di dalam ruangan (indoor reception) merupakan salah satu innovasi kunci di Belanda. Jaringan TV digital telah direncanakan untuk penerimaan indoor pada ground level dengan cakupan sebesar 70% pada area yang dicover.

Dan direncanakan 90-95% untuk penerimaan di daerah yang padat penduduknya (main urban centre).

Sejak tahun 2005 KPN yang memiliki ijin operasi DVB-H, telah mengundang seluruh broadcaster di Belanda untuk berpartisipasi dalam siaran DVB-H. Ini dapat memberikan peluang bagi diterimannya siaran TV secara mobile. Saat ini siaran DVB-H sudah dapat dinikmati oleh sebagian besar pelanggan menggunakan pesawat penerima yang diproduksi oleh Samsung.

© Satriyo 2010 62

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Perancis

Di Perancis, DVB-T telah ditetapkan sejak tahun 2000 yang diperbaharui lagi tahun 2004. Lembaga otoritas regulasi broadcasting perancis, CSA (Conseil supérieur de l'audiovisuel) telah menetapkan dan membagi siaran ke dalam 6 multiplex, untuk menyiarakan siaran digital TV di seluruh perancis. MPEG4 SDTV transmissions telah ditetapkan untuk dipergunakan oleh semua layanan commercial TV digital di Perancis, namun CSA juga telah mengijinkan TPS broadcast untuk melakukan ujicoba penerapan HDTV menggunakan sistem kompresi MPEG-4.

CSA juga telah memberikan ijin kepada 3 lembaga penyiaran yaitu TDF, TPS dan Cannal + untuk melakukan ujicoba DVB-H dan satu broadcaster lainnya untuk melakukan ujicoba T-DMB yang kesemuannya dilakukan di Paris pada bulan September 2005. Ujicoba DVB-H memberikan hasil yang cukup memuaskan karena dari 500 users, 73% mengatakan bahwa mereka puas dan lebih dari 65% memberikan feedback bahwa mereka akan berlangganan siaran DVB-H ini. CSA juga telah memberikan ijin kepada NRJ 12 untuk melakukan ujicoba MHP (Multimedia Home Platform).

CSA juga melakukan konsultasi publik untuk mengimplementasikan HDTV melalui jaringan DVB-T.

Dalam implementasi TV digital ini pemerintah telah menunjuk ART (Agence de Régulation des Télécommunications) sebagai lembaga yang melaksanakan perencanaan jaringan TV (network planning) di Perancis.

© Satriyo 2010 63

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Perancis

Model Bisnis di Perancis

Jumlah penyedia multiplex channel per multiplex Mekanisme pemberian ijin Model Bisnis 5 sudah beroperasi, direncanakan 6Jumlah 5-6 Per channel Hybrid, FTA dan pay TV Operational bands Tipe Carrier Guard Interval (GI) FEC Modulation Tipe Jaringan Channel bandwidth Compression Midleware Layanan Tambahan UHF 8k 1/32 kecuali mux R1 di Paris GI = 1/8 2/3 kecuali mux R1 di Paris FEC=3/4 64QAM Sebagian besar MFN 8 MHz MPEG-2 dengan MPEG-4pt.10 untuk Pay TV MHP (dalam perencanakan & uji coba) HDTV, sedang diujicoba Sumber:

© Satriyo 2010 64

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Perancis

Pada saat peluncuran TV digital, direncanakan dapat diperoleh siaran sebanyak 15 channel basic ditambah channel-channel TV berbayar, dengan target harga langganan sekitar EUR10 -EUR15 per bulan.

Free to Air (FTA)

TF1 M6 Canal+ for its free service France 2 France 3 France 5 Festival Arte La Chaîne parlementaire Direct 8 M6 Music NRJ TV NT1 TMC

Pay-TV channels

AB1 Comédie ! Cuisine TV Eurosport France LCI Match TV Paris Première TF6 TPS Star Channel siaran FTA dan pay-TV disalurkan melalui beberapa multiplex, dimana chanel-chanel pada multiplex yang sama bekerjasama membentuk sebuah multiplex operator. Secara umum CSA telah memberikan ijin channel berdasarkan kedekatan hubungan (affinity) antar lembaga penyiaran, dimana chanel-chanel dari lembaga penyiaran yang sama di grupkan ke dalam multiplex yang sama.

Operator multiplex dapat memilih salah satu dari tiga operator network yang ada, yaitu TDF, Antalis dan Towercast. Dimana ART (Agence de Régulation des Télécommunications) sebagai lembaga yang melaksanakan perencanaan jaringan TV di Perancis telah mengidentifikasi site-site mana yang akan dipergunakan dalam transmisi siaran. TDF sebagai incumbent penyedia jaringan televisi nasional dalam kenyataanya dapat mengontrol pengopersian site transmisi dalam jumlah besar, karena sebagian site tersebut saat ini berada di bawah pengawasannya.

