Unsur Tematik dalam Drama

Download Report

Transcript Unsur Tematik dalam Drama

Unsur-unsur Drama sebagai
Karya Sastra
Medium Bahasa
Unsur Tematik
Penokohan dan Karakterisasi
Plot
Setting (Latar)
Ciri-ciri Naskah Drama
Drama ditulis untuk dipentaskan, karena itu
drama disusun berdasarkan persyaratan
pentas.
1. Adanya bentuk-bentuk dialog, solilokui,
kadang-kadang ada prolog dan epilog.
2. Adanya perintah laku yang ditulis secara
singkat dan dalam bentuk tulisan yang
berbeda dari dialog.
3. Setting (latar) diungkapkan secara singkat
dan hanya merupakan petunjuk global bagi
pengguna naskah.
Bentuk Drama mana yang akan Anda
tulis?
•
•
•
•
•
Drama Panggung
Drama Radio
Master Skenario
Screenplay
TV Play
Jenis Drama:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tragedi
Komedi
Tragikomedi
Melodrama
Farce
Dagelan
7. Opera
8. Pantomim
Prosedur:
1.
2.
3.
Dramatisasi Puisi
Menyadur dari karya drama asing
Menulis Drama Sendiri
Medium Bahasa dalam Drama
1. Bahasa Baku atau Bahasa Standar
2. Bahasa Dialek (Betawi, Jawa, Sunda,
Batak, Padang, dsb.)
3. Bahasa Puisi dan Bahasa Puitis
4. Bahasa Keseharian
Unsur Tematik dalam Drama
Tema  Subject Master Drama
Tema Jasmani
?
Tema Moral
Tema Sosial
Tema Egoik
Tema Ketuhanan
-perjuangan
-sosial
-percintaan
-kejiwaan
-metafisik
-dakwah
Menciptakan Tokoh
1. Tokoh Tipikal (tokoh yang memiliki ciri-ciri khas tertentu yang
berbeda baik dari kehidupan manusia sehari-hari maupun
tokoh lain dalam keseluruhan cerita)
2. Tokoh Netral (tokoh yang tidak digambarkan sebagai tokoh
yang luar biasa, ia merupakan manusia kebanyakan yang
digambarkan tidak memiliki ciri-ciri tertentu)
3. Tokoh Karikatural (tokoh yang digambarkan dari sisi
kehidupan yang hampir tidak berkaitan dengan kenyataan
hidup sehari-hari, berlebihan, kadang-kadang mewakili
kelompok masyarakat tertentu)
4. Tokoh Berkembang (karakter tokoh ini berkembang secara
terus-menerus sepanjang cerita)
5. Tokoh Bulat atau Tokoh Kompleks (tokoh yang digambarkan
seluruh sisi kehidupannya)
6. Tokoh Sederhana atau Tokoh Simpel (tokoh yang hanya
ditampilkan dari satu sisi kehidupannya atau bahkan tidak
jelas asal-usulnya)
Menciptakan Karakterisasi
berdasarkan ciri-ciri fisik
berdasarkan kebiasaan/sifat
berdasarkan pekerjaan/profesi
berdasarkan asal-usul daerah
berdasarkan insiden tertentu
Nama owe
mah Pek Ciwit
Si Beton
namaku,
tapi aku
lemahlembut, lho
Plot Drama
Klimaks

