*****************tL**********uL******qL******zL**{L**|L**}L**~L** L

Download Report

Transcript *****************tL**********uL******qL******zL**{L**|L**}L**~L** L

Pengembangan
Ekoregion Lesser Sunda
NOVRIZAL TAHAR
PPE BALI-NUSATENGGARA
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP & KEHUTANAN
Culture is very very important……????
Samuel Hungtington (United State) :
1960an
awal Ghana dan Korea Selatan
memiliki GDP yang sama & Postur Ekonomi yang
persis sama
1990an,
Korea Selatan menjadi Negara
Maju, sementara Ghana tetap, GDPnya 1/5
Korea Selatan
 Kuncinya : Faktor Budaya (
culture)
Daftar Isi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Arah Pembangunan (RPJMN 2014-2019)
Pengertian Ekoregion
Penetapan Wilayah Ekoregion
TNP Laut Sawu & KKP
Konsep Pengembangan Ekoregion
Penutup
Konsep & Arah Pembangunan
(RPJMN 2014-2019, Kabinet Kerja)
PERTUMBUHAN EKONOMI “x” %
PENURUNAN EMISI 26 %
KETAHANAN
PANGAN
KETAHANAN
ENERGI
KETAHANAN
AIR
EKSPOR NON MIGAS
INDUSTRI NON MIGAS
IGAS & PERTAMBANGAN
EKSPOR MIGAS &
PERTAMBANGAN
Hilirisasi
PEMB.
KELAUTAN
PRODUKSI
PERTANIAN & PERIKANAN
PRODUKSI
KAYU & HASIL HUTAN
KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Sumber : Bappenas, 2014
SUMBER-DAYA HAYATI &
JASA LINGKUNGAN
MIGAS &
PERTAMBANGAN
Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan
(Ekonomi Maritim dan Kelautan) thn 2019
Produksi Hasil Perikanan (22,4 to 50 Juta
Ton)
Pengembangan Pelabuhan Perikanan (21
to 23 Unit)
Peningkatan Luas Kawasan Konservasi
Laut (15,7 to 20 juta ha)
Pengertian Ekoregion
PENGERTIAN EKOREGION
(UU No. 32 Tahun 2009 tentang PPLH)
Ekoregion adalah salah satu asas pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, artinya bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
harus memperhatikan karakteristik sumber daya alam, ekosistem, kondisi geografis,
budaya masyarakat setempat dan kearorifan lokal
Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah, air,
flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang
menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
• Berbasis spasial (ruang)
• Tidak dibatasi wilayah administrasi
• Memiliki karakteristik tertentu
PENETAPAN WILAYAH EKOREGION
Penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan mempertimbangkan
kesamaan :
a.
Karakteristik bentang alam
b.
Daerah aliran sungai
c.
Iklim
d.
Flora dan fauna
e.
Sosial Budaya
f.
Ekonomi
g.
Kelembagaan masyarakat
h.
Hasil inventarisasi lingkungan hidup
Penetapan Wilayah Ekoregion
•
•
•
•
•
Peta ekoregion laut Indonesia berdasarkan proiritisasi
keanekaragaman hayati (2009)
Terdiri atas 11 ekoregion,
sedangkan peta ekoregion laut
KLH (2012) ada 18 ekoregion
Ekoregion no1 dibagi 3 :
Ekoregion Samudera Pasifik
Sebelah Utara Papua,
Ekoregion Laut Seram dan
Teluk Bintuni, serta Ekoregion
Teluk Cendrawasih
Ekoregion no.2 dibagi 3 :
Ekoregon Laut Banda Sebelah
Timur Sulawesi, Ekoregion Laut
Banda Sebelah Selatan
Sulawesi dan Ekoregion Laut
Banda
Ekoregion no.4 dibagi 2 :
Ekoregion Laut Sulawesi dan
Ekoregion Selat Makasar
Ekoregion no.9 dibagi 3 :
Ekoregion Selat Karimata,
Ekoregion Laut Natuna dan
Ekoregion Laut Jawa
KARAKTERISTIK EKOREGION LESSER SUNDA
 Tingkat keragaman hayati sangat tinggi, tingkat endemisme hanya
kalah dari Papua. Perairan penting bagi koridor migrasi banyak
hewan bahari besar (termasuk Cetacea dan ikan pelagik) yang
bermigrasi dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia. Upwelling
yang menyangga perubahan iklim serta menyebabkan
produktivitas primer yang tinggi yang menjadi dasar rantai
makanan yang mampu mendukung ikan-ikan pelagik besar dan
Cetacea termasuk Paus Biru.
