menulis naskah drama

Download Report

Transcript menulis naskah drama

MENULIS NASKAH DRAMA
 Standar Kompetensi
Menulis
Menulis naskah drama
 Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan perilaku manusia melalui
dialog naskah drama
 Tujuan Pembelajaran
1.
2.
3.
4.
menulis teks drama
mendeskripsikan perilaku manusia
menghidupkan konflik
memunculkan penampilan (performance)
“Kita semua adalah mahkluk
kreatif, dan kreatifitas adalah
seperti otot yang akan menguat
jika kita terus melatihnya.”
Menulis Teks Drama
1. Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomei yang artinya
bergerak atau berbuat. Istilah lain untuk drama ialah sandiwara, tonil,
lakon. Sandiwara berasal dari kata sandi yang artinya tersamar, tidak
jelas, dan kata wara yang artinya berita. Jadi, sandiwara adalah berita
yang tersamar. Nonton sandiwara berarti menyaksikan pertunjukkan
yang mengandung pelajaran yang disampaikan secara tersamar.
Sedangkan tonil berasal dari bahasa Belanda toneel yang artinya
pertunjukkan. Istilah lakon berasal dari bahasa Jawa, artinya cerita
yang dipagelarkan, yang dipentaskan.
Drama adalah karya sastra yang melukiskan kehidupan dan
watak manusia lewat gerak dan dialog di atas pentas. Di Indonesia
pertunjukkan sejenis drama dalam pengertian drama tradisional yang
tumbuh di daerah nusantara sejak dulu kala bermacam-macam, seperti
wayang orang, ketoprak, ludurk (Jawa) Tengah dan Jawa Timur), lenong
(Betawi) randai (Minang), reog Jabar), rangnda (Bali) dan sebagainya.
2. Unsur-unsur Drama
Dalam menulisdrama perlu didukung oleh berbagai syarat yang
harus diperhatikan. Salah satu syarat tersebut adalah adanya
unsur-unsur drama yang meliputi sebagai berikut :
Alur / plot
Penokohan
Drama
Dialog
Akting
Bloking
a. Alur / plot
Alur disebut juga jalan cerita, dibagi menjadi :
 alur maju
: cerita bergerak dari Ake B, ke C hingga ke Z.
 alur mundur : cerita bergerak menceritakan zaman sekarang
menuju ke zaman silam (flashback)
 alur gabung : menggabungkan kedua alur di atas
Sedangkan yang dimaksud Plot adalah yang menggerakkan
cerita. Hakikatnya plot adalah konflik cerita menjadi berkembang
dan bergerak. Pengarang biasanya memperkenalkan plot ini
dengan tahapan sebagai berikut :
1). Pengenalan
2). Pemunculan masalah
3). Situasi memuncak
4). Situasi mencapai klimak
5). Penyelesaian
b. Penokohan
Penokohan merupakan penggaran tentang bagaimana sifat,
tingkah laku, maupun postur tubuh si tokoh tersebut. Hal itu juga
menentukan apakah dia tokoh utama atau tokoh pembantu.
c. Dialog
Dialog akan menentukan jalan cerita secara utuh (walaupun ada
drama yang dipantomimkan). Melalui dialog inilah sebuah cerita
akan terungkap, watak para pelaku, dan sebagainya.
d. Akting
Penulis teks drama harus akrab dengan karakter dan gerak
langkah para pelaku yang ditulisnya. Dalam naskah ditulis dalam
tanda kurung yang ibarat perintah penulis bagi para aktor untuk
berbuat sesuatu dengan akting. Hal ini bersifat terbuka, artinya
para aktor / sutradara bebas mengembangkannya sendiri.
e. Bloking
Bloking adalah aturan berpindah tempat dari tempat satu ke
tempat yang lainnya, yang berasal dari istilah bahasa Inggris,
blocking. Bloking berguna bagi pemain yang belum bisa bermain
dengan mengandalkan suaranya, mimiknya, maupun gerak
tubuh lainnya dengan baik di atas panggung. Bloking diperlukan
untuk menjaga penampilan yang menjemukan bahkan bagi
pemain yang sudah mahir sekalipun.
