Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Download Report

Transcript Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah “keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan”(Suma’mur, 1989).
Penerapan keselamatan kerja ditujukan tidak hanya di
satu tempat kerja saja tetapi di segala tempat kerja baik
berada di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara. Keselamatan kerja juga
diterapkan diberbagai bidang kegiatan seperti pertanian,
industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum,
jasa dan lain-lain
Keselamatan kerja juga berarti kondisi yang terlindungi
terhadap bahaya, kecelakaan, gangguan, kerusakan
pada kegiatan kerja.
Keselamatan kerja sangat penting dalam perusahaan,
karena keselamatan tersebut menyangkut seluruh aspek
dalam perusahaan, mulai dari keselamatan dalam
penggunaan mesin-mesin industri, keselamatan dalam
penggunaan alat-alat kerja seperti soldier, gergaji, juga
termasuk keselamatan lingkungan tempat kerja dimana
proses produksi itu dilaksanakan.
Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan utama dari keselamatan kerja,
yaitu (Suma’mur, 1989):
– Melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas nasional.
– Menjamin keselamatan setiap orang lain yang
berada di tempat kerja.
– Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan
secara aman dan efisien.
Hubungan antara Keselamatan Kerja dan
Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan
yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi dan
ditekan sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat
dihindari.
Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan
bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan
kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja,
sehingga faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efisiensi
yang tinggi pula.
Praktek keselamatan tidak bisa dipisah-pisahkan dari ketrampilan,
keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur essensial bagi
kelangsungan proses produksi.
Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan
partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan
ketenangan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh
dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya
kelancaran produksi.
Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu
Kesehatan/Kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, atu
mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakitpenyakit umum (Suma’mur, 1967).
Kesehatan kerja menurut UU No. 14 Tahun 1969 adalah
lapangan kesehatan yang ditunjukkan kepada
pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan
tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian
pengobatan, perawatan tenaga kerja yang sakit,
mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang
memenuhi norma-norma hygiene perusahaan dan
kesehatan kerja untuk mencegah penyakit, baik sebagai
akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta
menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi perumahan
tenaga kerja
Tujuan Kesehatan Kerja
Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah:
– Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan
tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh,
petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja
bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk
kesejahteraan tenaga kerja.
– Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang
berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya
produktivitas faktor manusia dalam produksi.
Tujuan utama tersebut dapat diperinci lebih lanjut
sebagai berikut: pencegahan dan pemberantasan
penyakit-penyakit dan kecelakan-kecelakaan akibat
kerja, pemeliharaaan dan peningkatan kesehatan dan
gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensi
dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan
kelelahan kerja dan penglipat-gandaan kegairahan serta
kenikmatan kerja, perlindungan bagi masyarakat sekitar
suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya
pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang
bersangkutan, dan perlindungan masyarakat luas dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produkproduk industri
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Definisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja menurut Permen Naker Nomor:
PER/05/MEN/1996 adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif
Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran Sistem Manajemen K3
adalah menciptakan suatu sistem keselamatan
dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif
Proses Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Proses manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja seperti proses
manajemen pada umumnya adalah
penerapan berbagai fungsi manajemen,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan (Sahab, 1997).
KEPUTUSAN
ANALISIS
PELAKSANAAN
MASALAH
EVALUASI
Gambar 2.9 Siklus Manajemen
Sumber: Sahab, 1997
Fungsi Perencanaan, meliputi
Perkiraan/peramalan (forecasting)
Penetapan tujuan dan sasaran
Menganalisa data, fakta dan
informasi
Merumuskan masalah
Menyusun program
Fungsi Pengawasan, meliputi :
Pemantauan
Evaluasi hasil kegiatan
Pengendalian
Fungsi Pelaksanaan, meliputi :
Pengorganisasian
Penempatan staf
Pendanaan
Implementasi program
Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Kesehatan
Kerja
Faktor Fisik
–
Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki.
Pengaruh utama kepada kesehatan adalah kerusakan
kepada indera-indera pendengar, yang menyebabkan
ketulian progresif.
Pengaruh kebisingan bagi pekerja yaitu mengganggu
konsentrasi para pekerja yang sedang melakukan
pengamatan dan pengawasan terhadap satu proses
produksi atau hasil sehingga dapat membuat kesalahankesalahan.
Alat untuk mengukur tingkat kebisingan
adalah soundlevel meter. Alat ini digunakan
untuk mengukur tingkat kebisingan di antara
30-130 dB dan dari frekwensi-frekwensi 2020.000 Hz.
Tujuan dari pengukuran kebisingan adalah
untuk memperoleh data kebisingan di
perusahaan atau dimana saja dan untuk
mengurangi tingkat kebisingan tersebut,
sehingga tidak menimbulkan gangguan
(Suma’mur, 1989).
