perencanaan petak

Download Report

Transcript perencanaan petak

PERENCANAAN PETAK
PERTEMUAN - 3
Lay out jaringan irigasi
Intake
bendung
Saluran tersier
Saluran sekunder
Saluran Sekunder
Saluran Primer
In take
Bangunan bagi dengan
pintu sadap
Bangunan sadap
Saluran embuang
Dalam mendesain suatu
sistem Irigasi, langkahlangkah yang harus dilakukan
dalam perencanaannya
adalah :
Menentukan
yang akan
direncanakan sistem irigasinya, kemudian
membaginya ke dalam bentuk
, dan selanjutnya disajikan dalam
bentuk
.
Menentukan
untuk mengetahui debit saluran guna
merencanakan
.
Setelah mengetahui
, maka perlu
direncanakan
guna mengatur debit keluaran dari
saluran induk ke saluran anaknya.
TEKNIK PEMBERIAN AIR IRIGASI
1.
2.
3.
4.
5.
Pendahuluan
Irigasi permukaan (surface irrigation)
Irigasi curah (sprinkler irrigation)
Irigasi tetes (trickle/drip irrigation)
Lain-lain
FUNGSI IRIGASI
Fungsi utama:
Memenuhi kebutuhan air tanaman
Fungsi spesifik:
1. mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa/mengalirkan air dari sumber ke
lahan pertanian (conveying)
3. mendistribusikan air kepada tanaman
(distributing)
4. mengatur dan mengukur aliran air (regulating
and measuring)
MACAM IRIGASI
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan : sungai, danau, waduk
2. Airtanah : akuifer
Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi
2. Pompa
MACAM IRIGASI
Menurut cara pengalirannya:
1. Saluran terbuka (open channel)
2. Jaringan pipa (pipe network)
Menurut cara distribusinya:
1. Irigasi permukaan
2. Irigasi curah
3. Irigasi tetes
C. Uraian Materi.
Pengelolaan Air Irigasi
Irigasi bertujuan agar pemberian air pada
tanaman dapat secara teratur dan sesuai
dengan kebutuhan tanaman itu sendiri, baik
tanaman padi, palawija, maupun tebu.
Terdapat dua macam tipe irigasi yaitu irigasi
langsung dan irigasi tidak langsung. Pemilihan
tipe tergantung kondisi sungai dimana akan
mengalirkan airnya untuk keperluan irigasi
tersebut.
Irigasi Langsung : Irigasi yang langsung
diberikan airnya melalui bangunan penangkap air
seperti bendung, free intake atau sistem pompa.
Irigasi Tidak Langsung,
adalah sistem irigasi
yang mengatur air nya melalui tampungan dahulu, dan
bilamana air tersebut diperlukan barulah dialirkan ke
jaringan irigasi, contohnya Bendungan atau
Dam/waduk
Douglas Dam
METODE IRIGASI
IRIGASI PERMUKAAN
MENGGENANG
WILD FLOODING
IRIGASI BAWAH
PERMUKAAN
IRIGASI SEMPROTAN
FURROW METHOD
CONTOUR FARMING
CONTROLLED FLOODING
FREE
FLOODING
BORDER
STRIPS
CONTOUR
LATERAL
BASIN
FLOODING
CHECKS OR
LEVEES
SKEMA METODE IRIGASI
ZIG-ZAG
METHOD
Cara pemberian
air irigasi ada tiga macam,
yaitu:
Irigasi pada permukaan,
Irigasi dari atas permukaan (semprotan), dan
Irigasi dari bawah permukaan,
setiap metode ini ada kelebihan dan kekurangannya.
Irigasi permukaan
Irigasi permukaan terdiri dari : penggenangan, metode
alur, dan metode garis tinggi.
Penggenangan terdiri dari penggenangan dengan tidak
sengaja, dan penggenangan dengan sengaja
Penggenangan dengan sengaja terdiri dari: genangan
bebas; sisi garis tinggi, tanggul pembatas, tanggul
genangan, kolam genangan, dan zig-zag.
Controlled Flooding
pemasukan
Pipa beton
< 300 m
<20 m
Free Flooding
tanggul
<20 m
Contour Laterals
a
Borders strips b
Sal.
Utama
20 – 30 m
Check Flooding
Kolam Genangan (Basin
flooding)
Zig-zag method
Furrow method, adalah suatu model
pemberian air dengan cara menekan
air ke dalam tanah; Metode ini banyak
dipakai untuk tanaman jagung,
tembakau, kacang tanah, ubiubian/kentang, tebu, dan kapas.