Beberapa bagian lainnya dari drama, yaitu meliputi :
 Prolog : pengantar cerita yang berisi keterangan atau
pendapat pengarang mengenai cerita yang akan
disajikan, yang selalu ditempatkan dimuka.
 Epilog : berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita, juga
bisa berisi pesan-pesan, nasihat atau ucapan terima
kasih pengarang, yang selalu ditempatkan di bagian
akhir cerita.
 Solilokui : Pembicara si tokoh terhadap dirinya sendiri
 Aside
: Pembicaraan yang diucapkan oleh salah seorang
tokoh kepada penonton, dimana tokoh lain yang
ada di atas pentas tidak tidak mendengar
pembicaraan itu
Untuk memudahkan penulisan naskah drama terutama dalam
penyajian cerita, struktur dramatik Aristoteles dapat dijadikan pedoman.
Disebut struktur dramatik Aristoteles kiarena struktur ini disimpulkan
oleh Aristoteles (384-322 SM). Struktur ini termasuk struktur
konvensional.
Bagian-bagian dari struktur dramatik Aristoteles adalah :
1. Eksposisi, bagian awal atau pembukaan, yang berisi
pengenalan terhadap tokoh-tokoh, waktu, dan tempat
kejadian, serta pengenalan terhadapmasalah.
2. Komplikasi, bagian penggawatan, lanjutan dari eksposisi dan
peningkatan konflik.
3. Klimaks, pihak-pihak yang bertentangan berhadapan untuk
melakukan perhitungan
4. Resolusi, semua masalah yang ditimbulkan oleh para tokoh
terpecahkan.
5. Konkluksi, nasib para tokoh sudah pasti  mati atau hidup.
Menulis Naskah Drama
Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap
manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan
action dan perilaku. Dengan pengertian lain, naskah drama
ditulis dengan maksud untuk dipentaskan. Sebagai seni
sastra, drama harus ditulis dengan memenuhi syarat-syarat
kesastraan. Namun karena drama tujuannya untuk
dipentaskan, pengarang harus juga memerhatikan
persyaratan-persyaratan pementasan saat menulis drama.
Oleh karena itu, dalam naskah drama selain cerita
dialog-naratif, terdapat pula petunjuk tentang bagaimana
keadaan panggung, petunjuk gerak-gerik pelaku, tata
cahaya, dan sebagainya.
Dalam menulis drama, kamu harus memahami unsurunsur pembentuk sebuah drama. Unsur itu adalah alur,
penokohan, latar (ruang dan waktu), dan bahasa (dialog).
1. Alur
Alur drama harus tunduk pada pola dasar cerita yang
menuntut adanya konflik yang berawal, berkembang, dan
kemudian terselesaikan. Konflik adalah terjadinya tarikmenarik antara kepentingan-kepent ingan yang berbeda,
yang memungkinkan lakon berkembang dalam suatu gerak
alur yang dinamis. Dengan demikian, alur terbentuk menjadi
tiga bagian, yaitu pemaparan, konflik, dan penyelesaiannya.
2. Tokoh
Tokoh dalam drama memiliki ciri-ciri: nama diri, watak, serta
lingkungan sosial yang jelas. Pendeknya, tokoh atau
karakter yang baik harus memiliki ciri atau sifat yang tiga
dimensional, yaitu memiliki dimensi fisiologis, sosiologis,
dan psikologis. Dimensi fiosologis terdiri atas usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, dan ciri-ciri muka; dimensi
sosiologis terdiri atas status sosial, pendidikan, kehidupan
pribadi, dan pandangan hidup; dan dimensi psikologis
meliputi mentalitas dan moralitas, temperamen, dan
intelegensi.
3. Latar
Latar ruang merupakan pijakan tempat peristiwa terjadi umumnya
jelas, menunjang lakuan drama, dan sesuai dengan lingkup cerita.