Gambar .Sound Level Meter
Pedoman pemaparan terhadap kebisingan (Nilai Ambang
Kebisingan) berdasarkan Lampiran II Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999:
Waktu Pemajanan per Hari
Intensitas Kebisingan dalam dBA
8
4
2
1
Jam
85
88
91
94
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94
Menit
97
100
103
106
109
112
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
0,88
0,44
0,22
0,11
Detik
115
118
121
124
127
130
133
136
139
–
Jenis-jenis kebisingan :
Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekwensi
yang luas (=steady state, wide band noise), misalnya
mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekwensi sempit
(steady state, narrow band noise), misalnya gergaji
sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
Kebisingan terputus-putus (=intermittent), misalnya lalu
lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
Kebisingan impulsive (=impact or impulsive noise), seperti
pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan.
Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
kebisingan :
Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan
misalnya dengan menempatkan peredam pada sumber
getaran, tetapi umumnya hal itu dilakukan dengan
penelitian dan perencanaan mesin baru.
Penempatan penghalang pada jalan transmisi.
Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah usaha segera dan
baik bagi usaha mengurangi kebisingan. Untuk ini
perencanaan harus sempurna dan bahan-bahan yang
dipakai harus mampu menyerap suara. Bahan-bahan
penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dalam
terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi
getaran yang lebih hebat.
Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga.
Alat-alat ini dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar
20-25 dB. Harus diusahakan perbaikan komunikasi,
sebagai akibat pemakaian alat-alat ini. Problematika utama
pemakaian alat proteksi pendengar adalah mendidik
tenaga kerja, agar kontinyu menggunakannya.
– Radiasi
Radiasi yang ada di tempat kerja dan mempunyai
pengaruh kepada tenaga kerja dan pekerjaannya
terdiri dari :
– Radiasi elektromagnetis, yaitu gelombang-gelombang
mikro, (= micro waves), radiasi laser, radiasi panas, sinar
infra merah, sinar ultraviolet, sinar x dan sinar gamma.
– Radiasi radioaktif, yaitu sinar-sinar dari bahan radioaktif.
Contoh pekerjaan yang menimbulkan radiasi yaitu
pekerjaan mengelas dan memotong yang
menggunakan sinar laser, penanggulangannya
dengan menggunakan kacamata pelindung/google
(Suma’mur, 1989).
– Getaran Mekanis
Proses industrialisasi dan moderinisasi teknologi selalu
disertai mesin-mesin atau alat-alat mekanis lainnya yang
dijalankan dengan suatu motor.
Sebagian dari kekuatan mekanis ini disalurkan kepada
tubuh pekerja atau lainnya dalam bentuk getaran mekanis.
Getaran mekanis dibedakan menjadi dua, yaitu getaran
seluruh badan dan getaran alat-lengan.
Gejala akibat getaran adalah:
– Efek mekanis kepada jaringan
Pada efek mekanis, sel-sel jaringan mungkin rusak
atau metabolismenya terganggu.
– Rangsangan reseptor syaraf di dalam jaringan
Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi
mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada
sistem autonom.
– Cuaca Kerja
Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban
udara, kecepatan gerak dan suhu radiasi.
Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh disebut tekanan panas.
Suhu udara dapat diukur dengan termometer dan disebut
suhu kering.
Kelembaban udara diukur dengan menggunakan
hygrometer.
Sedangkan suhu dan kelembaban dapat diukur bersamasama dengan sling psychrometer atau arsman psychrometer
yang menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu radiasi
diukur dengan termometer bola (=globe thermometer).
Nilai Ambang Batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21-30oC
suhu basah, NAB ini akan dievaluasi terus menerus
mengenai kecocokannya
Hygrometer
Globe Thermometer
Sling Psychrometer
– Tekanan Udara Tinggi dan Rendah
Gejala sakit yang diakibatkan oleh rendahnya
tekanan udara didasarkan atas kurangnya oksigen
dalam udara pernafasan.
Tekanan udara tinggi dihadapi, misalnya oleh
penyelam-penyelam laut, dalam aktivitas
pengambilan hasil laut seperti mutiara dan
dihadapi pula oleh pekerja-pekerja ditambang
sangat dalam (Suma’mur, 1989).
– Penerangan Tempat Kerja
Penerangan yang baik memungkinkan tenaga kerja melihat
obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas dan cepat, selain
itu penerangan yang memadai memberikan kesan
pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang
menyegarkan.
Penerangan yang baik adalah penerangan yang
memungkinkan seorang tenaga kerja melihat pekerjaannya
dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta
membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
menyenangkan.
Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan adalah
luksmeter dan untuk mengukur kekuatan sumber cahaya
ialah fotometer
– Sifat-sifat dari penerangan yang baik
ditentukan oleh:
Pembagian luminensi dalam lapangan
penglihatan
Pencegahan kesilauan
Arah sinar
Warna
Panas penerangan terhadap keadaan
lingkungan
– Akibat-akibat penerangan buruk adalah:
–
Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi
kerja
Kelelahan mental
Keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala
sekitar mata
Kerusakan alat penglihatan
Meningkatnya kecelakaan
Contoh penerangan yang buruk dapat menimbulkan
kecelakaan adalah seorang tenaga kerja yang menuruni
tangga salah menginjak dan terjatuh sebagai akibat adanya
bayangan yang mengenai tangga oleh keadaan penerangan
yang buruk, untuk itu lampu penerangan harus benar-benar di
tempatkan di daerah yang benar jangan sampai
salah(Dr.Suma’mur, 1989).
Luksmeter
Fotometer
– Bau-Bauan di Tempat Kerja
Bau-bauan adalah suatu jenis pencemaran udara, yang tidak
hanya penting ditinjau dari penciuman, tetapi juga higiene
pada umumnya.
Cara pengukuran bau dewasa ini masih tetap menggunakan
cara subyektif yaitu dengan alat penciuman, walaupun telah
dicoba beberapa cara untuk pengambilan contoh udara dan
pemeriksaannya, baik terhadap bahan-bahan kimia, biologis
dan radioaktif.
Keadaan mental psikologis sewaktu-waktu (tegang, emosi,
ingatan, dan lain-lain) berpengaruh kepada penciuman,
mungkin positf (menguatkan) atau negatif (melemahkan).
Ketajaman penciuman juga dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara, sedangkan kelembaban sendiri (40-70%)
tidak begitu menunjukkan pengaruh kepada tajamnya saraf
penciuman (Dr.Suma’mur, 1989).
Faktor Kimia
– Debu
Debu ini menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya
silicosis, asbestosis, dan lain-lain.
– Uap
Uap ini dapat menyebabkan “metal fume fever”, dermatis,
atau keracunan.
– Gas
Gas dapat menyebabkan keracunan dan pedih di mata.
– Larutan
Larutan ini dapat menyebabkan dermatitis
– Awan atau kabut
Awan dan kabut ini dapat menyebabkan keracunan dan
mengganggu penglihatan.
Gizi Kerja
– Gizi kerja adalah gizi yang diterapkan pada
masyarakat pekerja (karyawan) untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja,
dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas yang setinggi-tingginya.
– Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya,
maka gizi kerja ditunjukan untuk kesehatan dan daya
kerja tenaga kerja yang setinggi-tingginya.
– Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya
dengan tingkat gizi seseorang.
– Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk
pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan-kerusakan
dari sel dan jaringan dan untuk pertumbuhan yang
banyak sedikitnya keperluan ini sangat tergantung
kepada usia, jenis kelamin, lingkungan dan beban
yang diderita oleh seseorang.
Audit K3
Audit K3 adalah suatu sistem pengujian terhadap
kegiatan operasi yang dilakukan secara kritis dan
sistematis untuk menentukan kelemahan unsur sistem
(manusia, sarana, lingkungan kerja dan perangkat lunak)
sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan sebelum
timbul kecelakaan/kerugian (Payaman, 1993).
Audit K3 memiliki tiga tujuan utama, yaitu :
–
–
–
Menilai secara kritis dan sistematis semua potensi
bahaya dalam sistem di kegiatan operasi.
Memastikan bahwa pengelolaan K3 di perusahaan
telah dilaksanakan sesuai ketentuan pemerintah,
standar teknis, standar K3 yang handal dan
kebijaksanaan yang ditentukan manajemen.
Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya
potensial sebelum timbul gangguan atau kerugian,
serta untuk pengembangan mutu/prestasi K3.
Manfaat Audit K3 adalah :
–
–
–
–
Manajemen/pengurus mengetahui kelemahan unsur sistem
operasi sebelum timbul gangguan operasi, insiden, atau
kecelakaan yang merugikan sehingga kerugian dapat ditekan
dan kehandalan serta efisiensi dapat ditingkatkan.
Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status
mutu pelaksanaan K3 yang ada saat ini, sasaran apa yang
ingin dicapai di masa mendatang dan tingkat pemenuhan
terhadap peraturan/perundang-undangan K3 yang berlaku.
Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan
kesadaran tentang K3 bagi karyawan yang terlibat dalam
pelaksanaan audit K3.
Peningkatan citra pengurus perusahaan.