© Satriyo 2010 65

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Perancis

Pada bulan Februari 2007 Majelis Nasional Perancis menyetujui rancangan Undang-undang baru bernama “Télévision du Futur” yang mengatakan bahwa analogue switch off akan dilakukan per daerah mulai 31 Maret 2008 dan selesai 30 Nov 2011. Mulai Desember 2007 semua TV set yang dijual harus dilengkapi dengan tuner digital, televisi set berformat HD akan dilengkapi decoder HD MPEG4 AVC mulai 1 Desember 2008.

Setelah analogue switch off, layanan TV digital akan dapat dinikmati oleh 95% penduduk dan 5% sisanya akan dapat mengakses siaran yang sama melalui satellite transmission yang disediakan oleh pemerintah. Layanan satellite ini akan tersedia mulai Desember 2007. Penonton akan dapat memperoleh siaran dari 20 FTA dan TV digital berbayar setelah analog switch off.

Di Perancis sempat terjadi debat panjang antar stakeholder, dalam rencana penggunaan standar kompresi MPEG2 atau MPEG4.10, yang pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk menggunakan MPEG2 pada TV digital FTA dan MPEG4.10 untuk siaran TV digital berbayar.

Mulai awal 2005, para pelanggan TV digital dapat memperoleh STB (SetTopBox) di pasaran dengan harga sekitar EUR30 dengan hanya dilengkapi basic functionality (tidak ada fasilitas interactivity). STB dengan kemampuan lebih lengkap akan mulai dipasarkan kemudian pada saat pasar TV digital sudah benar-benar siap.

© Satriyo 2010 66

WG Licensing

Model Bisnis di Italia

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

No. 1 and 2 3 4 5 Multiplex RAI Channels RaiUno, RaiDue, RaiTre, RaiNews 24, RaiUtile, RaiDoc, RaiSport, RaiEdu + 2 third party channels Mediaset D-Free Rete4, BBC World, 24 Ore TV, Class News, and VJ Television + new channel T Italia/ TV International La7, MTV Sport Italia, Canale 5, Italia 1 and La Chaine Info, Radio Italia TV DTT coverage Pop coverage actual Pop coverage target Modulation type Type of network Channel bandwidth FEC (redundancy) Guard interval Details 61% for multiplex 1, 55% for 2, 51% for 3 and 5 70% obligation for multiplex 1 & 2 (RAI) by Jan 2005, 50% minimum for other multiplexes 64QAM MFN 8MHz, VHF/7MHz (8MHZ planned for VHF later) 2/3 for UHF, 3/4 for VHF 1/32 Sumber:

© Satriyo 2010 67

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Australia

Di Australia telah diluncurkan “Digital Action Plan” pada Tanggal 23 November 2006, dengan tujuan untuk membantu memberikan panduan bagi Australia untuk melakukan transisi ke Televisi digital. Action plan yang bernama “Ready, Get Set, Go Digital” berisi outline bagi pemerintah dalam melakukan langkah-langkah migrasi ke digital, termasuk pembentukan badan khusus migrasi yang bernama “Digital Australia“ yang akan melakukan koordinasi dengan pemerintah, kalangan industri, manufacturers, regulator dan consumers dalam persiapan migrasi.

Negara ini telah secara resmi menentukan standar DVB-T sejak tahun 2001 dan analogue switch-off diharapkan dapat terjadi antara tahun 2010 dan 2012. Pemerintah telah melakukan pilot trial televisi digital sejak tahun 1998 dan di akhir April 2008 diperkirakan sudah lebih dari 3.2 juta digital TV receiver terjual atau sekitar 42% dari total 7.6 juta total populasi penduduk yang memiliki pesawat televisi.

Negara ini juga telah melakukan ujicoba DVB-H yang dilakukan oleh Bridge Networks dan ujicoba MHP (Multimedia Home Platform) interactive TV oleh SBS broadcast.

Menurut Communications Minister Stephen Conroy, Australia telah merencanakan untuk melakukan switch over siaran TV ke digital pada akhir tahun 2013.

Untuk meningkatkan dan mempromosikan proses ini, pemerintah telah membentuk new task force, yang melibatkan television networks, broadcasters, content makers dan manufacturers.

Disamping itu pemerintah telah melakukan re-packaged dan mengkonfirmasi untuk mengalokasikan $38 juta (Australian) untuk mendukung proses digital switchover ini.

© Satriyo 2010 68

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di India

India telah memilih standar DVB-T sejak bulan Juli 1999 setelah melakukan study dan testing selama 18 bulan. Broadcaster milik pemerintah Doordarshan telah memulai pilot trial di Delhi selama tahun 2002 yang diperluas ke Calcutta, Mumbai dan Chenai. Ujicoba DVB-H akan dimulai awal tahun 2007 yang akan dilakukan oleh Doordarshan dengan mendapat dukungan dari Nokia. DVB-H dimungkinkan akan menjadi standar tambahan bagi siaran TV digital di India khususnya untuk penerimaan bergerak. Negara dengan jumlah penduduk satu milyar ini memiliki jumlah penonton TV terrestrial sekitar 70 juta dan kabel TV sekitar 29 juta.