Sedangkan, latar waktu menunjukkan kapan peristiwa itu terjadi.
4. Bahasa
Bahasa dalam drama konvesional harus disesuaikan dengan
ragam bahasa yang sesuai dengan lingkungan sosial mereka
serta watak mereka. Selain itu, seorang tokoh berkomunikasi
dengan tokoh lainnya untuk menyampaikan suatu amanat.
Kemudian, di antara mereka diharapkan terjadi dialog yang
bermakna yang akan menyebabkan cerita berkembang
Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan drama? Drama
merupakan potret kehidupan yang dipentaskan. Kisah-kisah
drama diambil dari kehidupan nyata. Sebagai contoh, peristiwa
pertengkaran antara dua petani yang berebut air dikemas
sedemikian rupa sehingga enak didengar dan ditonton.
Sebagai remaja, tentunya kamu pernah mengalami atau melihat
peristiwa yang sering terjadi di sekitarmu. Peristiwa itu dapat
kamu tulis menjadi naskah drama.
Perhatikan contoh naskah drama berikut!
Inu :
Jati :
Inu :
Jati :
Inu :
Jati :
Tenang, Jati. Tidak apa-apa!
Enak saja! Senang, ya, dapat membuat orang lain
menangis?
Hei, bukan aku penyebabnya, Jati! (Tertawa)
Gila! Tidak kusangka! Kini aku tahu siapa seben arnya
kamu, lnu!
Ampun, Jati! Sabar, Jati! Nih, baca! (memberikan
selembar kertas)
(dengan segan menerima kertas itu kemudian
tertegun membacanya)
Maaf, kami sedang latihan akting menangis,
jangan ganggu, ya! Trim’s
Gila! Sudah! Selesai! Hentikan latihan gila-gilaan ini!
(semua tertawa terbahak-bahak, sementara Jati salah
tingkah)
Tulislah teks drama dengan tema :
“Pengalaman hidup Anda seharihari”
A. Proses Kreatif
Menulis naskah drama merupakan kegiatan proses kreatif.
Kreatifitas menyangkut tahapan pemikiran imajinatif: merasakan,
menghayati, menghayalkan, dan menemukan kebenaran. Untuk
mendalami proses perjalanan melihat, mendalami, dan mewujud
tersebut perlu fase-fase proses dengan pola:
1. Merasakan
Merasakan adalah bagian terpenting dari panca indera manusia.
Segala sensasi dalam diri manusia selalu dengan fase
merasakan. Merasakan diartikan sudah melewati proses melihat,
mendengar, dan menyerap.
2. Menghayati
Menghayati diartikan mendalami atau merasakan betul-betul
temuan-temuan yang telah dilakukan pada fase merasakan.
Indikator menghayati adalah sampai pada kesadaran pribadi
terhadap sensasi yang diperolehnya.
3. Menghayalkan
Menghayalkan adalah fase memunculkan kembali apa yang
telah dirasakan, apa yang dihayati dalam wujud khayalan
dengan harapan memperoleh hayalan-hayalan lain yang
baru.
4. Mengejawantahkan
Mengejawantahkan adalah fase mewujud dari tiga proses
sebelumnya. Fase ini perlu menggunakan filter estetik agar
curahan-curahan hasil fase sebelumnya lebih bernilai.
5. Memberi Bentuk
Memberi bentuk adalah fase penguatan pengejawantahan
dengan proses alamiah, mengalir, dengan menggunakan
simbol-simbol dan metafora sehingga keinginan dan anganangan dapat menjadi sebuah karya.
B. Menciptakan Konflik
Kreatifitas pengarang dalam menulis naskah dapat dilihat
dari kemampuan pengarang menciptakan konflik dengan
surprise atau kejutan-kejutan, menjalin konflik-konflik
tersebut, dan memberikan empati dalam penyelesaian
konflik. Konflik biasanya dibangun oleh pertentangan tokoh.
Pertentangan karakter, pertentangan visi tokoh, pertetangan
pandangan dan ideologi tokoh, lingkungan, nilai-nilai dan
sebagainya. Plot atau alur drama ada tiga, yaitu:
1. Sirkuler (cerita berkisar pada satu peristiwa saja),
2. Linear (cerita bergerak secara berurutan dari A-Z),
3. Episodic (jalinan cerita itu terpisah/ terpotong-potong dan
kemudian bertemu pada akhir cerita).
C. Menciptakan Tokoh
Kehadiran tokoh/ pelaku dalam sebuah drama menjadi penting.
Tokoh atau pelaku akan mejadi penentu gerak alur cerita (
protagonis, antagonis, tritagonis). Tokoh sangat berperan dalam
menjelaskan ide atau inti cerita yang dibangun. Kehadiran beberapa tokoh pendukung juga memberi kesan tersendiri dari sebuah
naskah drama. Tokoh berperan penting dalam membang-un
konflik naskah. Bisa jadi tokoh tidak menyelesaikan masalah
tersebut. Namun, kekuatan sebuah naskah drama adalah kuatnya
karakter yang dibangun oleh penulis dalam mendeskripkan
seorang tokoh agas sutradara paham betul membentuk karakter
tersebut.
D. Menciptakan Dialog
Apalah arti hadir seorang tokoh tampa sebilah kata. Itulah hal
utama yang perlu diperhatikan dalam menampilkan dialog. Dialog
yang dibawakan tokoh/ pelaku merupakan salah satu aspek esensial yang ada dalam naskah drama. Bila bentuk dialog diser-tai
dengan lakuan akan lebih memperjelas maknanya. Muatan emosi,
konsep, dan perasaan tokoh disampaikan melalui dialog.
E. Menciptakan Simbol
Naskah drama sebagai karya sastra merupakan proses kreatif
individu pengarang yang berbicara tentang dirinya yang
disajikan secara tidak langsung atau dengan menggunakan
symbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.
F. Menciptakan Naskah Berbobot
1. Menampilkan gagasan baru melalui pemikiran imajinatif.
2. Memiliki konflik dengan surprise (kejutan-kejutan), kaya
suspense (ketegangan) sehingga memikat untuk dibaca atau
dipentaskan.
3. Menghadirkan tokoh sebagai penentu gerak alur cerita.
4. Memiliki dialog yang bermuatan emosi, konsep, dan perasaan
tokoh disertai dengan lakuan.
5. Menggunakan simbol-simbol bahasa, gerak, dan bunyi.
6. Menampilkan problem kehidupan manusia, mengandung
aspek moral, dan mengandung nilai-nilai pendidikan.
Selamat Mencoba….
KOSA KATA
Temukan artinya kata-kata berikut ini di dalam kamus!
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Advokasi
Asosiasi
Aspirasi
Eksistensi
komprehensif
konteks
proteksi
analisis
hipotesis
infrastruktur
kompetensi
observasi
revisi
statistik
distribusi
komoditas
prospek
retribusi
signifikan
populer
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
sosiologis
angket
finansial
generalisasi
hormonal
independen
kontributor
publikasi
random
responden
stereotipe
agrobisnis
prioritas
anarki
argumentasi
fraksi
rezim
swubstansi
alpa
fasilitas
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
antisipasi
deteksi
instansi
solusi
ambigu/ambiguitas
gramatikal
akumulasi
episentrum
rumpil
richter
seismologi
zona
tektonik
kolusi
konstruksi
populasi
sampel
sistematika
tesis
stadium
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
audiens
forum
klise
presentasi
delegasi
geologi
geoteknik
instruksi
investigasi
komisi
konferensi
konstruksi
realisasi
sinyalir
tender
transparan
diksi
elemen
orde
ranah
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
birokrasi
aparatur
korps
patronase
orientasi
publik
intervensi
paradigma
empirik
loyalitas
inisiasi
insidental
audisi
inovasi
eksis
kiprah
blantika
independen
atensi
kronis