Manajemen Unit Kerja 5 Pertemuan 10

Download Report

Transcript Manajemen Unit Kerja 5 Pertemuan 10

AUDIT KLINIS DI RUMAH SAKIT
IMO 725
Manajemen Unit Kerja 5
2 SKS
Semester 7
GOOD CLINICAL GOVERNANCE
Pertemuan 12
Corporate governance
• Tata kelola perusahaan
• Berdasarkan surat edaran Meneg PM & P BUMN
no.S.106/M.PMP BUMN/2000 tanggal 17 April 2000 tentqng
kebijakan penerapan Corporate governance menyatakan
bahwa :
• Good corporate governance adalah suatu hal berkaian dengan
pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari
budaya perusahaan , etika , nilai , sistim , proses bisnis ,
kebijakan dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan
untuk mendorong dan mendukung pengembangan
perusahaan , pengelolaan sumber daya dan resiko secara
lebih efisien , efektif dan pertanggungjawaban perusahaan
kepada pemegang saham dan stake holders lainnya.
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
Good Corporate governance adalah :
• Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan
• Aktiva perusahaan dijaga dengan baik
• Perusahaan menjalankan praktek-praktek
yang sehat
• Kegiatan – kegiatan dilaksanakan secara
transparan
Good corporate governance
• Merupakan suatu prinsip dasar pengelolaan
perusahaan secara transparan , akuntabel dan adil
sesuai dengan aturan dan etika yang berlaku umum
• Adalah upaya mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar menjadi keseimbangan kekuatan
kewenangan diantara pengelola perusahaan ( Sir Adrian
Cdbury 1992)
• Suatu proses dan struktur yang digunakan untuk
mengarahkan dan mengelola kegiatan guna
meningkatkan kemajuan dan akuntabilitas perusahaan
sehingga pada jangka panjang mampu meningkatkan
value perusahaan tanpa mengabaikan kepentingan
semua pihak
Prinsip – prinsip Corporate governance
• Dalam praktek pelaksanaan good corporate
governance dikenal 4 prinsip utama yaitu :
1. Pertanggung jawaban = RESPONSIBILITY
2. Akuntabilitas : ACCOUNTABILITY
3. Keadilan : FAIRNESS
4. Transparansi : TRANSPARENCY
Pertanggung jawaban :
Responsibility
• Konsep triple bottom line :
– Mengejar laba/ keuntungan
– Memenuhi tanggung jawab sosial
– Menjaga pertumbuhan yang
berkesinambungan ( sustainable)
Akuntabilitas : Accountability
• Dalam hal ini corporate governance membuat
suatu sistim yang menjamin agar manajemen
tetap menjaga akuntabilitas kepada pemilik
Keadilan : fairness
• Prinsip keadilan : menuntut adanya perlakuan
yang sama (equal) antara semua pihak namun
pada pelaksanaannya prinsip ini sering
dilanggar
• Dalam corporate governance yang baik
disyaratkan berprinsip agar komisaris atau
direksi bekerja secara independen dan
profesional dan pihak manajemen sedapat
mungkin menghindari situasi yang
mengandung conflict of interest
Transparansi : transparency
• Berarti tidak ada yang disembunyikan
• Hal ini dapat dimulai dengan menyajikan
laporan keuangan yang akurat dan tepat
waktu , sistim penggajian yang jelas dan
memberikan informasi – informasi lain yang
rele van
UNSUR UNSUR DALAM CORPORATE GOVERNANCE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Share holders
Board of commissioners
Board of Managing Directors
Audit system
Corporate secretary
Stake holders
Disclosure
PEMILIK
• Share holders : pemegang saham
• Mempunyai hak :
– Menghadiri dan ikut berperan dalam memberikan
suara pada rapat umum pemegang saham
– Memperoleh informasi yang relevan secara
berkala dan teratur
– Memperoleh pembagian keuntungan
KOMISARIS
• Bertanggung jawab dan mempunyai wewenang
untuk melakukan supervisi atas semua
kebijakan dan tindakan yang dilakukan oleh
direksi
• Serta memberikan pertimbangan ( advise s) jika
dibutuhkan
• Komisaris sebaiknya tidak ada hubungannya
dengan direksi dan tidak berada dibawah
kendali pemilik saham
• Hal ini untuk meningkatkan efektifitas dan
DIREKTUR
• Direksi harus terdiri atas orang – orang yang
berkarakter baik dan memiliki pengalaman
mengendalikan perusahaan / rumah sakit .