Konflik

Konflik
Konflik
Eksposisi
Konflik


Penurunan
Laku

Peleraian

Insiden Awal


Awal
Antiklimaks
Durasi (rolling time)
Akhir
Terjadinya Konflik
PROTAGONIS
ANTAGONIS
KONFLIK
MOTIF
MOTIF
LAKU
LAKU
POLA DRAMA
PERMULAAN
LAKU
Tumbuhnya permasalahan yang terjadi di
dunia atau yang menimpa pada diri
protagonis
KELANJUTAN
LAKU
Pertumbuhan konflik yang menyebabkan
munculnya alternatif pemecahan masalah
PENYUDAHAN
LAKU
Berakhirnya segala kekalutan dengan
akhir yang bahagia, atau berakhir dengan
tragis
Irama Tragis Religius Yunani Klasik
Awal (Hybris)
Tengah (Nemesis)
Akhir (Dike)
Protagonis menilai dirinya secara keliru
berdasarkan norma yang berlaku.
Karena kekeliruannya ini, ia kemudian
bertindak di luar batas dan semenamena.
Protagonis memperoleh peringatan dan
tentangan atas perbuatannya yang
semena-mena itu dari orang-orang
sekitarnya, dari masyarakatnya, dan dari
nilai-nilai yang diwakili oleh tokoh
agama. Akibat tindakan semenamenanya, protagonis mendapat murka
dewata.
Karena murka dewata ini, protagonis
mengalami nasib yang tragis dengan
atau tanpa penyesalan.
Irama Komis (Komedi)
Survival
(penyelamatan)
Growth
(pertumbuhan)
Protagonis berkehendak atau
menginginkan sesuatu. Karena
keinginannya ini, ia memperoleh
tantangan dan bahaya. Dengan cara
yang tak diduga dan (bahkan) lucu, ia
mengatasi masalah atau
menyelamatkan diri dari keadaan
bahaya yang dihadapinya.
Protagonis memperoleh kedudukan
dan status sosial yang lebih baik,
biasanya digambarkan dengan
pernikahan atau sejenisnya.
Pola Mintaraga
Awal
Sang pahlawan (ksatria) memperoleh
panggilan gaib atau panggilan dewata.
Tengah
Sang pahlwan berangkat menuju dunia
lain, dunia di luar kesehariannya. Di sana
ia diuji dan setelah lulus ia memperoleh
anugerah dewata.
Akhir
Anugerah ini kemudian ia gunakan untuk
menyejahterakan sesamanya.
Pola Wishnu Nitis
Awal
Sang Wisnu turun ke dunia dan menitis pada
satu tokoh dan bertugas untuk memerangi
angkara murka.
Tengah
Tokoh yang dititisi Wisnu mencari identitas
dirinya secara metafisikal. Kemudian ia
memerangi angkara murka yang mengancam
dan akan merusak ketenteraman dunia dan
kesejahteraan manusia.
Akhir
Angkara murka dapat diberantas dan keadaan
dunia kembali aman sejahtera.
Pola Mencari Ayah
Awal
Salah seorang putra Arjuna di pertapaan
kakeknya bertanya tentang siapa sebenarnya
ayah kandungnya. Sang Kakek mengatakan
bahwa ayahnya adalah Arjuna.
Tengah
Sang ksatria pun pergi ke Amarta mencari
ayahnya. Ia kemudian diuji melalui
pelaksanaan dharmanya sebagai ksatria.
Akhir
Setelah lulus, resmilah ia dakui sebagai
putra Arjuna.
Trilogi Aristoteles
Kesatuan Tempat (drama harus terjadi pada satu
tempat tertentu)
Kesatuan Waktu (drama harus berlangsung
pada waktu tertentu yang merupakan kesatuan
utuh)
Kesatuan Kejadian (drama hanya
menampilkan peristiwa yang saling berkaitan)
Tiga Anasir yang Harus Ada
dalam Drama
1. Anasir Kesatuan (kesatuan waktu,
kesatuan tempat, dan kesatuan kejadian)
2. Anasir Keharusan Psikis (adanya
Protagonis, Antagonis, Tritagonis)
3. Anasir Penghemat (drama hanya
menampilkan hal-hal yang penting dari
kehidupan manusia dan tidak menampikan
seluruh sisi kehidupan manusia secara
lengkap)
Menciptakan Setting
Historis (zaman Sriwijaya, zaman
revolusi, zaman dulu, dsb.)
Setting Waktu:
Detik, menit, jam, hari, minggu,
bulan, tahun, sianghari, malam
hari
Topografi (nama daerah, kota,
desa, kampung, dsb)
Setting Tempat:
Skeneri (interior dan eksterior)
Adegan 1
(Suatu hari, di pagi yang cerah. Tania tampak masih asyik di alam
mimpinya. Dia tak mau seseorang menggugahnya, tak terkecuali dering