Wilayah Darat
5 Pulau Besar dan 2 Kepulauan
DELINIATOR EKOREGION DARAT
1. Morfologi
a. Dataran
b. Perbukitan
c. Pegunungan
2. Morfogenesa
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Marine
Fluvial
Vulkanik
Denudasional
Struktural
Solusional/Karst
Organik
Glasial
Aolin
Antropogenik
Wilayah Laut
18 Ekoregion Laut
DELINIATOR EKOREGION LAUT
1. Biodiversitas:
a. Ikan
b. Terumbu karang
c. Padang lamun
2. Morfologi pesisir dan laut:
a. Batimetri
b. Geomorfologi
c. Pasang surut
d. Aliran sungai
3. Oseanografi :
a. Arus laut
b. Upwelling
c. Temperatur
d. Salinitas
e. Derajat keasaman
4. Batas:
a. Batas NKRI
b. Ekoregion laut dunia
c. Wilayah Pengelolaan Perikanan
d. Toponimi Laut
PETA EKOREGION LAUT INDONESIA
1. Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera
2. Selat Malaka
3. Laut Natuna
4. Selat Karimata
5. Laut Jawa
6. Samudera Hindia
Sebelah Selatan Jawa
7. Laut Sulawesi
8. Teluk Tomini
9. Selat Makasar
10. Laut Banda Sebelah
Selatan Sulawesi
11. Perairan Bali dan
Nusa Tenggara
12. Laut Halmahera
13. Laut Banda Sebelah
Timur Sulawesi
14. Laut Banda
15. Samudera Pasifik
Sebelah Utara Papua
16. Laut Seram dan Teluk
Bintuni
17. Teluk Cendrawasih
18. Laut Arafura
EKOREGION PERAIRAN BALI DAN NUSA TENGGARA
 Luas : 625.018 km2
Batas ekoregion :
a.
Ekoregion Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa, karena perbedaan
biodiversitas ikan karang dan pola temperatur permukaan
b.
Ekoregion Laut Jawa, karena perbedaan kedalaman
c.
Ekoregion Selat Makasar, karena perbedaan pola arus, bathimetri dan
morfostruktur dasar laut
d.
Ekoregion Laut Banda, sebelah Selatan Sulawesi dan Teluk Bone, karena
perbedaan biodiversitas ikan karang dan koral
e.
Ekoregion Laut Banda, karena perbedaan biodiversitas ikan karang dan
koral dan pola arus
TUJUAN PEMETAAN EKOREGION
 Memberikan arahan perencanaan yang disesuaikan dengan
karakter wilayah.
 Sebagai unit analisis dalam menetapkan daya dukung dan daya
tampung lingkungan
 Sebagai acuan untuk pengendalian pembangunan terutama
pengendalian pemanfaatan berbagai sumber daya alam (terkait
dengan produktivitas sebuah ekosistem dalam pengelolaan SDA
yang optimal)
 Memperkuat penetapan dan penerapan RPPLH yang mengandung
persoalan pemanfaatan , pencadangan SDA maupun persoalan LH
yang sifatnya lintas sektor dan lintas administrasi
PROFIL EKOREGION BALI DAN NUSRA
 Letak geografis :
 Berada di persimpangan 2 benua (Asia dan Australia) dan 2 Samudera
(Samudera Pasifik dan Samudera Hindia  jalur migrasi fauna laut
 Berada di daerah pertemuan lempeng Australia dan Eurasia  rawan gempa
tektonik dan tsunami
 Berada di jalur deretan gunung berapi  rawan gempa vulkanik
 Jumlah Pulau : 2,141 pulau
 Jumlah pulau dg Luas > 100 Km2 : Bali 2 Pulau, NTB : 4 pulau , NTT : 16 pulau
 Fragmen Benua : Pulau Sumba  fragmen benua Asia
Pulau Timor  fragmen benua Australia
 Ekoregion darat :
Luas : 80.374,32 km2, terbagi atas 11 kelas ekoregion, dominan : ekoregion
pegunungan vulkanik.