Pada umumnya irigasi lain hampir
semua lahan di basahi dengan air
(terendam), namun di dalam metode
ini hanya 20% saja yang direndami
(basah), jadi evaporasi yang hilang
sangat banyak direduksi. Metode
furrow ini bervariasi dari 3,00m
panjangnya untuk kebun sampai 500
meter untuk keperluan tanaman
pangan, tetapi umumnya sekitar 100
sampai 200 meter.sedangkan
kemiringannya antara 0 – 5%.
Furrow method
Irigasi di atas permukaan
(semprotan)
Metode ini adalah cara pemberian air
melalui atas permukaan tanah melalui
semburan air atau semprotan, metode ini
telah dikembangkan sejak 1900.
Metode ini dilengkapi dengan pipa pipa
utama dan pipa distribusi, kadangkadang pipa-pipa ini dapat dipindahkan
sesuai dengan keperluan di lahan mana
air akan diberikan.
Kondisi untuk irigasi semprotan ini
digunakan sebagai berikut; tanah yang
porous, tanah yang bergelombang,
banyak kerikil, tidak tembus air yang
dangkal, sudut lereng curam dan
mudah tererosi, ketersediaan air
permukaan (sumber air) kecil,
menghasilkan lebih cepat, SDM tidak
perlu yang tinggi.

Keuntungan lain: pengukuran pemakaian
air lebih mudah, tanah tidak perlu
diperbaiki, efisiensi tinggi, tekanan yang
digunakan relatif kecil, lebih efisien bila
sumber pengambilan air sama, dapat
dipakai dengan sistem gravitasi bila
kondisi topografi memungkinkan,
frekuensi pemakaian air kecil,
penggunaan pupuk lebih mudah.
Jenis-jenis Semprotan: Semprotan
tetap (fixed nozzle pipe); pipa
berlobang, (perforated pipe); dan
semprotan berputar (rotating
sprinkler).
Jenis-jenis sistem semprotan: instalasi
semi permanen, sistem portable.
Pipa cabang yang dapat berpindah,
terdiri dari : Semprotan sistem
gravitasi & Sistem tetesan.
45O
Sprinkler Irrigation
Semprotan dengan sudut kecil
Tipe Semprotan Berputar
Sub surface irrigation,
merupakan sistem irigasi melalui bawah
permukaan, yang pemberian airnya
langsung ke akar tanaman, adapun
kondisi yang baik untuk metode ini
adalah: tanah tak tembus air dengan
kedalaman antara 2 sampai 3 meter; pada
zona perakaran terdapat tanah lempung
(loam) atau lempung pasiran (sandy
loam); topografi lahan sama; kemiringan
sedang; dan kualitas air irigasi baik.
Ak
ar
Batas atas
pembasahan
Arah Pembasahan tanah
Pemberian air lewat bawah permukaan
0,35 – 0,45 m
1,00 – 1,25 m
1,00 – 1,25 m
Metode Brujulan
Metode Reynoso
0,35 – 0,50 m
Countour Farming
Rice Fields in Bali
Rice Harvest, Indonesia
Rice Farming, India
Basin Flooding
PERTEMUAN KE 4 / 2 sks
A. KOMPETENSI
Mahasiswa memahami
jaringan irigasi.
tentang
tingkat-tingkat
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu
menjelaskan dengan baik dan benar akan:
01. Irigasi sederhana
02. Irigasi semi teknis
03. Irigasi teknis
suatu
C. URAIAN MATERI
Tingkatan jaringan Irigasi
Di dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya
empat unsur fungsional pokok, yaitu: Bangunan utama;
jaringan pembawa, petak tersier, dan sistem pembuang.
Irigasi sederhana, yaitu suatu sistem irigasi di mana
pembagian air tidak diukur dan diatur, kelebihan air
akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai
air tergabung dalam satu kelompok sosial yang
sama; dan tidak melibatkan pemerintah di dalam
organisasi jaringan irigasi tersebut. Persediaan air
berlimpah, sedangkan kemiringan trase saluran
berkisar antara sedang sampai curam.
Irigasi semi teknis,
bangunan utama/bendung yang
terletak di sungai dilengkapi dengan pintu pengambilan
dan bangunan ukur, dan kadang-kadang dilengkapi pula
dengan bangunan permanen pada jaringan irigasinya.
