Document 9653932

Download Report

Transcript Document 9653932

Matakuliah
Tahun
: L0462 - Psikologi Seni
: 2010
FALSAFAH KEINDAHAN MASA
KLASIK
Pertemuan 02
FALSAFAH KEINDAHAN MASA KLASIK
Tentang falsafah
Falsafah dapat dirumuskan sebagai kegiatan intelek manusia yang memikirkan tentang
masalah pokok dalam segala bidang kehidupan manusia, hubungan antara manusia dan
alam sekitar, dengan keberadaannya di dunia, hubungan manusia dengan sang pencipta.
Kegiatan falsafah dipengaruhi oleh kosmologi, yaitu pengetahuan yang membahas alam.
Dalam falsafah ada enam bidang penggolongan yaitu
1. Metafisika : tentang ketuhanan dan kepercayaan
2. Epistemologika : tentang sistem pengetahuan yang dimiliki manusia
3. Metodologika : tentang cara mendapatkan ilmu pengetahuan
4. Logika : tentang proses pemikiran dan penalaran
5. Etika : tentang perilaku, kesusilaan dan moraitas
6. Estetika : tentang keindahan, nilai indah dan rasa indah, dirumuskan sebagai falsafah
keindahan. Estetika juga mempunyai aspek keilmiahan.
Plato, sebuah falsafah masa klasik yunani
Plato filsuf yunani (428-348) S. M., merupakan seorang penyair yang sangat
produktif menghasilkan banyak karangan cerita berupa syair dalam wujud
percakapan antara para pelaku diatas panggung. Pada masa yunani kuno pekerjaan
seniman disebut techne (=kerajinan tangan) yang terdiri dari dua unsur penting yaitu
pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan yang di utamakan adalah tentang
ukuran yang benar dan proporsi yang benar. Menurut Plato pengetahuan tentang
ukuran dan proporsi merupakan syarat utama keindahan.
Pada masa yunani kuno, Plato menghendaki agar seharusnya manusia mengikuti ukuran
yang ada pada alam semesta. Karena itu plato mengisyaratkan agar di dalam keindahan
ada ukuran dan proporsi sesuai dengan yang ada di alam semesta. Ukuran dan proporsi
yang dapat menimbulkan harmoni, yang akan berdampak pada rasa indah
Konsepsi Plato selalu menghendaki adanya penyesuaian manusia dan alam semesta, dan
memelihara keserasian antara mikrokosmos dan makrokosmos.
Sebagai seorang filsuf Plato bukan saja memikirkan tentang apa yang dirasakan indah dalam
kesenian dan pada alam semesta, ia juga mempermasalahkan tentang apa dan asal
keindahan.Pemikiran tentang keindahan menurut Plato dapat di artikan sbb:
• Rasa indah berasal dari cinta dan kasih sayang
• Keindahan sangat berdekatan dengan etika ( kesusilaan) yang mempermasalahkan kenaikan
budi dan perilaku
• Keindahan dipengaruhi oleh kosmologi
• Sebagai isyarat untuk perwujudan keindahan, keindahan mengutamakan ukuran dan proporsi
Mengenai kesenian, terutama seni sastra, Plato memberikan perhatian tentang pentingnya
peran emosi untuk menghasilkan obyek seni yang bermutu. Emosi dalam kesenian harus
proporsional, dengan emosi berlebih seni akan menjadi kurang baik.
Plato menyebutkan bahwa trance (kondisi jiwa), lebih tepat dengan istilah “kondisi jiwa yang
sakit”, dimengerti sebagai kondisi penurunan kesadaran jiwa dimana sang seniman biasanya
akan terbawa oleh keseniannya (perannya) sendiri. Penjiwaan dalam bernyanyi, berpuisi dan
melukis.
Plotinus dan Aristoteles
Plotinus adalah penerus paham plato walaupun hidup di -500 tahun sesudahnya 204-269 S. M. Plotinus
memetik paham falsafah Plato yaitu transendentalisme dan mistik. Paham ini menjelaskan bahwa manusia
memperoleh “kurnia dari atas”. Pada masa Plotinus penyebaran agama baru mendapat peluang yang baik.
Plotinus mengembangkan lebih jauh paham keindahan plato dengan mengatakan, realitas yang bisa kita
nikmati dan rasakan melalui panca indra hanyalah bayangan (pencerminan tiruan) dari realitas sesungguhnya.
Contohnya adalah obyek atau benda. Wujud dan ciri benda yang kita lihat merupakan bayangan dari yang
sejati. Sementara yang asli ada didalam ide.
Plotinus juga menerapkan bahwa kontemplasi yang menghasilkan mistik ini diterapkan
dalam falsafah keindahan dan selanjutnya dituangkan dalam teori tentang kesenian.
Berdasarkan konsepsi mistik ini Plotinus beranggapan untuk menikmati keindahan
dalam kesenian diperlukan kontemplasi ( kontak antara sang pengamat dengan prinsip
ide yang tercermin yang hadir dalam karya seni itu. Hubungan ini bersifat
transcendental.
Salah satu tokoh yang memperluas pandangan mengenai
keindahan adalah murid plato sendiri. Aristoteles (384-322
S.M.). Aristoteles berpendapat bahwa keindahan adalah
atribut, perlengkapan, dan sifat yang melekat pada benda itu
sendiri. Keindahan mewujud dalam ciri benda yang kita
lihat. Aristoteles memandang nikmat indah sebagai
peristiwa alam yang biasa dan memberi peranan lebih
banyak kepada intelek manusia untuk menikmati
keindahan.
Aristoteles merumuskan ciri-ciri utama dan sifat-sifat yang dimiliki benda atau kesenian
yang merangsang rasa indah sbb:
1. Harmoni, berukuran dan tepat proporsinya dalam arti segala pengukuran atas sesuatu yang
indah selalu terdapat keseimbangan atas dimensi dan ruang.
2. Murni dan jernih, dalam karya seni tidak ada samar, semuanya harus tenang, jelas, lugas, tidak
keruh dan tidak berisi oleh hal yang meragukan.
3. Sempurna, utuh tanpa cacat. Utuh menrut aristoteles berati unity, satu kesatuan ditinjau dari
hubungan karya seni.
Aristoteles mempunyai pandangan lebih banyak di bidang puisi, yang pada masa itu terdiri dari tiga
jenis yaitu : tragedi (tentang kaum bangsawan), komedi (orang jelata)dan epos (meriwayatkan dewa
dan mitos). Aristoteles menjelaskan bahwa tujuan dari semua kesenian haruslah kebaikan.
Dalam seni puisi Aristoteles menyebutkan ada tiga hal yang terlibat yaitu: obyek (sasaan , tujuan
dan permasalahan yang di tampilkan), media (penghubung yang digunakan : suara, mimik, bahasa,
nada dan irama), penampilan (cara karya seni sampai pada penikmat : narasi, deklamasi, dialog atau
sandiwara)