•
Satuan Ekoregion
 Lokasi dan luas area
 Klimatologi
 Geologi
 Geomorfologi
 Hidrologi
: Pegunungan Vulkanik (V1)
: Terdapat di bagian tengah Pulau Bali, bagian utara Pulau
Lombok dan Sumbawa, bagian selatan Pulau Flores, dan di
Kepulauan Solor dan Kepulauan Alor. Dengan luas
19,476,15 km2
: Iklim semi-arid dengan curah hujan rerata 500-2500 mm/th,
suhu rerata 22-30oC.
: Tersusun oleh batuan beku luar dan pyroklastik. Tersebar di
wilayah pegunungan pada zona tektonik cicin api
: Elevasi secara dominan > 500 m dpal. Relief dan lereng :
bergunung, dengan amplitudo relief > 300 m dan
kemiringan >16 %. Terbentuk oleh proses vulkanik, melalui
letusan gunung api yang menghasilkan kerucut vulkanik,
lava, dan pyroklastik
: Cukup tersedia air dari sungai perenial dan sungai
inter-mitten, serta mata air dengan kualitas baik pada
musim hujan, sebaliknya persediaan menjadi terbatas
pada musim kemarau
 Tanah dan Penggunaan lahan : tingkat kesuburan yang tinggi . Tanah lain yang
dapat dijumpai didaerah puncak, lereng atas, dan
sepanjang bekas aliran lahar dapat dijumpai tanah
Regosol kelabu dengan tingkat kesuburan tinggi. Tipe
penutupan/penggunaan lahan beragam, seperti
hutan, semak belukar, padang rumput, ladang, dan
sebagian kecil permukiman.
 Sosial Budaya
: Masyarakat umumnya berladang dan berternak,
sedangkan tingkat pendidikan mereka agak tertinggal.
 Kerawanan Lingkungan : Letusan vulkanik (abu, lava, lahar, aliran awan panas,
banjir bandang), tsunami pada lereng kaki yang berada
di laut selatan.
 Jasa Ekosistem
: Penyediaan : Air permukaan dan air tanah , sumber daya
hutan, pangan
Pengaturan : pengaturan kualitas udara, pengaturan air,
perlindungan terhadap erosi, pembentukan
dan regenerasi tanah
Budaya : Estestika, rekreasi, pendidikan/pelatihan
Pendukung : habitat berkembangbiak spesias dan
perlindungan plasma nutfah (kehati)
PROFIL EKOREGION BALI DAN NUSRA
Ekosistem
Hutan
Perkebunan
Lahan kering (savana, semak belukar
dan padang alang-alang
Pertanian lahan kering
Luas (Ha)
1.873.289
778.347
3.640.117
509.141
Laut dangkal dan pesisir
35.820
Pemukiman
97.717
Pulau sedang dan kecil
671.912
Perairan darat : sungai dan danau
19.348
Lahan basah : rawa dan gambut
33.646
Pertanian lahan basah
378.095
PROFIL EKOREGION PERAIRAN BALI DAN NUSRA
 Morfologi dasar laut berupa dataran laut dalam, lereng benua, pematang samudera
dengan kedalaman sampai dengan 7.247 m.
