Elektro Fisika dan Sumber Fisis 2 Pertemuan 9

Download Report

Transcript Elektro Fisika dan Sumber Fisis 2 Pertemuan 9

INTERFERENTIAL
CURRENT
Wahyuddin, SSt
Disampaikan pada mata kuliah Elektrofisika dan Sumber Fisis I
Program Reguler Jurusan Fisioterapi
Universitas Indonusa Esa Unggul Jakarta
Pendahuluan





IFC  arus frek menengah (middle frecuency current)
Penggabungan dua buah arus dengan frekuensi
berbeda
Fenomena yang terjadi secara simultan pada suatu
media akibat superimposition satu arus terhadap arus
lain
Bentuk arus interferensi merupakan arus sinusoidal
biphasic simetris.
Dalam aplikasi klinis sering digunakan frekuensi 2000
dan 4000 Hz tergantung pada tujuan yang diinginkan.
Perbedaan arus menghasilkan amplitudo
modulasi.
 Besarnya frekuensi amplitudo modulasi (AMF)
ditentukan oleh selisih antara kedua arus 
frekuensi treatmen.
 Modifikasi amplitudo modulasi dilakukan
melalui pengaturan spektrum  pulsa arus
dapat diatur sempit/lebar dan melonjak
tajam/datar.
 Berkaitan dengan aplikasi pada kondisi yang
diterapi.
 Perbedaan AMF akan membedakan sensasi
yang dirasakan pasien

Interferential current sangat sering digunakan
dalam aplikasi klinis.
 Kemampuan penetrasi lebih dalam  tidak
adanya tahanan pada kulit, karena untuk
menurunkan resisten jaringan frekuensi harus
ditingkatkan.
 Aplikasi dengan intensitas tinggi tidak
menyebabkan iritasi kulit di bawah elektrode
sehingga lebih nyaman dirasakan pasien.

Efek fisiologis stimulasi afferent nerve fibers
bermyelin tebal  menyebabkan pengurangan
nyeri dan normalisasi keseimbangan neurovegetative berupa rileksasi dan peningkatan
sirkulasi.
 Stimulasi afferent nerve fibers bermyelin tebal
 menghambat atau memberikan efek blocking
aktifitas afferent nerve fibers bermyelin tipis 
persepsi nyeri berkurang atau dihilangkan.

Lullies H (Elektrophysiologische
Voraussetzunen der Elektrodiagnostik und
Therapie, Elektromedizinband)  “masking
effect”.
 Melzack dan Wall  efek stimulasi afferent
nerve fibers bermyelin tebal sebagai “gate
control” theory yang intinya adalah stimulasi
secara selektif afferent II dan II untuk inhibisi
afferent IV (nocicencoric) di lamina V.
 Berkaitan dengan endorphine release theory 
nyeri kronis terjadi hipoaktifitas system
endorphine sehingga kebutuhan endorphine
meningkat.

Pengurangan nyeri melalui stimulasi afferent
nerve fibers bermyelin tebal akan
menormalisasi keseimbangan neurovegetative
yang akan mendumping symphathetic system
sehingga terjadi rileksasi dan peningkatan
sirkulasi yang menghasilkan pengurangan nyeri
melalui stimulasi affrent II dan III.
 Stimulasi nerve fibers bermyelin pada jaringan
otot dan kulit menyebabkan symphatetic reflex
berkurang yang diikuti post-excitatory
depression pada aktifitas symphatetic reflex