• Direksi bekerja sesuai dengan visi dan misi
• Melaksanakan tugas manajemen secara
efektif dan dapat meningkatkan efektifitas
serta transparansi
Audit system
• Dibentuk komite audit dengan anggota
sekurang – kurangnya 3 orang
• Diangkat dan diberhentikan serta bertanggung
jawab kepada dewan komisaris
Stake holders
• Adalah
– masyarakat lingkungan dimana rumah sakit
beroperasi
– SDM : Pegawai
– Pelanggan : pasien dan keluarga
– Pemasok : distributor , dll
– Kreditur : rekanan asuransi , perusahaan dsb
– Dan kelompok – kelompok lain yang berpengaruh
terhadap kelangsungan operasional rumah sakit
Disclosure
• Mempunyai inisiatif untuk mengungkapkan
hal-hal penting berkaitan dengan pembuatan
keputusan dan penyelesaian permasalahan
yang berkaitan dengan operasioanal tepat
waktu dan akurat
MANFAAT CORPORATE GOVERNANCE
• Meminimalkan agency cost
– Dengan penyusunan struktur dan pembagian fungsi yang
baik dan efektif sehingga pengeluaran biaya dapat ditekan
seminimal mungkin
• Meminimalkan cost of capital
– Dengan pengelolaan yang baik dan sehat akan
menciptakan referensi positif bagi pihak kreditor
• Meningkatkan nilai saham perusahaan
– Pengelolaan kegiatan yang baik sehingga menarik investor
untuk menanamkan modalnya
• Mengangkat citra perusahaan
– Citra merupakan suatu hal penting untuk ditingkatkan
Untuk membangun Good corporate governance
diperlukan sistim manajemen sebagai berikut :
• Manajemen resiko :
– Untuk memastikan bahwa semua kegiatan telah sesuai
dengan strategi dan kebijakan yang berlaku
• Manajemen performa
– Pokok – pokok pikiran harus diintegrasikan kedalam cara
menentukan target dan cara menilai kinerja sesuai dengan
target yang ditentukan .
– Kinerja diukur dan diatura secara seimbang dan bermakna
• Sistim internal control
– Merupakan suatu alat yang membantu perusahaan dalam
mengawasi dan mengendalikan segala resiko yang terjadi
didalam operasional Rumah sakit
Posisi komite Audit didalam struktur organisasi
Dewan
Komisaris
Komite Audit
Direksi
Unit kerja
Tanggung jawab dewan komisaris
• Dewan komisaris harus memonitor efektifitas
praktek tata kelola perusahaan yang baik (
good corporate governance) yang diterapkan
perusahaan dan bilamana perlu dilakukan
penyesuaian
• Dewan komisaris bertanggung jawab dan
berwenang mengawasi tindakan direksi dan
memberikan masehat jika dipandang perlu
CEO
• Tugas CEO adalah menyelesaikan persoalan –
persoalan untuk mencapai tujuan perusahaan
GOOD CLINICAL GOVERNANCE
= KM (+ Dirmed) mengarahkan dan mengendalikan
para klinisi yg kompeten melakukan
PROSES-2 klinis dgn standar asuhan yang tinggi,
ditunjang oleh:
1. Sarana, alat,
material, sistem2,
yg memadai/layak
Proses-2 klinis:
Asesmen,
Diagnosis,,
Pengobatan,,
Tindkan invasif,,
Konseling, dll..
2. Program-2 khusus, a.l.:
QA, EBP, Risk Mngmnt, CPD,
CLINICAL AUDIT, dll.