 Terdapat 6 cekungan (cekungan Bali, cekungan Flores, cekungan Lombok, cekungan
Sumba, Cekungan Sawu, cekungan Wetar dan satu pariit, yaitu parit Lombok
 Terdapat beberapa pintu keluar bagi arus lintas Indonesia (Selat Lombok, Selat Ombai dan
Terusan Timor)
 Ekosistem unik :
 Selat Bali  habitat ikan Sardinella lemuru
 Teluk Saleh  aera asuhan ikan-ikan ekonomis dan secara periodik dihampiri oleh
kelompok ikan paus
 Laut Flores Laut Timor dan Laut Sawu  jalur migrasi ikan paus
 Kondisi terumbuk karang cukup bagus  keragaman karang jamur menduduki peringkat
ketiga setelah Papua dan Laut Sulawesi
 Keragaman ikan karang menduduki peringkat ketiga setelah Laut Sulawesi dan Laut Banda
dengan tingkat endemisitas menduduki peringkat ke dua setelah Papua
PROFIL EKOREGION PERAIRAN BALI DAN NUSRA
 Keragaman hutan mangrove tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena wilayahnya yang
relatif kering dengan curah hujan yang rendah.
 Keragaman penyu ckup tinggi, lima dari enam spesies penyu yang ditemukan di Indonesia
terdapat di perairan ini
 Laut Timor sebagai daerah sebaran penyu papan , natrator depresus, yang diperkirakan
tidak terdapat di perairan lain di Indonesia
 Sumber daya laut yang potensial : ikan pelagis besar dan kecil, ikan karang, udang, lobster
dan cumi.
 Pemanfaatan : wisata bahari, potensi ikan laut
 Kerawanan bencana : rawan tsunami, letusan gunung berapi dasar laut
 Pencemaran laut : limbah domestik, pertanian, pariwisata, pertambangan
PENGEMBANGAN EKOREGION LESSER SUNDA
 Lokakarya Pengembangan Jejaring Kawasan Konservasi Laut (KKL)
Ekoregion Lesser Sunda padaTahun 2008 menghasilkan beberpa
rekomendasi yaitu :
 Aspek database  perlu melengkapi data-data yang dibutuhkan dan
validasi data yang terkumpul terkait dengan ekosistem atau habitat
pesisir dan laut guna melengkapi pemetaan dan pengembangan
database untuk merancang KKL
 Aspek koordinasi  perlu adanya pertemuan dalam rangka finalisasi
jejaring KKL Ekoregion Lesser Sunda, mensosialisasikan dan
menginternalisasikan pembentukan jejaring KKLke dalam program
masing-,masing instansi dan institusi, mengintegrasikan rancangan
jejaring KKLEkoregion Lesser Sunda dalam RTR masing-masing wilayah
serta membuka dan mengefektifkan komunikasi antar pihak
 Aspek kebijakan  perlu kebijakan tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten mengenai pembentukan dan pengelolaan KKL Ekoregion
Lesser Sunda
 Aspek komitmen bersama  perlu komitmen dan keterlibatan dari
semua pihak terkait dalam mewujudkan jejaring KKL berikut
implementasi rencana pengelolaannya.
 Peta ekoregion Lesser Sunda dijadikan referensi oleh pihak-pihak terkait
dalam membentuk dan mengimplementasikan KKL di wilayah masingmasing
 Perlu ada pertemuan berkal antar provinsi di ekoregion Lesser Sunda
yang difasilitasi oleh DKK
 Perlu dibentuk badan koordinasi jejaring KKL Ekoregion Lesser Sunda.
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN BERBASIS EKOREGION
 Target kawasan konservasi Indonesia tahun 2019 : 20 juta hektar
dan target pengelolaan efektif 2014 seluas 4,5 juta ha
 Atlas Rencana Kawasan Konservasi yang disusun oleh Kementerian
Kehutanan dan International Union for Conservation of
Nature (IUCN) telah dipetakan 57 kawasan seluas 16.759.105 ha
(Yulianto et.al, 2013).
 Kawasan Konservasi Perairan Laut (KKP) di Ekoregion Lesser Sunda,
yaitu :
Gili Sulat & Gili Lawang, Bima (Gili Banta), Nusa Penida, Selat Pantar
(Alor), Sikka, Lombok Tengah, Sumbawa, Buleleng, Riung, Laut
Sawu, Teluk Maumere, Teluk Kupang, Tujuh Belas Pulau (NTT), P.
