ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Download Report

Transcript ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Pertemuan 10

Pendahuluan

Analytical Hierarchy Process

(AHP) adalah metode yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan apabila kriteria pengambilan keputusan sangat beragam • Metode ini diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1971 – 1975 di

Wharton School

.

• AHP merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan skala rasio dari perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinu.

• Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual ataupun dari skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif

Prinsip dasar dalam menggunakan AHP:

Decomposition

– Setelah persoalan didefinisikan, maka dilakukan

decomposition

yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. – Hal ini yang menjadi alasan proses ini dinamakan hirarki

Contoh: Tingkat 1: Tujuan (

Goal

) Tingkat 2: Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Tingkat 3: Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Comparative Judgement

– Prinsip ini dilakukan dengan membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.

– Penilaian ini sangat penting karena akan berpengaruh terhadap prioritas dari elemen elemen yang ada – Hasil dari penilaian ini dituliskan dalam matriks yang disebut dengan matriks

pairwise comparison

Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah : – Elemen mana yang lebih (penting / disukai / mungkin / ….dsb)?

– Berapa kali lebih (penting / disukai / mungkin / ….dsb)?

Patokan (skala dasar) yang dapat digunakan dalam penyusunan skala kepentingan ini adalah Tingkat Kepentingan Definisi

1 3 5 7 9 2 , 4 , 6 , 8

Reciprocal

Sama pentingnya dibanding yang lain Moderat pentingnya dibanding yang lain Kuat pentingnya dibanding yang lain Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain Ekstrim pentingnya dibanding yang lain Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan dengan j, maka j memiliki nilai kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i.

Contoh matriks

pairwise comparisons

untuk tujuan (

goal

) Tujuan/Goal

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 1 1 1/5 1/2 1/4 Kriteria 2 5 1 2 2 Kriteria 3 2 1/2 1 1/2 Kriteria 4 4 1/2 2 1

Synthesis Of Priority

– Dari setiap matriks

pairwise comparison

kemudian dicari

local priority

. – Matriks-matriks

pairwise comparison

terdapat pada setiap tingkat, sehingga untuk mendapatkan

global priority

harus dilakukan sintesis di antara

local priority

.

Matriks

pairwise comparisons

untuk tujuan (

goal

) Tujuan/Goal

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Jumlah Kriteria 1 1 1/5 1/2 1/4 1,95 Kriteria 2 5 1 2 2 10 Kriteria 3 2 1/2 1 1/2 4 Kriteria 4 4 1/2 2 1 7,5

Matriks yang dinormalisasi: Tujuan/Goal

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 1 0,5128 0,1025 0,2564 0,1282 Kriteria 2 0,5 0,1 0,2 0,2 Kriteria 3 0,5 0,125 0,25 0,125 Kriteria 4 0,5333 0,0667 0,2667 0,1333

Sehingga diperoleh

local priority

untuk Tujuan adalah : Tujuan/Goal

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Kriteria 1 0,5128 0,1025 0,2564 0,1282 Kriteria 2 0,5 0,1 0,2 0,2 Kriteria 3 0,5 0,125 0,25 0,125 Kriteria 4 0,5333 0,0667 0,2667 0,1333

local priority

0,5115 0,0986 0,2433 0,1466

Logical Consistency

Konsistensi memiliki 2 makna, yaitu : – Obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.

– Menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

• Bila diketahui A adalah matriks

pairwise comparisons

dimana penilaian kita sempurna pada setiap perbandingan, maka berlaku a ij .a

jk = a ik untuk semua i, j, k. dan selanjutnya matriks A dikatakan konsisten

• AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan menggunakan

Consistency Ratio

(CR), yang dirumuskan

CR

CI RI

• Dimana :

CI

 (

Z maks n

  1

n

) • Z maks adalah nilai eigen maksimum dari matriks

pairwise comparisons

.

• Nilai

Random Consistency Index

(RI) dapat digunakan patokan tabel berikut n RI 1 0 2 0 3 4 5 6 7 8 9 10 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Catatan : Nilai CR (

Consistency Ratio

) semestinya tidak boleh lebih dari 10%. Jika tidak, maka penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random dan perlu direvisi