Dng TUJUAN: OUTCOME KLINIS
yg AMAN, BERMUTU, dan MEMUASKAN PASIEN
13-Apr-15
SAMSI J: KLH AUDIT KLINIS (IEU)
23
GOOD CLINICAL GOVERNANCE
• Komite Medik (+ bersama dengan Direktur medik )
mengarahkan dan mengendalikan para klinisi yang
kompeten untuk melakukan PROSES-2 klinis dengan
standar asuhan yang tinggi,
• Proses-2 klinis yang dilakukan antara lain :
– Asesmen,
– Diagnosis,,
– Pengobatan,,
– Tindkan invasif,,
– Konseling, dll..
TUJUAN PENYELENGGARAAN GOOD
CLINICAL GOVERNANCE
• mendapatkan :
OUTCOME KLINIS yang AMAN,
BERMUTU, dan MEMUASKAN pasien.
INTISARI HAKEKAT DAN TUJUAN
CLINICAL GOVERNANCE
1. Clinical governance bertujuan
meningkatkan mutu pelayanan klinis ,
dengan menjaga dan menerapkan standar
pelayanan yang tinggi dan berkelanjutan
2. Akuntabilitas tentang pelaksanaan clinical
governance ada pada individu baik klinisi
maupun manajer dan pada institusi
3. Clinical governance adalah kerangka kerja /
wahana (means) / sistem / kegiatan / cara untuk
meningkatkan mutu pelayanan klinis
4. Untuk menjalankan Clinical governance dan
akuntabilitas terhadapnya ditetapkan( setting) ,
dipertahankan ( maintaining) dan dipantau (
monitoring) secara konsisten dan bertanggung
jawab atas pelaksanaan program – program
komprehensif yang merupakan landasan dasar (
building blocks) dan konsep dari clinical
governance tersebut .
Good clinical governance di rumah sakit
• Adalah praktek layanan dan asuhan klinis
kepada pasien dengan landasan :
– Penerapan etika profesi dan etika institusi
– Duty of care oleh manajemen dan klinisi
terhadap pasien
– Profesionalisme klinisi dan manajemen
– Akuntabilitas bersama klinisi dan
manajemen
– Clinical governance adalah suatu sistem
FALSAFAH DAN TUJUAN
• Protecting the patient and guiding the
profesionals
• Sesuai dengan UU No.29/2004 tentang
praktek kedokteran dan UU Tentang Rumah
sakit
PEDOMAN MENJAGA GOOD CLINICAL
GOVERNANCE DI RUMAH SAKIT OLEH STAF MEDIK
• Staf medik terpilih
• Secara berlanjut dijaga dan dibina etika,
kompetensi dan kinerjanya
• Dalam memberikan pelayanan asuhan klinis
yang profesional , efisien , aman dan
memuaskan pasien
“ Guiding the doctors , Protecting the patients “
CLINICAL GOVERNANCE
• TUJUAN
– Mewujudkan asuhan klinis dengan mutu dan standar tertinggi
• AKUNTABILITAS
– Akuntabilitas individu ( klinisi + manajer ) dan institusi
• BUILDING BLOCKS
– Program – program pengembangan staf dan organisasi
– QA, Clinical risk management , Evident based practice ,
Clinical effektiveness, Clinical audit, belajar dari pengalaman
KEPUASAN PASIEN
1. DIMENSI-DIMENSI MUTU MENURUT WHO, 1983
MUTU
(Quality)
Kinerja yg
profesional
(technical
quality)
Profesionalisme pemberi asuhan
13-Apr-15
Efisiensi dlm
pemanfaatan
sumberdaya
Biaya
(harga)
SAMSI J: AUDIT MEDIS/KLINIS
Ada program
Manajemen
Risiko Klinis:
mencegah risiko atau penyakit terkait dgn
asuhan klinis.