Moyo (NTB), P. Satonda (NTB), Gili Ayer-Meno-Trawangan
Taman Nasional Laut Sawu &
Kawasan Konservasi Perairan
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI PROV.NTT
KAWASAN KONSERVASI
PERAIRAN
Taman Nasional Perairan
Laut Sawu
Kawasan Konservasi Perairan
Daerah Alor
LUAS PERAIRAN
(Ha)
3.355.352,82 TTS, Kupang, Rote Ndao, Sabu Raijua,
Sumtim, Sumteng, Sumbar, SBD,
Mabar, Manggarai
400.008,3 Alor
Kawasan Konservasi Perairan
Daerah Sikka
TOTAL
LOKASI
42.250 Sikka
3.797.611.12
Note : Binaan Kementerian Kelautan dan Perikanan
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI PROV.NTT
KAWASAN KONSERVASI
PERAIRAN
Taman Nasional Komodo
TWA Gugusan Pulau Teluk Maumere
LUAS PERAIRAN
(Ha)
132.572 Manggarai Barat
59.450 Sikka
TWA Tujuh Belas Pulau Riung
9.900 Ngada
Cagar Alam Riung
2.000 Ngada
TWA Teluk Kupang
TOTAL
Note : Binaan Kementerian Kehutanan
LOKASI
50.000 Kota dan Kab. Kupang
253.922
PETA SEBARAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI PROVINSI NTT
Sumber : TNC-Coral Triangle Center, 2009
KARAKTERSITIK DAN ARTI PENTING
LAUT SAWU
 Topografi Laut Sawu sebagai suatu
kolam yang sangat besar
 Menjadi penghubung antara Samudera
Hindia di bagian selatan dan Samudera
Pasifik di bagian utara melalui Selat
Ombai
 Sirkulasi massa air sangat baik untuk
kehidupan organisme
 Kesuburan dan produktifitas perairan
tinggi
 Habitat yang baik bagi ikan pelagis kecil
maupun pelagis besar
June 2010: seven suggested sites for Bali MPA
Network
Pulaki-Pemuteran
Les Village
Lovina
Tulamben- Amed
Prancak Beach
Nusa Penida
Bukit Uluwatu Peninsula
Main coral communities (Turak & DeVantier) ~
MRAP 2008 & 2011
26
28
30
29
31
32
2
15
4 3 17 13 12
11
14
16
10
7
Nusa Penida
1
8
6
5
9
ndary data on the distribution of marine mega fauna
35
Sea turtles
Marine mammals
Whale sharks (Rhincodon typus)
Sharks
Manta rays
Mola mola
Konsep Pengembangan Ekoregion
(Lesser Sunda)
KONSEP PENGEMBANGAN EKOREGION BALI DAN
NUSA TENGGARA (LESSER SUNDA)
 Pengembangan Peta Ekoregion
 Inventarisasi lingkungan hidup
 Pemetaan batas ekosistem, daerah konservasi dan
rawan bencana
 Analisis jasa ekosistem
 Penyusunan RPPLH
PENGEMBANGAN PETA EKOREGION
Klasifikasi Ekoregion
Paras
Skala
Penetapan Oleh:
Ekoregion Nasional
0
1: 1.000.000
Menteri
Ekoregion Pulau
0
1: 500.0000
Menteri
Ekoregion Gugus Pulau
0
1: 500.0000
Menteri
Wilayah Ekologi
1
1: 250.0000
Gubernur
Wilayah Ekologi Kelompok Pulau
1
1: 250.0000
Gubernur
Zona Ekologi
2
1: 100.0000
Gubernur
Blok Ekologi
3
1: 50.0000
Bupati/Walikota
Tapak ekologi
4
1: 10.0000
Bupati/Walikota
INVENTARISASI LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 6 UU No. 32 Tahun 2009)
 Potensi dan ketersediaan
 Jenis yang dimanfaatkan
 Bentuk penguasaan
 Pengetahuan pengelolaan
 Bentuk kerusakan
 Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat
pengelolaan
PEMETAAN EKOSISTEM, KAWASAN
KONSERVASI DAN RAWAN BENCANA
 Basis peta harus sama (sumber : BIG)
 one map policy
 Pemetaan ekosistem darat berbasis ekosistem pulau
 Pemetaan ekosistem pesisir dan laut
 Habitat/jalur migrasi ikan
 Kawasan konservasi laut
 Peta sebaran mangrove
 Peta sebaran terumbu karang
 Peta sebaran padang Lamun
 Pemetaan daerah rawan bencana
41
ANALISIS JASA EKOSISTEM
Pengkategorian
ekosistem
Analisis jasa
masing-masing
kategori ekosistem
di masing-masing
wilayah pulau,
kepulauan dan laut
Analisis beban dan
tekanan, pendorong
perubahan
ekosistem dan
jasanya
posisi dan lingkup
analisis jasa
ekosistem
Penyusunan
RPJP & RPJM
Penetapan
wilayah pulau,
kepulauan dan
wilayah laut
Penetapan
wilayah
ekoregion
Analisis kondisi dan
kecenderungan
perubahan jasa
ekosistem di wilayah
ekoregion
Penyusunan
RPPLH
08/04/2015
JASA EKOSISTEM
JASA PENYEDIAAN
1. Pangan dan serat
2. Bahan bakar
3. Air
4. Sumber daya
genetik
5. Bahan obat dan
biokimia
6. Spesies hias
JASA PENGATURAN
1. Pengaturan kualitas udara
2. Pengaturan iklim
3. Pengaturan air
4. Pengendalian erosi
5. Pemurnian air dan
pengolahan limbah
6. Pengaturan penyakit
7. Pengendalian biologis
8. Penyerbukan
9. Pencegahan bencana alam
JASA PENDUKUNG
1. Habitat berkembang biak
2. Perlindungan plasma nuftah
JASA BUDAYA
1. Estetika
2. Rekreasi
3. Inspirasi
4. Warisan dan identitas
budaya
5. Spiritual dan
keagamaan
6. Pendidikan
TEKANAN TERHADAP EKOSISTEM
Ekosistem
Faktor
penekan
Pesisir dan laut
Perubahan
tata guna
lahan
Eksploitasi
sumber
daya alam
Masukan
eksternal
Bencana alam
Penghilangan
spesies
Keterangan
Rawa
Dampak tinggi
Sungai dan danau
Dampak sedang
Hutan
Dampak rendah
Pertanian lahan basah
Pertanian lahan kering
Perkebunan
Savana, semak
belukar dan padang
alang-alang
Pemukiman
Pulau sedang dan
kecil
Dampak meningkat
Dampak berlanjut
stabil
Dampak menurun
TEKANAN TERHADAP EKOSISTEM
•
Perubahan tata guna lahan memberikan dampak yang tinggi terhadap ekostem
yaitu ekosistem pesisir dan laut, ekosistem sungai dan danau, ekosistem pertanian,
ekosistem perkebunan, ekosistem savana dan ekosistem pemukiman. Dampaknya
terus berlanjut bahkan meningkat terhadap ekosistem pesisir dan laut serta
ekosistem sungai dan danau. Peningkatan dampak disebabkan karena
meningkatnya pembangunan di daerah sempadan dan daerah tangkapan air di
masing-masing wilayah ekosistem.
•
Eksploitasi sumber daya alam memberikan dampak yang cukup tinggi pada
ekosistem pesisir dan laut, ekosistem sungai dan danau, ekosistem pertanian dan
ekosistem perkebunan. Peningkatan dampak disebabkan karena ijin ekspliotasi
dan pengawasan masih lemah. Over fishing dan eksploitasi sumber daya alam
secara berlebihan (tanpa ijin) masih terus terjadi yang mengakibatkan daya
dukung ekosistem menurun.
TEKANAN TERHADAP EKOSISTEM
•
Masukan eksternal berupa limbah, pupuk, pakan, pestisida memberikan dampak
yang tinggi pada ekosistem pesisir dan laut, ekosistem sungai dan danau, ekosistem
pertanian dan ekosistem perkebunan. Dampak terhadap ekosistem pesisir dan laut
serta sungai dan danau cenderung semakin tinggi sejalan dengan peningkatan
penggunaan pupuk kimia dan pestisida dan pemberian pakan dalam kegiatan
budidaya perikanan.
•
Tingginya frekwensi bencana alam di Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara
memberikan dampak yang cukup tinggi pada ekosistem pertanian dan ekosistem
perkebunan. Dampak yang ditimbulkan cenderung meningkat.
•
Introduksi/penghilangan spesies memberikan dampak sedang di ekosistem alami
sedangkan di ekosistem buatan dampak yang ditimbulkan tergolong rendah.
TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM
Jasa
Ekosistem
Faktor
penekan
Perubahan
tata guna
lahan
Eksploitasi
sumber
daya alam
Masukan
eksternal
Bencana alam
Penghilangan
spesies
Keterangan
Jasa Penyediaan
Padi
Palawija
Ikan tangkap
Ikan budidaya
Hasil ternak
Dampak tinggi
Dampak sedang
Dampak rendah
Dampak meningkat
Kayu
Dampak berlanjut
stabil
Air
Dampak menurun
Bahan genetik
Spesies obat
Spesies hias
TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM
Jasa
Ekosistem
Faktor
Penekan
Jasa Pengaturan
Pengaturan iklim
Pengaturan air
Mitigasi bencana
Pengaturan biologis
Pengaturan Kualitas
udara
Perlindungan erosi
Pengolahan limbah
Penyerbuka
Pembentukan dan
regenerasi tanah
Perubahan
tata guna
lahan
Eksploitasi
sumber
daya alam
Masukan
eksternal
Bencana alam
Penghilangan
spesies
Keterangan
Dampak tinggi
Dampak sedang
Dampak rendah
Dampak meningkat
Dampak berlanjut
stabil
Dampak menurun
TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM
Faktor
penekan
Jasa
Ekosistem
Jasa Pendukung
Habitat berkembang
biak
Perlindungan plasma
nuftah
Perubahan
tata guna
lahan
Eksploitasi
sumber daya
alam
Masukan
eksternal
Bencana alam
Penghilangan
spesies
Keterangan
Dampak tinggi
Dampak sedang
Dampak rendah
Jasa Budaya
Estetika
Rekreasi
Sumber inspirasi
Warisan budaya dan
identitas
Inspirasi spiritual dan
keagamaan
Pendidikan
Dampak meningkat
Dampak berlanjut
stabil
Dampak menurun
TEKANAN TERHADAP JASA EKOSISTEM
•
Secara keseluruhan, perubahan tata guna lahan memberikan dampak yang
paling tinggi terhadap jasa ekostem .
•
Eksploitasi sumber daya alam memberikan tekanan terhadap jasa penyediaan
(yaitu pangan dan air) serta jasa pengaturan (yaitu pengaturan iklim, pengaturan
air dan mitigasi bencana)
•
Masukan eksternal seperti limbah, pupuk dan pestisida memberikan dampak yang
tinggi terhadap jasa penyediaan khususnya pangan dan bahan genetik
•
Bencana alam memberikan dampak yang tinggi terhadap jasa penyediaan padi
dan palawija, berdampak sedang terhadap jasa penyediaan air dan jasa
pendukung serta jasa budaya, dan berdampak cukup rendah terhadap jasa
pengaturan.
•
Introduksi/penghilangan spesies umumnya memberikan dampak yang rendah
terhadap jasa ekosistem kecuali terhadap jasa pendukung (habitat dan
perlindungan plasma nuftah) serta jasa budaya (estetika dan rekreasi)
Penyusunan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH)
Muatan RPPLH :
• Rencana pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya
alam;
• Rencana pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau
fungsi lingkungan hidup;
• Rencana pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan
dan pelestarian sumber daya alam; dan
• Rencana adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam rencana pembangunan jangka
panjang dan rencana pembangunan jangka menengah,
TERIMAKASIH…