Irigasi teknis, jaringan irigasi ini terdapat pemisahan
antara saluran pembawa dan pembuang, setiap bangunan
pembagi/sadap selalu dilengkapi dengan alat ukur debit.
S. Amandit
Ds. Ambawang
Ds. Seruni
Ds. Sumpitan
Contoh : Irigasi Sederhana
BA.0
S. Amandit
Ds. Ambawang
Ds. Seruni
Ds. Sumpitan
Contoh : Irigasi Semi Teknis
BA.0
BA.1
BA.2
BA.3
S. Amandit
BAm.1
BS.1
BSu.1
BAm.2
BSu.2
BS.2
Ds. Ambawang
BAm.3
BS.3
BSu.3
Ds. Seruni
Ds. Sumpitan
Contoh : Irigasi Teknis
Klasifikasi jaringan irigasi
Teknis
Bangunan Utama
Kemampuan bangunan
dalam mengukur &
mengatur debit
Bangunan
permanen
Baik
Semi teknis
Bangunan
permanen/semi
permanen
Sederhana
Bangunan
sementara
Sedang
Jelek
Sal pembawa &
pembuang jadi satu
Saluran pembawa
& pembuang
terpisah
Sal pembawa dan
pembuang tidak
sepenuhnya terpisah
Petak tersier
Dikembangkan
sepenuhnya
Belum dikembangkan
atau densitas
bangunan tersier
jarang
Efisiensi
50 – 60%
40 – 50%
< 40%
Sampai 2000 ha
< 500 ha
Ukuran
Tidak ada
batasan
Jaringan & saluran
Belum ada jaringan
terpisah yang
dikembangkan
Lay out jaringan irigasi
Intake
bendung
Saluran tersier
Saluran sekunder
Saluran Sekunder
Saluran Primer
In take
Bangunan bagi dengan
pintu sadap
Bangunan sadap
Saluran embuang
Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh
faktor-faktor berikut:
1. cara penyiapan lahan
2. kebutuhan air untuk tanaman/konsumtif
3. perkolasi dan rembesan
4. pergantian lapisan air
5. curah hujan efektif.
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1
sampai 4. Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga
termasuk curah hujan efektif. Besarnya kebutuhan air di
sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada
perhitungan kebutuhan air untuk padi. Ada berbagai
harga yang dapat diterapkan untuk kelima faktor di
atas.
•Keseimbangan air yang masuk dan keluar dari suatu lahan digambarkan seperti :
•Agar terjadi keseimbangan air di suatu lahan pertanian maka :
Kebutuhan
Air Irigasi
(IR)
Jumlah Air
Hujan (R)
Air Bagi
Kebutuhan
Tanaman
(ET)
Air
Huja
n (R)
Air Untuk
Mengolah
Tanah (Pd)
Air Yang
Merembes
(P & I )
Air Bagi
Tanama
n (ET)
Air
Irigasi
(IR)
Air Bagi
Pengolah
an Tanah
(Pd)
Air
Merembes
(Perkolasi
dan Infiltrasi
P & I)
Akibat operasi, evaporasi dan perembesan,
sebagian dari air yang dibagikan akan hilang
sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air
akibat evaporasi dan perembesan kecil saja
dibanding kehilangan akibat operasi. Hanya tanahtanah yang lulus air saja yang akan memerlukan
perhitungan tersendiri. Untuk tujuan-tujuan
perencanaan, kehilangan air di jaringan irigasi
tersier dianggap 15 - 22,5% antara bangunan sadap
tersier dari sawah (atau e= = 0,775 -0,85)
Kehilangan yang sebenarnya di dalam jaringan
bisa jauh Iebih tinggi, khususnya pada waktuwaktu kebutuhan air rendah. Walaupun
demikian, tidak disarankan untuk merencanakan
jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah itu.
Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan
dapat dicapai dengan cara memperbaiki cara
operasi.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
umumnya
menentukan
kebutuhanb
maksimum air irigasi pada suatu proyek
irigasi.
Faktor–faktor
penting
yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan penyiapan
lahan
b. Jumlah air yang diperlukan untuk
penyiapan lahan
Faktor waktu
Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka
waktu penyiapan lahan adalah:
- Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau
traktor untuk menggarap tanah
- Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar
tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah
atau padi ladang kedua
- Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan
untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh
petak tersier. Perlu diingat bahwa transplantasi
(pemindahan bibit ke sawah) mungkin sudah dimulai
setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak
tersier di mana pengolahan lahan sudah selesai.