Keselamatan pasien
Patient
Satisfaction
Kepuasan
pasien
32
ASUHAN KLINIS TIDAK BERMUTU:
•
Asuhan:
Tidak profesional
•
Tidak efisien
•
Tidak aman
(Patient Safety)
•
Tidak memuaskan
13-Apr-15
• Moral hazards
• Tdk etis / tidak legal
• Kelalaian, Penelantaran (negligence)
• Kesalahan medis (Medical errors)
• Tidak evidence-based
• Tidak kompeten
• Tidak efektif
• Overuse: Pemakaian sumberdaya berlebihan
• Underuse
• Misuse
• Critical incidents
• Near miss (nyaris musibah)
• Adverse events (musibah klinis)
• Cidera (harms)
• Keluhan (Complaints)
• Tuntutan (Claims)
• Tuntutan hukum (Litigation)
SAMSI J: AUDIT MEDIS/KLINIS
33
BEBERAPA CONTOH ASUHAN TIDAK BERMUTU
1. TERKAIT DGN TINDAKAN TIDAK PROFESIONAL.
– Tidak ada ‘informed consent’ yg sesuai prosedur.
– Diagnosis yang kemudian ternyata salah.
– Diagnosis terlambat.
– Hasil lab / EKG / X-ray dll salah atau tidak diperhatikan..
– Tindakan salah (medical error).
– Tindakan terlambat.
– Kelalaian dalam tindakan atau pengawasan.
– Henti jantung yang tidak diatasi sesuai standar asuhan.
– Gangguan nafas yang tidak diatasi sesuai standar asuhan.
– Syok yang tidak terdeteksi dan tidak diatasi pada waktunya.
REKAM MEDIK DAN KESEHATAN SEBUAH
RUMAH SAKIT
• Rekam medik RS merupakan komponen penting dalam
pelaksanaan kegiatan manajemen di RS .
• rekam medik harus mampu menyajikan informasi lengkap
tentang proses pelayanan medis dan kesehatan di rs baik dimasa
lalu , masa kini maupun perkiraan dimasa mendatang apa yang
akan terjadi .
• Aspek hukum PERATURAN MENTERI KESEHATAN ( Permenkes)
tentang pengisian RM dapat memberikan sanksi hukum bagi RS
atau petugas kesehaan yang melalaikan dan berbuat khilaf
dalam pengisian lembar RM
• Data rekam medis di sebuah rumah sakit dibagi menjadi 2
kelompok yaitu :
– Kelompok data medik
– Kelompok data umum
1. DATA MEDIK
• Data medik dihasilkan sebagai kewajiban pihak pelaksana
pelayanan medis , paramedis, dan ahli kesehatan lain .
• Mereka mendokumentasikann semua hasil pemeriksaan
dan pengobatan pasien dengan menggunakan alat
perekam tertentu baik secara manual maupun dengan
komputer.
• Jenis rekamannya disebut rekam medik dan kesehatan
(Buku pedoman catatan medik seri-7)
• Ada 2 jenis isian rekam medik rumah sakit yaitu :
– RM untuk pasien rawat jalan termasuk pasien gawat
darurat
– RM untuk pasien rawat inap .
• RM RJ & GD berisi :
– Identitas pasien
– Hasil anmnesis ( keluhan utama, riwayat sekarang, riwayat
penyakit yang pernah diderita, riwayat keluarga tentang
penyakit yang mungkin diturunkan atau dapat ditularkan
antar keluarga)
– Hasil pemeriksaan fisik
– Hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi,
Pemeriksaan lainnya)
– Diagnosa kerja
– Pengobatan
– Tindakan
• Pencatatan data ini harus diisi selambat-lambatnya 1 x 24 jam
setelah pasien diperiksa
• Isi RM untuk pasien Rawat Inap adalah :
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Isi hampir sama dengan RJ dengan tambahan :
Persetujuan pengobatan
Persetujuan tindakan
Catatan konsultasi
Catatan perawatan oleh perawa dan tenaga kesehatan
lainnya
Catatan observasi klinik
Hasil pengobatan
Resume akhir
Evaluasi pengobatan
2. DATA UMUM
• Data umum dihasilkan oleh kelompok kegiatan non medik yang
mendukung kegiatan kelompok data medik dipoliklinik
• Contoh kegiatan poliklinik adalah : Kegiatan persalinan, Kegiatan
radiologi, Kegiatan perawatan, Kegiatan pembedahan, Kegiatan
laboratorium dsb
• Data umum pendukung didapatkan dari kegiatan : pemakaian
ambulan, kegiatan pemesanan makanan , kegiatan kepegawaian ,
kegiatan keuangan , dsb .
