ppt - SAP Universitas Tarumanagara

Download Report

Transcript ppt - SAP Universitas Tarumanagara

Bab 14
WARALABA
Sejarah dan Pengertian
• Kata “waralaba” merupakan terjemahan dari
kata “franchise” yang berasal dari dialek kuno
bahasa Perancis yang berarti “privilege”
(keistimewaan) atau “freedom”
(kemerdekaan). Waralaba merupakan hakhak untuk menjual suatu produk atau jasa
(Baringer & Ireland, 2008).
• Waralaba memiliki sejarah panjang. Pada abad
pertengahan para raja menerima “franchise”
untuk memburu tanah atau melaksanakan
bentuk-bentuk perdagangan. Pada tahun
1840-an, pembuat bir di Jerman menerima
waralaba pada sejumlah kedai minuman
untuk menjadi distributor eksklusif di
wilayahnya.
• Di Amerika Serikat, pada tahun 1850-an,
setelah perang saudara, Isaac Singer dari
perusahaan mesin jahit Singer memulai
bentuk usaha waralaba untuk mesin jahitnya
dan mempelopori penulisan tentang
persetujuan waralaba. Meskipun upaya yang
dilakukan gagal, dialah yang pertama kali
memperkenalkan format bisnis waralaba di
Amerika Serikat.
• Upaya ini diikuti oleh John S Pemberton,
pendiri Coca Cola. Sumber lain menyebutkan
bahwa yang mengikuti jejak Singer bukanlah
Coca Cola melainkan General Motors
Industries pada tahun 1898. Waralaba
didominasi oleh bisnis rumah makan siap saji
(fast food) yang dimulai pada tahun 1919
ketika A & W Root Beer membuka restoran
cepat saji.
• Pada tahun 1935 Howard Deering Johnson
dan Reginald Sprague bekerja sama
memonopoli usaha restoran modern. Konsep
mereka adalah rekanan diberikan hak
menggunakan nama yang sama, persediaan,
logo dan desain sebagai pertukaran dengan
pembayaran. Pada tahun 1950-an sistem ini
mengalami penyempurnaan yang disebut
waralaba sebagai format bisnis atau waralaba
generasi kedua.
• Di Amerika Serikat, perkembangan yang pesat
menjadikan bentuk usaha waralaba adalah
35% dari keseluruhan bisnis ritel. Berbagai
perusahaan waralaba seperti Kentucky Fried
Chicken (1952), McDonald’s (1955), Burger
King (1955), Midas Muffler (1956) dan H&R
Block (1958), memulai bisnis setelah Perang
Dunia II, pada tahun 1940-an dan 1950-an.
• Di Indonesia bisnis waralaba mulai dikenal
pada tahun 1950-an yaitu dengan hadirnya
dealer kendaraan bermotor melalui
pemberian lisensi. Pada perkembangan
selanjutnya yaitu pada tahun 1970-an, konsep
ini berkembang menjadi lisensi plus yaitu
waralaba tidak sekadar menjadi penyalur
tetapi memiliki hak untuk memproduksi.
• Pada masa krisis ekonomi, waralaba termasuk
bisnis yang dapat bertahan bahkan terus
berkembang. Pada tahun 2008, menurut WALI
(Waralaba dan Lisensi Indonesia), sebuah asosiasi
waralaba , omzet tiap bulan yang diperoleh
mencapai Rp 4,4 triliun dengan menyerap tenaga
kerja sebanyak 890.128 orang. Selanjutnya
menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) pada
tahun 2009 tercatat 1.010 usaha waralaba (750
lokal dan 260 asing).
• Salah satu payung hukum yang berlaku adalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2007. Menurut Pemerintah
Indonesia waralaba adalah hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas
usaha dalam rangka memasarkan barang
dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan
dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh
pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
• Asosiasi Franchise Indonesia menyebutkan
bahwa waralaba adalah suatu sistem
pendistribusian barang atau jasa kepada
pelanggan akhir, di mana pemilik merek
(pewaralaba) memberikan hak kepada
individu atau perusahaan untuk melaksanakan
bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur
dan cara-cara yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam jangka waktu tertentu
meliputi area tertentu.
• Di dalam waralaba, terdapat dua pihak yang
terlibat secara intens yaitu pewaralaba dan
terwaralaba. Versi Pemerintah Indonesia
menyebutkan bahwa pewaralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang
memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan waralaba yang dimilikinya kepada
penerima waralaba. Terwaralaba adalah orang
perseorangan atau badan usaha yang diberikan
hak oleh pemberi waralaba untuk memanfaatkan
dan/atau menggunakan waralaba yang dimiliki
pemberi waralaba.
Kriteria Waralaba
1. Memiliki ciri khas usaha.
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan.
3. Memiliki standar atas pelayanan dan barang
dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat
secara tertulis.
4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan.