Jumlah air
Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk
penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan
kedalaman serta porositas tanah di sawah.
Rumus
berikut
dipakai
untuk
memperkirakan
kebutuhan air untuk penyiapan lahan.
PWR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm
Sa = Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, %
Sb = Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, %
N = Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata kedalaman tanah
d = kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan mm
Pd = Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm
F1 = Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm
Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air
untuk penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk
penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi
tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah
transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm.
Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan
menjadi 250 mm untuk menyiapkan lahan dan untuk lapisan air
awal setelah transpantasi selesai.
Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu
yang lama (2,5 bulan atau lebih), maka laposan air
yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300
mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan
setelah transplantasi.
Untuk tanah-tanah ringan
dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, harga-harga
kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil
lebih tinggi lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan
sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya
yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya
didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan.
Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai
laju perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang
setelah lahan diolah selama beberapa tahun
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi /konsumtif ,
menggunakan metode van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode
tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam liter/dt selama
periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
IR = M ek/ (ek – 1)
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan
air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan
M = Eo + P, mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo selama penyiapan
lahan, mm/ hari
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air, , untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air
50 mm, yakni 200 + 50 = 250
mm.
Tabel A.2.1. Kebutuhan air irigasi (IR)
3. Kebutuhan air konsumtif
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus
berikut
ETc = Kc x ETo
Dimana
ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/ hari
Kc = Koefisien tanaman
ETo = evapotransirasi tanaman acuan, mm/
hari
III. PENGAMATAN & PENGUKURAN
•
•
•
•
Pengamatan
&
pengukuran
evapotranspirasi
umumnya dilakukan menggunakan panci evaporasi
(evaporation pan).
Panci evaporasi dibuat untuk meniru (simulate)
kondisi evaporasi permukaan air bebas.
Panci evaporasi dapat dipasang dengan posisi di atas
permukaan tanah, di dalam tanah, dan mengambang
di atas air.
Ukuran panci standar di USA: Diameter 122 cm (4 ft)
dan kedalaman 25,4 cm (10”). Jumlah penguapan
permukaan air yang luas seperti permukaan danau
adalah 0,7 kali hasil yg didapat dengan alat ini.
III. PENGAMATAN & PENGUKURAN
a.
c.
b.
Gambar 2a. Panci evaporasi Kelas A, 2b. Panci evaporasi Sunken Colorado,
2c. Instalasi panci evaporasi dg anemometer
IV. PERHITUNGAN
• Persamaan untuk menghitung ETo adalah:
ETo  K pan x E pan
• Dimana:
ETo
= Evapotranspirasi
K pan
= koefisien panci
Untuk panci kelas A, koef. berkisar 0,35 – 0,85,
rata-rata = 0,70
Untuk panci Sunken Colorado, koef. Berikisar 0,45
– 1,10, rata-rata = 0,80
E pan
= evapotranspirasi panci
σ=konstanta Boltzman
Ta=suhu absolut
ed=tekanan uap sebenarnya (mm Hg)
ea=tekanan uap jenuh suhu rerata harian (mm Hg)
Ea=evaporasi (mm H2O/hari)
Δ=kemiringan kurva tekanan uap jenuh pada suhu
absolut (mm Hg/oF) grafik-1
W=kecepatan angin (mil/hari)
PERKOLASI DAN INFILTRASI
Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat
tanah. Pada tanah-tanah lempung berat dengan
karakteristik pengelolahan (puddling) yang baik, laju
perkolasi dan infiltrasi dapat mencapai 1-3 mm/ hari.
Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju perkolasi bisa
lebih tinggi.
Dari hasil-hasil penyelidikan tanah
pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju
perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk
pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan
pemakaian nya. Guna menentukan laju perkolasi,
tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan.
Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui
tanggul sawah.
PENGGANTIAN LAPISAN AIR
A. Setelah pemupukan, usahakan untuk
menjadwalkan dan mengganti lapisan air
menurut kebutuhan
B. Jika tiak ada penjadwalan semacam itu,
lakukan penggantian sebanyak 2 kali,
masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari
selama ½ Bulan) selama sebulan dan dua
bulan setelah transplantasi.