• Daa umum juga berguna untuk berbagai pihak diluar RS seperti
penegak hukum , instansi pemerintah, pendidikan, asuransi dsb
• Dan sangat berguna untuk RS yang bersangkutan dalam upaya
penataan pelaksanaan manajemen RS khususnya dalam upaya
perbaikan perencanaan kegiatan pelayanan dan evaluasi hasilnya
TANGGUNG JAWAB RM RS
• Yang bertanggung jawab atas pemilikan dan pemanfaat
an rekam medis adalah direkur RS
• Pihak direktur bertanggung jawab atas hilang , rusak
atau pemalsuannya termasuk penggunaaannya oleh
badan / orang yang tidak berhak .
• Isi rekam medis dimiliki oleh pasien yang wajib dijaga
kerahasiaannya terutama oleh petugas kesehatan yang
bertugas diruangan selAma pasien dirawat.
• Tidak seorangpun diperbolehkan mengutip sebahagian
atau seluruh isi rekam medis sebuah RS untuk
kepenting an pihak-pihak lain atau perorangan , kecuali
yang ditentukan oleh peraturan perundang – undangan
yang berlaku.
KEGUNAAN RM
• Ada 7 kegunaan rekam medis di RS yaitu aspek :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
administrasi
Medis
Hukum
Keuangan
Penelitian
Pendidikan
Dokumentasi
• Aspek administrasi
– rekam medis penting ditinjau dari nilai administrasinya
karena isinya menyangkut kewenangan dan tanggung jawab
tenaga medis dan paramedis untu mencapai tujuan
perawatan pasien .
– Dalam hal ini RM merupakan sumber informasi dari pasien
yang berobat atau dirawat dirumah sakit
• Aspek medis
– RM merupakan dasar untuk merencanakan pengobatan atau
perawatan pasien
– Termasuk untuk alat komunikasi antar dokter dan antara
dokter dengan petugas kesehatan lainnya
– Dan untuk evaluasi kualitas pelayanan RS
• Aspek hukum
– Seandainya ada tuntutan terhadap pelayanan yang diterima
oleh pasien
• Aspek keuangan
– RM penting artinya untuk menetapkan besarnya biaya yang
harus dibayarkan oleh pasien / pihak-pihak yang
menanggungnya.
• Aspek pendidikan
– Data RM juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan pendidikan ,
penelitian dan sebagai dasar untuk menyususn laporan rutin
RS
• Aspek administrasi
– Berkas RM sebuah RS tidak boleh dikirimkan ketempat
perawatan lain jika pasien dirujuk untuk perawatan lanjut di
institusi / RS lain.
– Yang dikirimkan cukup resume medis saja ( kesimpulan)
– Kelalaian dalam pengelolaan dan pemanfaatan RM dapat
dikenakan sanksi oleh Dirjen Yanmed atau oleh direktur RS
yang bersangkutan.
INDIKATOR PENILAIAN MUTU
ASUHAN KESEHATAN
• Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu
terkait dengan struktur , proses dan outcome
sistim pelayanan RS tersebut.
• Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji
dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan
oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat
efisiensi RS
STRUKTUR
• Struktur adalah semua masukan ( in put)
untuk sistem pelayanan sebuah RS yang
melipui tenaga, peralatan, dana dsb
• Ada asumsi yang mengatakan bahwa jika
struktur sistem RS tertata dengan baik akan
lebih menjamin mutu asuhannya
• Baik tidaknya struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran, kuantitas , biaya/ efisiensi, mutu
dari masing- masing komponen struktur .
PROSES
• Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi
lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan
pasiennya
• Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan
pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit dan
prosedur pengobatan.
• Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat
diukur dari 2 aspek yaitu :
– Releva tidaknya proses itu bagi pasien
– Efektifitas prosesnya , dan
– Kwalitas interaksi asuhan terhadap pasien
OUTCOME
• Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter
dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien .
• Merupakan petunjuk untuk mengukur mutu
asuhan kesehatan
Indikator-indikator mutu yang mengacu
pada aspek pelayanan medis yaitu :
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Angka infeksi nosokomial
Angka kematian kasar (gross death rate)
Kematian paska bedah
Kematian ibu melahirkan (MDR)
Kematian bayi baru lahir (IDR)
NDR ( Net death rate diatas 48 jam)
ADR ( Anasthesia death rate)
PODR ( Post operation deah rate )
POIR ( Post operative infection rate )
:1-2 %
: 3-4%
: 1-2 %
: 1-2 %
: 20 / 1000
: 2,5 %
: max 1/5000
:1%
:1%
Indikator mutu pelayanan untuk
mengukur tingkat efisiensi RS
•
•
•
•
•
•
•
•
Unit cost untuk rawat jalan
Jumlah penderita yang mengalami decubitus
Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
BOR : 70-80 %
BTO ( Bed Turn Over ) : 5 – 45 hari atau 40-50 x/ 1 TT / Tahun
TOI ( Turn Over Interval ) : 1 – 3 hari TT yang kosong
ALOS ( Average Length of Stay ) : 7-10 hari
Normal Tissue Removal Rate : 10 %
Indikator mutu yang berkaitan
dengan tingkat kepuasan pasien
• Dapat diukur dengan :
– Jumlah keluhan dari pasien / keluarganya
– Surat pembaca dikoran
– Surat kaleng
– Surat masuk di kotak saran , dsb
Indikator cakupan pelayanan sebuah RS
terdiri dari :
• Jumlah dan prosentase kunjungan rawat jalan / inap menurut
jarak RS dengan asal pasien .
• Jumlah pelayanan dan tindakan medik
– Jumlah tindakan pembedahan
– jumlah kunjungan SMF Spesialis
• Pemanfaatan oleh masyarakat
– Contac rate
– Hospitalization rate
– Out patient rate
– Emergency out patient rate
Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan
pasien
•
•
•
•
•
•
•
•
Pasien terjatuh dari tempat tidur / kamar mandi
Pasien diberi obat salah
Tidak ada obat / alat emergensi
Tak ada oksigen
Tak ada alat penyedot lendir ( suction)
Tak tersedia alat pemadam kebakaran
Pemakaian obat
Pemakaian air, listrik, gas , dsb
RUMUS-RUMUS UNTUK MENGHITUNG MUTU
PELAYANAN RS
1. Bed Occupancy Rate ( BOR )
Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu
indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur RS
Rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%
Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu
2. Emergency Out Rate Patient
Rumus :
Total kunjungan pasien gawat darurat x 100%
Jumlah populasi
3. ALOS (Average Length of Stay)
Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien.
Indikator ini di samping merupakan gambaran tingkat efisiensi
manajemen sebuah RS, juga dapat dipakai untuk mengukur
mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dapat
dijadikan tracernya (yang perlu pengamatan lebih lanjut).
Rumus :
Jumlah hari perawatan pasien keluar rumah sakit x 100%
Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)
4. BTO (Bed Turn Over)
Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu
(biasanya per tahun) tempat tidur RS.
Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat pemakaian
tempat tidur RS.
Rumus :
Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati) x 100 %
Jumlah tempat tidur
5. TOI (Turn Over Interval)
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat
sampai terisi berikutnya.
Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur.
Rumus :
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS x 100 %
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
6. NDR (Net Death Rate)
• Angka kematian di atas 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
100 penderita keluar RS.
• Rumus :
Jumlah pasien mati di atas 48 jam dirawat
x 100%
Jumlah pasien RS – kematian di bawah 48 jam
7. GDR (Gross Death Rate)
Angka kematian umum penderita keluar RS
Rumus :
Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat x 100%
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
8. Net Death Rate
Rumus :
Total kematian > 48 jam dalam periode waktu tertentu x 100%
Total pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama
9. Net Infection Rate
Rumus :
Total penderita infeksi yang didapat RS dalam periode tertentu x 100%
Jumlah pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama
10. Anasthesia Death Rate
Rumus :
Total kematian Anasthesia dalam periode tertentu
x 100%
Total pasien yang mendapat anasthesia dalam periode yang sama
11. Post Operation Death Rate
Rumus :
Total kematian dalam 10 kali operasi dalam periode waktu tertentu x 100%
Total pasien yang dioperasi dalam periode yang sama
12. Normal Tissue Removal Rate
Rumus :
Total normal tissue yang diangkat x 100%
Total tissue yang diperiksa
13. Maternal Death Rate
Rumus :
Jumlah pasien kebinanan yang meninggal dalam periode tertentu x 100%
Jumlah pasien kebidanan yang eluar hidup + mati
14. Foetal Death Rate
Rumus :
Jumlah kematian bayi dengan U.K.>20 minggu x 100%
Jumlah semua kelahiran dalam periode tertentu
15. Contact Rate (5 mil)
Total pasien keluar hidup + mati x 100%
Jumlah populasi
16. Hospitalization Rate
Rumus :
Total hari rawat x 100%
Jumlah populasi
17. Out Patient Rate
Rumus :
Total kunjungan (baru + lama) x 100%
Jumlah populasi
Kesimpulan
• Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan
yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
• penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan.
• Secara umum dimensi kepuasan tersebut dapat dibedakan atas
dua macam:
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode
etik profesi.
– Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan
kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan
kode etik profesi dapat memuaskan pasien.
– Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu …..
• Ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu yang
dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap
kepuasan pasien mengenai:
– Hubungan tenaga kesehatan/perawat-pasien (Nursepatient relationship).
– Kenyamanan pelayanan (Amenitis).
– Kebebasan melakukan pilihan (Choice).
– Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientifik knowledge
and technical skill).
– Efektifitas pelayanan (Effectives).
– Keamanan tindakan (Safety).
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kesehatan.
– Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan
kesehatan dikaitkan dengan penerapan semua persyaratan
pelayanan kesehatan .
• Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan
yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan
dapat memuaskan pasien.
• Dengan pendapat ini mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran
pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas, karena
didalamnya tercakup penilaian kepuasan pasien mengenai:
– Ketersediaan pelayanan kesehatan (Available).
– Kewajaran pelayanan kesehatan (Appropriate).
– Kesinambungan pelayanan kesehatan (Continue).
– Kesinambungan pelayanan kesehatan (Continue).
– Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable).
– Ketercapaian pelayanan kesehatan (Accesible).
– Keterjangkauan pelayanan kesehatan (Affordable).
– Efesiensi pelayanan kesehatan (Efficient).
– Mutu pelayanan kesehatan (Quality).
• Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitan
nya dengan manajemen RS ( Quality of services ) dan ke
profesional an SMF dan staf lainnya di RS (Quality of care)
• Keduanya merupakan bagian dari manajemen menjaga mutu
di RS ( Quality assurance ) melalui pembentukan gugus kendali
mutu ditingkat manajemen RS .
• Dalam hal ini gugus kendali mutu dapat dibebankan kepada
komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional ( non
struktural ) yang membantu direktur RS dan yang melibatkan
sepenuhnya semua SMF RS.
• Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS , angka – angka
standar tersebut dibandingkan dengan standar ( indikator )
nasional
• Jika tidak ada angka standar nasional penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada
tahun – tahun sebelumnya di RS .
Beberapa Nilai Standar Nasional
•
•
•
•
•
•
BOR
TOI
NDR
ADR
POIR
MDR
: 75 - 85 %
: 1 – 3 hari
: < 2,5 %
: 1 / 5000
:<1%
: 0,25 %
- ALOS : 7 - 10 hari
- BTO : 5 – 45 hari
- GDR : 3 %
- PODR : < 1 %
- NTRR : < 10 %
- IDR : < 2 %
LANJUT KULIAH
YANG AKAN DATANG