jam weker yang berada diatas meja di sebelah tempat tidurnya.)
(Krrrrriiiiingggggggg…………………)
01. Tania: (masih menutup mata, tak menghiraukan)
(Kriiingggggg…………….)
02. Tania: (dengan muka kesal, membuka mata) “Iiih,
berisik amat sih!” (menelungkupkan wajah bantal)
03. Tania: (tersadar sejenak) “Eh, ini hari apa ya? Sabtu, Minggu….“
(menghitung hari dengan jari)
04. Tania: (terkejut) “Oh iya, ya. Ini kan hari Senin!”
(Sementara itu di koridor sekolah SMAN Suka Ceria. Tampak seorang
gadis kebingungan sambil sesekali menggigit bibirnya)
05. Kayla: (melirik ke arah jam di tangan) ” Adduuuh……, si Tania mana
sih? Ini kan sudah mau masuk. Gawat deh, kalau dia sampai
telat.”
06. Paulo: (tiba-tiba datang) “Lo kenapa sih, Kay? Mondar-mondir kayak
orang gak jelas gitu.”
07. Kayla: “Gue lagi mikirin Tania nih. Kok dia belom dateng-dateng ya?”
08. Paulo: (menoleh ke arah kiri dan kanan) “Ya, juga sih. Sedari tadi, gue
juga belom lihat tuh bocah.”
Adegan 2
09. Tania: (tergesa-gesa) “Duh, gara-gara bangun kesiangan. Gue jadi
harus olahraga pagi lagi nih!”
(Tiba di sekolah, gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Wajah Tania
menjadi semakin kesal)
10.Satpam: ” Dik, karena adik telat lima menit. Adik harus menunggu di
luar gerbang sekolah sampai ada guru yang datang kemari.”
11. Tania: (Memasang wajah memelas) “Yah, pak tolong ijinkan saya
masuk. Kan cuma telat lima menit. Jangan bilang sama guru ya
pak. Nanti hukuman saya tambah berat.”
12. Satpam:” Adik sudah tahu peraturannya kan? Siapa saja yang
melanggar peraturan sekolah akan dikenakan sanksi.”
Adegan 3
13. Kayla:” Kok lo tadi pagi bisa telat sih, Tan?”
14. Tania: (Duduk di sebelah Kayla) “Lo kan tahu sendiri, kalau tiap hari
gue begadang ngerjain tugas.”
15. Kayla: (Mengerutkan kening) “Tapi efeknya kan gak baik buat lo.
Mendingan mulai dari sekarang lo mulai atur waktu deh. Biar
waktu selama dua puluh empat jam dapat digunakan secara
efisien.”
16. Tania: (Mengangguk)”Lo ada benernya juga, Kay.”
Mari kita berlatih membuat naskah drama
seperti pada contoh di atas.
Perhatikan kutipan cerpen berikut!
………………………………..
Suara siulan dan tepuk tangan menggoda Rengga semakin
keras terdengar. Rengga tersadar pada tujuannya semula.
Ia mendekati cowok yang duduk di bangku paling depan,
dekat dengan tempatnya berdiri.
“Mas, ini ada titipan buku dari Pak Dedi,” suara Rengga
terdengar gemetar.
“Iya dech ntar aku bagikan.”
Rengga keluar dan segera berlalu dari kelas itu. Masih
sempat ia mencuri pandang wajah Netta. Jantungnya seperti
ditarik dengan kail pancing ikan, perih, dan hampir tertinggal.
Netta menatapnya tajam, tapi di sudut bibirnya samar terlihat
senyum manis. Rengga segera berlalu.
Takut ke ge-eran. Rengga menuruni tangga menuju kelasnya.
Kelas Netta memang berada di atas kelasnya, bukan gedung
bertingkat sih, tetapi karena tekstur tanah di sekolah mereka
naik turun, khas tanah daerah pegunungan.
Sesampai di kelas, Rengga menarik nafas panjang.
“Kau kenapa?” tanya Ditta, sahabat dekatnya.
“Aku habis dari kelas Mbak Netta.”
………………………………………………………………..
(Balada Cinta Rengga karya Faradina Izdhihary, tabloid Gaul2011)
Bagaimanapun juga ...
Tidak pernah ada teknik menulis karya drama yang paling
baik, sebaik-baiknya karya drama yang ditulis adalah karya
yang paling orisinal dari segala aspek.
Percayalah bahwa Anda mampu menulis sebaik dramawan
dan sastrawan besar jika Anda menulis sesuai dengan hati
nurani Anda sendiri.
Imajinasi yang berkembang merupakan modal utama dalam
berkarya seni
Terima kasih atas segala perhatian Anda