CURAH HUJAN EFEKTIF
Untuk irigasi pada curah hukan efektif
bulanan diambil 70 persen dari curah hujan
minimum tengah bulanan dengan periode
ulang 5 tahun Di mana : Re = Curah hujan
efektif, mm/ hari R (setengah bulan) 5 =
curah hujan minimum tengah bulanan dengan
periode ulang 5 tahun/ mm
MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI
Metode Φ-indeks
Pada metode Φ-indeks diasumsikan nilai ft tidak
bervariasi terhadap waktu.
Gambar 11. ilustrasi pengembangan
metode Φ-indeks
IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI
Menentukan nilai Φ-indeks
Persamaan yang digunakan:
Vol. limpasan langsung = Vol. hujan efektif
VLL =  Pef . A
IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI
Contoh 3:
Sebuah daerah tangkapan hujan dengan luas (A)
0,25 km2 terjadi hujan dengan profil sebagai
berikut:
Waktu (jam)
Curah hujan (mm)
1
7
2
18
3
25
4
12
5
10
6
3
Jika volume limpasan langsung (VLL) adalah
8.250 m3, tentukan nilai Φ-indeks.
IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI
Penyelesaian:
Tinggi limpasan langsung ( Pef) dalam mm:
VLL/A = 8.250/0,25x106 = 0,033 m = 33 mm
Nilai Φ-indeks ditentukan dengan cara cobabanding.
Pemisalan 1:
Misal 3 mm/jam < Φ-indeks < 7 mm/jam
Φ-indeks=[(7+18+25+12+10)-33]/5=7,8 mm/jam
 Anggapan tidak benar, Φ-indeks > 7 mm/jam
IV. MEMPERKIRAKAN LAJU INFILTRASI
Pemisalan 2:
Misal 7 mm/jam < Φ-indeks < 10 mm/jam
Φ-indeks = [(18+25+12+10)-33]/4 = 8 mm/jam
Anggapan benar, 7 mm/jam < Φ-indeks < 10
mm/jam
Φ-indeks = 8 mm/jam
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan
unit tanah adalah petak tersier. Petak ini
menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur
pada bangunan sadap (off take) tersier yang
menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan.
Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke
saluran tersier
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam
satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerahdaerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya
maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat
ditolelir sampai seluas 75 ha, disesuaikan dengan kondisi
topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan agar
pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m,
tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini
mencapai 2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik di
bawah 500 m, tetapi prakteknya kadang-kadang sampai
800 m.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya
petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang
terletak di saluran primer atau sekunder
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang
mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer
dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek
irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini
menghasilkan dua petak primer.
Saluran
•
•
Jaringan irigasi teknis yang selanjutnya disebut jaringan
irigasi merupakan sekumpulan bangunan-bangunan bagi,
sadap, bangunan silang, pelengkap, saluran pembawa, saluran
dan bangunan pembuang yang terdapat dalam suatu lahan,
yang petak sawahnya memanfaatkan air dari sumber yang
sama.
Peta ikhtisar adalah suatu peta di mana terlihat susunan
suatu jaringan irigasi mulai dari bendung sampai saluransaluran pembuang. Di dalam peta ikhtisar tersebut
diperlihatkan: (1) bangunan utama, (2) jaringan dan trase
saluran irigasi, (3) jaringan dan saluran pembuang), (4) petak
tersier, petak sekunder, dan petak primer, (5) lokasi-lokasi
bangunan (bagi, sadap, silang), (6) batas-batas daerah irigasi,
(7) daerah yang tidak diairi (desa, makam, gedung-gedung), (8)
jaringan dan trase jalan, dan (9) daerah-daerah yang tidak
dapat diairi (tanah jelek, rawa, bukit, dll).