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan.
6. Hak kekayaan intelektual yang telah
terdaftar.
• Sejumlah pihak menyatakan bahwa waralaba
adalah cara paling aman memulai bisnis. Hal yang
dibantah oleh Scarborough, Wilson & Zimmerer
(2009) yang menyatakan bahwa walaupun tingkat
kegagalan waralaba lebih rendah daripada usaha
lainnya, tidak ada jaminan kesuksesan. Waralaba
juga dapat gagal. WALI menyebutkan bahwa
kegagalan waralaba mencapai 50% dari sisi
terwaralaba (franchisee/penerima waralaba) dan
30% dari sisi pewaralaba (franchisor/pemberi
waralaba).
Jenis Waralaba
• Di Indonesia, sering terjadi kerancuan
pengertian antara waralaba, business
opportunity dan bentuk kemitraan. Dengan
semakin ketatnya regulasi yang dikeluarkan
Pemerintah Indonesia untuk mengatur bisnis
waralaba, banyak usaha yang tadinya
mengklaim sebagai waralaba, kini menyebut
sebagai business opportunity dan kemitraan.
• Di dalam business opportunity dan kemitraan,
perusahaan tidak mengikuti regulasi
sebagaimana dipersyaratkan pemerintah
dalam usaha waralaba. Mereka mengadaptasi
format waralaba tetapi memberikan
keleluasaan kepada entrepreneur untuk
mengembangkan bisnisnya.
• Jenis waralaba yang beroperasi di Indonesia
dapat dikategorikan dari berbagai aspek.
Hisrich, Peters dan Shepherd (2005) membagi
waralaba ke dalam tiga tipe yaitu: dealership,
tipe yang menawarkan nama, citra dan
metode untuk melaksanakan bisnis seperti
McDonald’s, KFC dan lain-lain, serta tipe
waralaba penawaran jasa seperti broker
properti.
• Scarborough et al (2009) membagi waralaba
ke dalam tiga tipe dasar. Pertama, waralaba
nama dagang (tradename franchising). Di sini,
terwaralaba membeli hak untuk memakai
nama dari pewaralaba tanpa pembatasan
bahwa ia hanya mendistribusikan produkproduk tertentu dengan nama pewaralaba
tersebut. Di Amerika Serikat merek True Value
Hardware masuk ke dalam tipe ini.
• Kedua, waralaba distribusi produk (product
distribution franchising), yaitu pewaralaba
memberikan hak kepada terwaralaba untuk
menjual produk-produk tertentu dengan
nama merek dan merek dagang pewaralaba
melalui jaringan yang selektif dan terbatas.
Cara ini biasa digunakan untuk memasarkan
mobil, minuman ringan, bensin dan lain-lain.
• Ketiga, waralaba murni (pure franchising) atau
waralaba komprehensif (comprehensive
franchising) atau dikenal juga dengan sebutan
waralaba format bisnis (business format
franchising).
Keunggulan Waralaba bagi
Terwaralaba
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Dukungan dan pelatihan manajemen.
Penerimaan produk dan daya tarik merek.
Standarisasi kualitas barang dan jasa.
Program periklanan nasional.
Bantuan modal dan keuangan.
Produk dan format bisnis yang sudah terbukti.
Pemusatan daya beli.
Pemilihan tempat dan proteksi teritorial.
Peluang sukses lebih besar.
Kesempatan memiliki bisnis sendiri dengan model bisnis yang telah
teruji.
• Pengetahuan terhadap pasar.
• Pengendalian operasi dan struktural.
Kekurangan Waralaba bagi
Terwaralaba
•
•
•
•
•
•
•
Iuran waralaba dan royalti terus-menerus.
Sepenuhnya mengikuti operasi standar.
Batasan dalam pembelian.
Lini produk terbatas.
Program pelatihan yang tidak memuaskan.
Kejenuhan pasar.
Kurangnya kebebasan.
Keunggulan Waralaba bagi Pewaralaba
• Ketika bisnis masih berada pada fase awal,
entrepreneur membutuhkan banyak modal
untuk mencapai pertumbuhan yang cepat. Hal
ini dibutuhkan untuk memperoleh pengakuan
merek dan skala ekonomis. Konsep waralaba
membantu entrepreneur karena menyediakan
peluang untuk memperoleh banyak modal.
• Konsep manajemen yang disebut teori peragenan
(agency theory) menyebutkan bahwa organisasi
dengan banyak unit seperti jaringan restoran,
lebih efektif jika dijalankan oleh terwaralaba
dibandingkan oleh manajer. Hal ini karena
manajer yang menjalankan bisnis dibayar
berdasarkan gaji, yang mungkin tidak memiliki
komitmen terhadap sukses daripada jika
terwaralaba yang menjalankan.
•
Faktor-Faktor untuk Membeli
Waralaba
•
•
•
•
Waralaba mapan versus belum mapan.
Stabilitas keuangan waralaba.
Pasar potensial untuk waralaba baru.
Profit potensial untuk waralaba baru.
Langkah-Langkah Membeli Waralaba
• Langkah 1: mengunjungi beberapa gerai waralaba.
• Langkah 2: menyewa pengacara yang memahami
waralaba.
• Langkah 3: menemui pewaralaba dan memeriksa
referensi waralaba.
• Langkah 4: mengevaluasi seluruh dokumen waralaba
dengan pengacara.
• Langkah 5: menandatangani perjanjian waralaba.
• Langkah 6: menghadiri pelatihan.
• Langkah 7: membuka bisnis waralaba.