Mobile TV

Doordarshan telah melakukan launched TV transmission untuk penerima hand held (mobile phones) menggunakan teknologi DVB-H di bulan May, 2007, menggunakan 8 TV channels. Transmission dapat diterima di pesawat DVB-H memungkinkan penerimaan pada radius sekitar 10 KMs dari transmitter yang diinstalled di daerah Akashwani Bhawan, Parliament Street, New Delhi. DVH-H transmission dipancarkan dengan transmitter sebesar 50 KW EIRP beroperasi di UHF band (ch. 26). Multiplex yang telah digunakan untuk transmisi DVB-H . Jumlah TV channels ditingkatkan dari 8 sampai 16 menggunakan statistical multiplexing.

© Satriyo 2010 69

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di China

China yang merupakan negara dengan jumlah pelanggan TV terbesar yaitu sekitar 340 juta, memiliki strategi migrasi TV digital melalui tiga tahapan. Tahap pertama yaitu peluncuran kabel TV digital pada tahun 2003. Tahap kedua dilakukan peluncuran layanan DTH dan ujicoba TV digital terrestrial pada 2005 dan tahap ketiga mempromosikan layanan TV digital terrestrial dan menyediakan HDTV program pada tahun 2008. Disamping itu China sudah merencanakan untuk melakukan swich off layanan TV analog sampai tahun 2015.

Pada 18 Agustus 2006, Lembaga administrasi Standar di China, mengeluarkan standard untuk penyiaran TV Digital Terrestrial. Standar dengan nomor GB20600-2006 tersebut bernama Framing structure, Channel coding and modulation for digital television terrestrial broadcasting . Standar tersebut saat ini lebih dikenal dengan nama DMB-T/H (Digital Multimedia Broadcasting Terrestrial/Handheld).

Standar ini dihasilkan atas kerja sama dua Universitas kenamaan di China yaitu Tsinghua University yang berlokasi Beijing dan Jiaotong University yang berada di Shanghai. Standar ini merupakan integrasi dari pengembangan dua sistem modulasi yang berbeda yaitu sistim milik Tsinghua yaitu TDS OFDM (Time Domain Synchronous OFDM) yang menggunakan multicarriers seperti pada DVB-T dan ISDB-T milik Jepang, sementara Jiatongs menggunakan ADTB-T (Advanced Digital Television Broadcast Terrestrial) merupakan single carrier vestigial sideband system berbasis pada standar 8-VSB milik Amerika.

Regulator Industri penyiaran di China SARF (State Administration of Radio, Film and Television in China) juga telah mengumumkan pengembangan teknologi yang memungkinkan penyelenggara layanan mobile phone (cellular network) untuk melakukan penyiaran signal TV melalui mobile phones.

Standard baru tersebut bernama StiMi (Satellite Terrestrial Interactive Multi-service Infrastructure) yang saat ini sudah mulai dipergunakan secara luas di China.

© Satriyo 2010 70

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Singapura

Di Singapura, Digital Television telah diluncurkan sejak Agustus 2004 dan saat ini kurang lebih ada 250.000 rumah yang telah menikmatinya. Siaran TV digital dipancarkan melalui jaringan TV terestrial melalui dua jaringan multiplex MFN (Multi Frequency Network) dan SFN (Single Frequency Network), bermodulasikan QPSK, 2K untuk penerimaan bergerak (mobile reception) dan 64QAM, 8K untuk penerimaan tetap melalui band UHF. Sejak bulan Juni 2006, MediaCorp yang merupakan broadcaster terbesar di Singapore bekerja sama dengan Media Development Authority (MDA) sedang melakukan ujicoba HDTV. Siaran HDTV ini dipancarkan secara terrestial oleh MediaCorp melalui channel 38 UHF dan melalui cable oleh StarHub. Saat ini MediaCorp menyiarkan 1 channel mobile TV dan 5 channel SDTV berbasis teknologi DVB-T.

Walau kondisi pasar siaran TV di Singapura termasuk relatif kecil, dengan jumlah penduduk sekitar 4.2 juta jiwa (di tahun 2002) dan jumlah pemirsa sekitar 796.000, namun negara ini cukup berpotensi menjadi penentu pasar siaran TV digital khususnya karena beberapa lembaga penyiaran di Singapura telah mengembangkan bisnisnya di Negara lain khususnya di kawasan Asia.

Jumlah penduduk Jumlah pemirsa TV Pelanggan Kabel TV Digital Satellite 4.2 Juta 796.000 (2002) 250.000

Tidak diijinkan di Singapore

© Satriyo 2010 71

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Parameter Teknik TV Digital di Singapura

Negara ini telah melakukan ujicoba siaran TV digital mobile sejak tahun 1999 dan dilanjutkan dengan ujicoba siaran TV digital penerimaan tetap pada tahun 2000. Pemerintah telah memberikan ijin penyelenggaraan siaran TV digital mobile pada tahun 1999 namun peluncuran secara komersial baru dilakukan pada tahun 2001. Ujicoba siaran HDTV juga sudah dilakukan sejak bulan Juni tahun 2006.

Jumlah operator Multiplex Operational Band Tipe carrier Guard Interval FEC Modulasi Model Penerimaan Tipe Network Transmitter ERP (maximum) Middleware Channel bandwidth 2 UHF 2k untuk mobile, 8k untuk fixed 1/4 mobile, 1/8 fixed 1/2 mobile, 2/3 fixed QPSK mobile, 64QAM fixed Bebas MFN dan SFN 40kW OpenTV, direncanakan MHP 8MHz Ujicoba siaran HDTV ini akan melibatkan 2000 pemirsa, 1000 dari pemirsa TV digital Terrestrial dan 1000 lainnya dari pelanggan kabel TV. Ujicoba akan dilaksanakan selama jangka waktu enam bulan dan direncanakan akan segera dilanjutkan dengan peluncuran layanan secara komersial.

© Satriyo 2010 72

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Malaysia

-

TV Digital juga sudah dirintis sejak 1998

-

April 2007 DVB-T diadopsi sebagai standar bagi siaran TV digital terrestrial di Malaysia..

- Mulai November 2006, ujicoba siaran digital di daerah Klang Valley melibatkan sekitar 1.000 pemirsa di rumah.

Ujicoba menggunakan satu multiplex pada channel 44 UHF, mode 8k, Menyediakan 5 program TV dan 7 program siaran radio Dana awal RM26Juta (US$7.1 juta).

Selama perioda ujicoba ini akan dilakukan beberapa test termasuk ujicoba interactive service.

Ujicoba HDTV pada tahun 2009.

Digital Task Force mempertimbangkan untuk implementasi siaran HDTV di Malaysia.

Tahun 2007 pemerintah melakukan ujicoba siaran digital secara nasional selama 6 bulan (September 2006 – Februari 2007) yang dilakukan oleh RTM1, RTM2 and RTMi dengan siaran lima jam sehari di daerah Klang Valley.

67% dari 892 pemirsa yang ikut terlibat dalam ujicoba mengatakan bahwa kualitas audio visual dari program DTV ini sangat tinggi standardnya.

Pemerintah sedang mencoba untuk mereduksi cost dari Set top box Salah satu alternatifnya menjajaki kemungkinan subsidi harga STB yang saat ini masih mencapai RM500 per unit. Target cost RM300 (USD80).

Analog shutdown direncanakan selesai tahun 2015.

Tahun 2010 ini akan diputuskan satu penyedia DTT untuk seluruh Digital TV program, 470-742MHz

© Satriyo 2010 73

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Hongkong

-

Pemerintah Hong Kong telah mengadakan ujicoba siaran digital menggunakan standar ISDB-T, ATSC dan DVB-T pada tahun 1999.

Ujicoba siaran digital telah dilakukan untuk sistim DVB-T dan ISDB-T baik penerimaan tetap (fixed) maupun penerimaan bergerak (mobile) sementara untuk sistim ATSC 8-VSB hanya dilakukan untuk penerimaan tetap saja.

Pada tahun 2000 pemerintah telah mempublikasikan consultation paper yang pertama dilanjutkan yang kedua pada tanggal 5 Desember 2003.

Walaupun sistim DVB-T telah dipilih namun merujuk kepada hasil tanggapan hasil consultation paper oleh ATV dan TVB, pemilihan standar diundur sambil menunggu perkembangan standar di Cina.

Sampai saat ini sistim DVB-T masih digunakan dengan pemahaman bahwa akan segera diganti dengan perangkat yang kompatibel terhadap standar yang digunakan di China bila sudah tersedia.

Disamping itu potensi model bisnis baru berdasarkan keinginan pasar juga sedang dijajaki sebelum standar yang baru tersedia.

Sejak awal 2008 ada dua FTA TV station menyelenggarakan ujicoba TV digital yaitu Asia Television Ltd (ATV) dan Television Broadcast LTD (TV).

© Satriyo 2010 74

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Amerika

• • • •

Negara Amerika dekenal sebagi negara yang telah berhasil mengembangkan sendiri teknologi TV digital ATSC.

Sistem yang merupakan standar yang dibuat dan digunakan di Amerika Serikat untuk sistem televisi digital ini diberlakukan sejak 16 Desember 1995, ditandai dengan dirilisnya dokumen A/53 tentang Standar Televisi Digital oleh ATSC (Advanced Television Systems Committee).

Disamping Amerika beberapa negara seperti Canada, Mexico, Korea Selatan dan terakhir Honduras sejak 16 Januari 2007, melalui the Comisión Nacional de Telecomunicaciones (CONATEL) telah mengadopsi standar ATSC.

ASO 12 Juni 2009

© Satriyo 2010 75

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Jepang

Jepang yang dikenal sebagi negara yang mengembangkan teknologi ISDB, memiliki potensi pasar siaran TV yang tinggi. Sejak diperkenalkan setengah abad lalu, TV siaran terrestrial telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat Jepang dalam memperoleh informasi melalui TV. Walaupun luas daratan di Jepang hanya ¼ luas daratan di Amerika misalnya, namun kondisi topografi yang sebagian besar pegunungan dan memiliki banyak pulau yang terisolasi membuat Negara ini memerlukan stasiun relay yang relatif banyak, hampir dua kali yang dibutuhkan Amerika. Sebagian dari stasiun tersebut bahkan memerlukan frequency yang berbeda-beda untuk mengurangi timbulnya interferensi.

Perkembangan TV digital terrestrial di Jepang secara resmi ditandai dengan dikeluarkannya arahan keputusan mengenai proses perijinan stasiun penyiaran digital terrestrial pada tanggal 27 September 2002 oleh MPHPT (the Ministry of Public Management, Home Affairs, Posts and Telecommunications).

Hal ini terkait dengan rencana dasar penyiaran di Jepang untuk melakukan migrasi penyiaran analog ke digital terrestrial secara “early and smooth migration

yang dari awal direncanakan dilakukan pada tahun 2003 di kota-kota metropolitan Kanto, Chukyo dan Kinki dan daerah lain pada tahun 2006. Target perijinan paling tidak dapat memperhatikan dua kondisi yaitu penyiaran program sebagaimana yang secara umum ada dalam siaran analog dan penyiaran program seperti pada penyiaran HDTV (High Definition Television). Disamping itu stasiun penyiaran juga harus memperhatikan beberapa hal antara lain harus menyediakan siaran simulcast identik seperti pada siaran analog paling tidak 2/3 waktu siaran harian, harus menyediakan siaran HDTV paling tidak 50% dari siaran mingguan, dan paling tidak 10% dari siaran mingguan harus mengandung unsur program edukasi dan 20% mengandung unsur cultural yang tentu saja harus menyediakan kombinasi program secara harmonis. Pengajuan aplikasi ijin siaran digital dimulai pada 11 November 2002.

© Satriyo 2010 76

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Menindaklanjuti aplikasi yang telah dilakukan oleh NHK dan 16 lembaga penyiaran swasta di Jepang, pada tanggal 18 April 2003, MPHPT telah mengeluarkan preliminary licenses siaran TV digital terrestrial kepada total 20 lembaga penyiaran di daerah Kanto, Chukyo, dan Kinki. Penyiaran digital terrestrial ini termasuk siaran HDTV, data broadcasting, dan layanan EPG (Electronics Program Guide) serta beberapa layanan baru seperti multi-channel broadcasting, interactive programs, dan broadcasting for mobile technologies.

Penyiaran dilakukan melalui 8 channel UHF (channel 20-27) di daerah Kanto (Tokyo) dan 7 channel UHF (channel 13, 18-23) di daerah Chukyu (Nagoya) dan 7 UHF chanel (13-18, dan 24) di daerah Kinki (Osaka).

Sejak dikeluarkannya ijin ini, perkembangan siaran TV digital di Jepang berlangsung sangat cepat yang ditandai dengan dilakukannya ujicoba implemantasi siaran HDTV melalui penerimaan bergerak dan TV digital yang dilengkapi akses Internet.

Pada 29 Januari 2003, dengan dukungan dari TOYOTA CRDL, INC dan Telecommunication Advancement Organization of Japan (TAO) telah dilakukan ujicoba siaran untuk penerimaan bergerak di Nagoya, yang mampu menerima siaran HDTV dengan hasil sangat memuaskan walau bergerak melalui daerah perkotaan di antara bangunan-bangunan yang tinggi. Ujicoba yang menggunakan high sensitivity glass antenna yang dipasang di kendaraan ini dilakukan di cannel 15 UHF, mode 3, dengan guard interval 1/8, modulasi 64QAM, coding rate 3/4, dan 13 segments menggunakan bandwidth 6 MHz.

Data bit rate yang digunakan adalah 18 Mbps (dengan sebuah bit rate HDTV 15 Mbps). [www.dibeg.org].

Di bulan September 2004 telah diluncurkan layanan Multi-channel Digital ETV (Educational TV channel) Menggunakan siaran TV Digital, dimana penonton dapat menikmati dua sampai tiga siaran channel SDTV pada saat bersamaan hanya dengan menggunakan satu channel HDTV. ETV-1 bersiaran simulcast (analog dan digital secara bersamaan) sementara ETV-2 dan ETV-3 dikhususkan untuk menyiarakan beberapa variasi program seperti welfare, science, hobbies, the game of go and shogi, dan program latihan bahasa asing.

© Satriyo 2010 77

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Saat ini sejalan dengan sangat tingginya penetrasi layanan broadmand di Jepang yaitu sekitar 23.2

juta (akhir Maret 2006), yang artinya lebih dari setengah rumah tangga di Jepang sudah dapat menikmati layanan broadband, dimana lebih dari 87% nya adalah layanan mobile broadband, perkembangan TV digital juga sangat dipengaruhi olehnya. Bahkan menurut NTT, pemerintah sedang menyiapkan

Roadmap for Building the Next-Generation Network (NGN) dimana paling tidak akan ada perkembangan dalam beberapa hal antara lain jaringan fixed telephone yang akan migrasi ke jaringan berbasis IP (IP-based networks) yang kemudian akan dikombinasikan dengan jaringan mobile communications secara menyeluruh. Jaringan telepon lokal akan menjadi jaringan broadband yang dihubungkan dengan jaringan FTTH (fiber to the Home) dan Jaringan penyiaran TV Analog terrestrial akan migrasi secara total ke siaran TV digital. Saat ini perjalanan menuju “convergence of communications and broadcasting and wireless,” dan

dan bahkan

convergence of various

computers and consumer electronics

technologies,” seperti

wired sedang mengalami proses yang sangat cepat dan signifikan di Jepang. [www.soumu.go.jp].

Sejak April 2006, di Jepang juga sudah diimplementasikan layanan One-Seg service yang menggunakan satu dari 13 segment pada total satu badwidth 6Mhz UHF, yang dipergunakan oleh siaran TV Digital (5,6 MHz digunakan untuk penerimaan tetap dan dan 429 kHz untuk penerimaan bergerak). Siaran ini mampu mengirim informasi gambar dari TV digital terrestrial ke mobile phones, pesawat penerima TV di mobil, personal computers dan sebagainya. Disamping itu juga dilengkapi fasilitas Disaster Early warning system yang akan sangat membantu bila terjadi emergency misalnya gempa bumi dan Angin Topan, karena dapat memberikan informasi mengenai rute evakuasi, keamanan anggota keluarga dsb, walaupun pesawat telepon dalam keadaan penerimaan sinyal kurang baik.

Direncanakan pada awal tahun 2007 ini seluruh rumah tangga di Jepang sudah bisa menerima layanan TV digital dan direncanakan siaran analog akan dimatikan secara total pada 24 Juli 2011.

© Satriyo 2010 78

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Korea

Korea dikenal sebagai negara yang mengembangkan teknologi TV digital T-DMB (Terrestrial-Digital Multimedia Broadcasting). Sebelumnya, pada tahun 1997 Korea Selatan telah mengadopsi standar ATSC berbasis modulasi 8-VSB dari Amerika. Pada tahun 2001, telah diluncurkan layanan secara kommersial di kota Seoul dan dikembangkan di sekitar provinsi Kyonggi pada tahun 2002. Pada tahun 2003 komunitas penyiaran Korea, dibawah koordinasi Korean Broadcasting Commission telah melakukan peninjauan kembali adopsi standar ATSC yang lebih disebabkan oleh kurang memuaskannya hasil kualitas dari sisi teknologi. Namun kemudian setelah melalui beberapa ujicoba dan diskusi di beberapa level pengambil keputusan dalam kalangan industri, keputusan penggunaan standar ATSC tetap dipertahankan. Sejak tahun 2003 ini disamping dilakukan roll out berbasis standar ATSC yang difokuskan kepada ujicoba ATSC-HDTV, beberapa kalangan juga melakukan ujicoba terhadap beberapa standar khususnya untuk penerimaan bergerak baik DVB-H maupun standar baru berbasis DAB yaitu T-DMB.

Walau pemerintah Korea sedang berkonsentrasi untuk mengembangkan teknologi DMB, namun pada tahun 2005, dibentuk suatu task force untuk melakukan ujicoba DVB-H yang beranggotakan unsur dari MIC (Ministry of Information & Communication), KBC (Korean Broadcasting Committee), KBS (Korean Broadcasting System) dan The United Broadcasting Union. Ujicoba ini dilaksanakan sampai pertengahan tahun 2005.

Standar TV digital T-DMB yang mulai diluncurkan pada 1 Desember 2005 lebih menitik beratkan pada aplikasi penerimaan bergerak (mobile) dengan memanfaatkan jaringan DAB. Sistem ini mulai berkembang di Korea setelah mendapat dukungan yang kuat dari para pelaku industri manufaktur yang memproduksi perangkat-perangkat elektronik seperti mobile phones, GPS navigators, Laptops, Digital Camera, MP3 players dan set-top boxes yang modul-modulnya dikembangkan untuk dapat bersinergi dengan teknologi T-DMB ini.

Diyakini oleh berbagai pihak, setelah 6 bulan peluncuran sistim berbasis T-DMB telah mempunyai 1 juta konsumer. Awal tahun 2007 ini paling tidak ada 7 kanal televisi dan 13 kanal radio yang telah beroperasi menggunakan teknologi T-DMB ini.

© Satriyo 2010 79

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di beberapa negara

Perkembangan TV Digital di Brasil

Pemerintah negara Brasil yang menyadari bahwa potensi pasar TV digital dalam negeri sangat besar, dimana terdapat lebih dari 120 juta penonton TV, sejak semula telah merencanakan untuk memiliki standar TV digital sendiri. Walau sejak awal telah dijajaki beberapa kemungkinan penggunaan standar TV digital yang sudah ada yaitu ISDB, ATSC 8-VSB dan DVB-T dan di tengah keterbatasan dana penelitian, namun konsentrasi ke arah pengembangan standar TV digital khusus Brasil, minimal di sisi middleware, tetap dilakukan secara intensif.

Setelah melalui serangkaian ujicoba, diskusi dengan DVB, ATSC dan ISDB dan kunjungan ke Eropa, Amerika dan Jepang, pada tanggal 29 Juni 2006 lalu periden Brasil Luiz Inaciao Lula da Silva telah menandatangani keputusan akhir penggunaan standar TV digital yang baru di Brasil. Standar yang bernama Sistema Brasileiro de Televisao Digital Terrestre (SBTD-T) ini berbasis standar ISDB-T dari Jepang yang dikembangkan berdasar permintaan khusus dari Brasil, atas kerja sama dengan pemerintah Jepang. Standar ini menggunakan standar kompresi baru berbasis MPEG-4, H.264

AVC dan Brazilian Middleware.

Dalam perjanjian antara pemerintah Brasil dan Jepang tersebut juga ditawarkan pengecualian dalam pembayaran royalti kepada pemerintah Jepang dan pembangunan fasilitas pabrik Semiconductor di Brasil sebagai kompensasi penerapan teknologi berbasis ISDB-T ini. Disamping itu lembaga keuangan Jepang JBIC bekerjasama dengan Brazilian development bank BNDES juga memfasilitasi peralihan standar TV analog PAL-M menjadi SBTD-T.

Diperkirakan masa peralihan TV digital ini akan dapat diimplementasikan di seluruh Brasil dalam waktu sepuluh tahun.

Namun beberapa kalangan di Brasil mengangap bahwa keputusan pemilihan standar berbasis ISDB-T ini akan sangat memberatkan para penonton TV karena harga pesawat penerima (STB) yang relatif sangat mahal karena belum ada negara lain yang mengadopsinya.

Brasil yang merupakan negara pertama di luar Jepang yang mengadopsi standar ISDB-T diperkirakan akan terus bekerjasama dengan Jepang dalam pembangunan dan pengembangan sistem TV digital agar lebih sempurna dan sesuai yang diharapkan.

© Satriyo 2010 80

WG Licensing

FIELD TRIAL …

Field trial will start early 2009

Consortiums selected for field trial: 1. Free to air a. PT. Konsorsium Televisi Digital Indonesia (

SCTV, Antv, TVOne, Trans TV, Trans 7 and MetroTV

) b. Konsorsium LPP TVRI – PT. TELKOM 2. Mobile TV a. Konsorsium Tren Mobile TV b. Konsorsium Telkom – Telkomsel Indonusa

© Satriyo 2010

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Indonesia

DVB-T Slot on 8 MHz channel UHF Band IV and V

© Satriyo 2010

Each slot is occupied by a different DVB-T broadcast program. Each color represents 1 type of broadcast program provider; if 1 color occupies more than 1 slot , this means that there is one provider having more than 1 type of broadcast programs.

82

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Indonesia

T-DAB Slot on 7 MHz channel VHF Band III

© Satriyo 2010

Each slot is occupied by a different DVB-T broadcast program. Each color represents 1 type of broadcast program provider.

83

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Indonesia

Proposed Business Model free-to-air Digital TV System

Public Program 1 Channel 1 MUX 1 (national) Channel 2 Public Program n Private Program 1 Channel 3 Channel 4 MUX 2 (regional) Private Program m Community Program 1 Channel 5 Channel 6 MUX 3 (regional) Channel x MUX 4 (per coverage area) Community Program p

© Satriyo 2010

Content Providers SHARING TOWER WITH WIDE COVERAGE AREA SHARING TOWER WITH 2.5 KM COVERAGE AREA

84

Digital Network Providers

Sumber: Presentasi Freddy H. Tulung, 22 Nov 08

WG Licensing

Regional Division for MUX 2 and Mux 3

The regional division for networking areas for regional infrastructure providers (MUX 2 and MUX 3) follow the 14 zones below:

Regional 1 : Northern Sumatera (DI Aceh, North Sumatra) Regional 2 : Central Sumatera (Riau, Riau island, Jambi, West Sumatra) Regional 3 : Southern Sumatera (Bengkulu, South Sumatera, Bangka Belitung, Lampung) Regional 4 : Banten dan Jakarta and surrounding areas Regional 5 : Western Jawa (West Java excluding Bogor, Depok, Bekasi) Regional 6 : Central Java (Central Jawa, DI Yogyakarta) Regional 7 : Eastern Java (East Java) Regional 8 : Bali and Nusa Tenggara (Bali, NTB dan NTT) Regional 9 : Papua Regional 10: Maluku dan North Maluku Regional 11: Southern Sulawesi (South Sulawesi, West Sulawesi, North Sulawesi) Regional 12: Northern Sulawesi (North Sulawesi, Gorontalo, Central Sulawesi) Regional 13: Western Kalimantan (West Kalimantan, Central Kalimantan) Regional 14: Eastern Kalimantan (South Kalimantan, East Kalimantan)

© Satriyo 2010

Working Group Masterplan Frekuensi

85

85/43

WG Licensing

Model Bisnis TV Digital di Indonesia

Ilustrasi Model Bisnis di Indonesia (for discussion)

Network Operator #1 Network Operator NTL #2 Network Operator #3 Network Operator #4 Network Operator #5 Network Operator #6 MUX #1 MUX #2 A MUX #2 B MUX #2 C MUX #2 D MUX #3

Network Operator

1. Kons. TVRI+Telkom 2. Konsorsium MNC 3. Konsorsium TV Digital Indonesia 4. Konsorsium #4 5. Konsorsium #5 6. Konsorsium #6

Multiplex Operator

© Satriyo 2010

TVRI, TVE, TVT, TVK RCTI, TPI, Global TV & Jak TV Tran TV, Trans 7, SCTV, TVOne, Antv, Metro TV Indosiar, O Channel, TV baru TV baru, TV Lokal HDTV Lembaga Penyiaran Publik Swasta - Iklan Swasta Berlangganan

86

Content (Channels) Content Group

WG Licensing

© Satriyo 2010 87

WG Licensing

© Satriyo 2010 88

WG Licensing

© Satriyo 2010 89

WG Licensing

© Satriyo 2010

Switch Over Date Beberapa Negara

Country DTT launch date United Kingdom Sweden Spain Finland Switzerland Germany Belgium

1998 1999 2000/2005 2001 2001 2002 2002

The Netherlands Italy France Czech Republic

2003 2004 2005 2005 2006

Denmark Slovenia Austria

2006 2006

Estonia Norway Lithuania Hungary Portugal Slovakia Ireland

2006 2007 2008 2008 2009 2009 2009

Completion of ASO

2012 Completed (2007) 2010 Completed (2007)

Compression Format

MPEG-2 MPEG-2 MPEG-2 MPEG-2 Completed (2008) December 2008 2011 MPEG-2 MPEG-2 MPEG-2 Completed (2006) 2012 MPEG-2 MPEG-2 2011 MPEG-2/MPEG-4 AVC 2011 MPEG-2 2009 MPEG-2/MPEG-4 AVC 2011 2010 MPEG-4 AVC MPEG-2 2012 2009 2012 2011 2012 2012 2012 MPEG-4 AVC MPEG-4 AVC MPEG-4 AVC MPEG-4 AVC MPEG-4 AVC MPEG-4 AVC

90

WG Licensing

Persiapan Yang dapat Dilakukan

Persiapan dapat dilakukan dari sisi:

1.

Konten

  MENINGKATKAN KONTEN, Masyarakat lebih tertarik pada isi layanan (konten) dari pada medianya Konten yang “bermutu” akan selalu dicari      Existing Analog Operator TV Swasta lebih berkonsentrasi di bidang ini Standar pengolahan konten lebih baik, menggunakan perangkat dan metoda DIGITAL Perangkat studio DIGITAL Persiapan dan Peningkatan SDM di bidang produksi Konten Pemahaman IPR

2.

Quality of Services (QoS)

  Mempersiapkan siaran SDTV, HDTV Menjajaki peluang pemanfaatan Jaringan Transmisi Fixed, Wireless, Mobile  Satu Media, Multimedia, Interactive TV

3. Pengembangan Hardware dan Midleware

  Bekerjasama dengan lembaga Industri dan Riset Nasional Pembentukan Konsorsium Nasional di bidang penyediaan HW yang optimal

4. Pengembangan Sumber daya manusia

- SDM yang memahami teknologi TV Digital - Program pelatihan yang lebih optimal

© Satriyo 2010 91

WG Licensing

Persiapan Yang dapat Dilakukan

Persiapan dapat dilakukan dengan:

1. Keterlibatan Stackeholder dalam Sosialisasi kepada Masyarakat luas yang melibatkan:

- Unsur sekolah, perguruan tinggi, - Lembaga kepemudaan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga konsumen, - Komunitas profesi dan unsur masyarakat lainnya di seluruh Indonesia.

2. Pengembangan Pusat Unggulan (Centre of Excellence)

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g..

Pusat Unggulan Pembuatan Konten (Production House) Pusat Unggulan Content Aggregator / Broadcaster Pusat Unggulan Content Security & Protection Pusat Unggulan Source Coding, Data Transport & Multiplexing Pusat Unggulan Program Delivery & Distribution Pusat Unggulan Channel Coding & Digital Modulation Pusat Unggulan Sistem Penyiaran Digital

© Satriyo 2010 92

WG Licensing

© Satriyo 2010

Thank you

for further information please contact: [email protected]

[email protected]

93

WG Licensing