PERENCANAAN JARINGAN
IRIGASI
1. Prinsip Teknik Irigasi, pemisahan :
 jaringan saluran pembawa/irigasi
 jaringan saluran pembuang
Saluran pembawa / irigasi
 Mengalirkan air dari sumber air sampai ke lahan
sawah
Saluran pembuang
 Mengalirkan kelebihan air dari sawah ke selokan
pembuang atau sungai yang selanjutnya dan
berakhir di laut
2. Prinsip penataan sistim Irigasi
Saluran Irigasi harus :
– lebih tinggi dari lahan yang akan dialiri dan diupayakan
dapat menjangkau areal sawah seluas-luasnya
– Diupayakan sependek mungkin, hal ini akan mencegah
berkurangnya tekanan atau energi dan biaya pembangunan
– Mengikuti garis kontur agar tetap memperoleh ketinggian
Saluran tersier harus mampu :
– Mengalirkan air ke petak-petak tersier sehingga dapat
menggenangi persawahan
Saluran Pembuang harus mampu :
– Menampung dan menyalurkan kelebihan air dari petak
persawahan dengan lancar, termasuk air hujan
3. Bangunan dan Fungsi dalam sistim
Irigasi :
Bangunan Irigasi dibagi menjadi :
a. Bangunan Utama
b. Jaringan Irigasi :
Lay out jaringan irigasi
Intake
bendung
Saluran tersier
Saluran sekunder
Saluran Sekunder
Saluran Primer
In take
Bangunan bagi dengan
pintu sadap
Bangunan sadap
Saluran embuang
Petak irigasi
• Petak tersier, suatu lahan seluas maksimum 60 ha,
yang berisikan petak-petak kuarter yang luasnya
maksimum 10 ha, yang mengambil air dari satu pintu
bangunan sadap. Petak tersier ini dilengkapi pula
dengan boks-boks tersier, kuarter, saluran pembawa
tersier, kuarter, cacing, saluran pembuang, serta
bangunan silang seperti yang ada di jaringan irigasi.
• Petak sekunder, terdiri dari kumpulan petak-petak
tersier yang mengambil air dari satu pintu di bangunan
bagi. Luas petak sekunder ini tidak terbatas tergantung
dari topografi lahan yang ada. Salurannya sering terletak
di punggung medan, sehingga air tersebut dapat
dialirkan ke dua sisi saluran.
• Petak primer, terdiri dari beberapa petak sekunder
yang airnya mengambil dari sumber air (sungai)
berupa bendung, bendungan, rumah pompa, dll.
Bila satu bendung terdapat dua pintu (intake) kiri
dan kanan, maka terdapat dua petak primer.
Saluran primer diusahakan sejajar dengan kontur
atau garis tinggi.
S. Amandit
Ds. Ambawang
Ds. Seruni
Ds. Sumpitan
Contoh : Peta Topografi
PERENCANAAN PETA PETAK IRIGASI
•
•
•
•
Siapkan peta topografi skala 1: 10.000; 1 : 15.000;
1: 20.000
Tentukan letak bendung di sungai , berikan nama bendung
sesuai dengan nama sungai; contoh untuk sungai Amandit,
nama bendungnya Bendung Amandit 0, atau BA.0.
Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang
alami dengan warna merah.
Tarik saluran induk sejajar garis tinggi (kontur), setiap 1 km
turunkan sekitar 40 – 50 cm, dengan warna biru. Nama
saluran induk sesuai dengan nama sungai, contoh saluran
Induk Amandit.
•
•
•
Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus
kontur, namakan saluran ini dengan nama kampung yang
dilewati atau yang dekat dengan saluran sekuder tersebut,
contoh kampung yang dekat/dipotong saluran adalah
kampung/desa Ambayang, maka namanya: saluran
sekunder Ambayang.
Ukur luas petak tersier maksimun 60 ha, namakan petak
tersier sesuai dengan nama saluran sekunder. Contoh
Ambayang (Am) 1kiri untuk sebelah kiri dan untuk sebelah
kanan atau Am 1 kn, pada bangunan sadap Ambayang 1,
atau BAm.1
Setiap saluran yang diambil dari sumber air (sungai, waduk,
situ, danau) merupakan saluran induk (primer), baik diambil
di bagian kiri ataupun bagian kanan sungai.
•
•
•
•
Saluran sekunder merupakan cabang dari saluran
induk, atau dapat juga cabang dari saluran sekunder
lainnya
Saluran muka merupakan saluran tersier yang airnya
dari bangunan sadap namun airnya baru dapat
digunakan setelah melewati daerah tertentu.
Bangunan sadap adalah bangunan yang memberikan
air irigasi langsung dari bangunan tersebut.
Bangunan bagi adalah bangunan yang membagikan
airnya untuk saluran sekunder lainnya.
BA.0
BA.1
S. Amandit
BA.2
BA.3
BAm.1
BS.1
BSu.1
BAm.2
BSu.2
BS.2
Ds. Ambawang
BAm.3
BS.3
BSu.3
Ds. Seruni
Ds. Sumpitan
Contoh : Irigasi Teknis
Jaringan irigasi utama
Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas
ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang
terakhir
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke
petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan
sadap terakhir
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan
sadap tersier ke petak tersier yang terletak di
seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk
dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya