Document 9651249

Download Report

Transcript Document 9651249

Matakuliah
Tahun
: S0084 / Teori dan Perancangan Struktur Beton
: 2007
PERENCANAAN PENULANGAN
PONDASI DANGKAL
Pertemuan 25
Learning Outcomes
Mahasiswa akan dapat mendesign kebutuhan
penulangan pondai dangkal
Bina Nusantara
Outline Materi
•
•
Bina Nusantara
Tulangan lentur pondasi telapak
Tulangan geser pondasi telapak
TEBAL MINIMUM
Tebal minimum pondasi menurut SK SNI T-151991-03 pasal 3.8.7 adalah :
a.
Minimum 150 mm untuk pondasi di atas
tanah
b.
Minimum 300 mm untuk pondasi tiang.
Tebal minimum diukur dari atas
terbawah ke tepi atas pelat pondasi.
Bina Nusantara
tulangan
ASPEK PERENCANAAN
Dalam pemeriksaan pondasi dangkal (bujursangkar
maupun persegi) hal-hal yang harus diperiksa adalah
a. Kapasitas daya dukung tanah harus lebih besar
dari tegangan yang terjadi akibat beban-beban
yang bekerja pada pondasi.
b. Gaya geser (aksi balok dan dua arah).
c. Momen lentur pada pondasi.
d. Penulangan. Luas tulangan yang diperlukan
harus lebih besar atau sama dengan luas
tulangan yang tersedia.
e. Transfer beban dari kolom ke pondasi.
Bina Nusantara
PANJANG DAN LEBAR PONDASI TELAPAK
Dimensi (panjang dan lebar) dari pondasi telapak di
tentukan oleh tegangan ijin pada tanah dimana
pondasi tersebut diletakkan. Tegangan yang terjadi
pada tanah harus lebih kecil dari tegangan ijin pada
tanah didasar pondasi tersebut.
q mak  q all
Jika berdasarkan hasil pengecekan tegangan
diketahui bahwa tegangan yang trejadi lebih besar
dari tegangan ijin yang bisa diterima tanah, maka
dimensi pondasi perlu diperbesar.
Karena pelat pondasi adalah beton bertulang, maka
diijinkan terjadinya tegangan tarik pada tanah
dasar.
Bina Nusantara
EKSENTRISITAS GAYA-GAYA
Analisis untuk menentukan tegangan kontak pondasi
dengan tanah didasarkan atas gaya-gaya pada dasar
pondasi. Secara umum tingkat eksentrisitas gayagaya pada pondasi telapak dapat dibagi menjadi 3
kelompok
a. Kasus 1 : Gaya Kosentris
V
Bx x B y
Gaya Luar
Tekanan pada
tanah dasar
q
Untuk kasus gaya konsentris besarnya tegangan
yang terjadi pada tanah dasar dihitung dengan
rumus berikut
q
Bina Nusantara
P
 qall
Bx  B y
EKSENTRISITAS GAYA-GAYA
Kasus 2 : Gaya Eksentris dengan Eksentrisitas e 
Bx/6
M
qmin
V
qmak
Besarnya eksentrisitas dihitung dengan rumus
berikut
e
M
V
Besarnya tegangan yang terjadi pada tanah
dasar untuk kasus ini dihitung dengan
persamaan berikut
Bina Nusantara
q min 
V
6M
 2
Bx  B y Bx  B y
q mak 
V
6M
 2
 q all
Bx  B y Bx  B y
EKSENTRISITAS GAYA-GAYA
Kasus 3 : Gaya Eksentris dengan Eksentrisitas e >
Bx/6
V
M
qmak
Untuk kasus dengan eksentrisitas yang besar
seperti ini, besarnya tegangan yang terjadi
pada tanah dasar dihitung sebagai
qmak 
Bina Nusantara
4 V
 qall
2  B y  B x  2  e 
LOKASI KRITIS MOMEN LENTUR
Jika dimensi dari pondasi telapak telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan persamaan (6.1), langkah
berikutnya
adalah
menentukan
kebutuhan
penulangan lentur dari pelat pondasi beton
tersebut. Lokasi kritis untuk momen lentur terletak
tepat dimuka kolom seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 6.4.
Besarnya momen disain pada potongan kritis
dipengaruhi oleh tekanan tanah dan berat sendiri
pelat pondasi telapak tersebut. Tegangan pada
tanah seolah-olah bekerja menekan pelat pondasi
tersebut, sementara berat sendiri pelat pondasi
akan mengurangi besarnya momen pada potongan
kritis. Momen disain tersebut kemudian digunakan
untuk menghitung kebutuhan penulangan pelat
pondasi telapak
Bina Nusantara
LOKASI KRITIS MOMEN LENTUR
tp
Bx
Irisan
Kritis
By
tp
Bina Nusantara
LOKASI KRITIS GAYA GESER
Selain harus mampu menahan momen lentur yang
terjadi, pondasi pelat setempat juga harus mampu
menahan gaya geser yang terjadi pada pelat beton.
Lokasi kritis untuk gaya geser terletak pada jarak t p
(tp = tebal pelat pondasi) dimuka kolom seperti
diperlihatkan pada Gambar 6.5.
Bina Nusantara
Besarnya gaya geser disain pada potongan kritis
dipengaruhi oleh tegangan pada tanah dan berat
sendiri pelat pondasi telapak tersebut. Tegangan
pada tanah seolah-olah bekerja menekan pelat
pondasi tersebut, sementara berat sendiri pelat
pondasi akan mengurangi besarnya gaya geser pada
potongan kritis. Gaya geser disain tersebut
kemudian
dibandingkan
dengan
kemampuan
penampang beton menahan gaya geser. Jika gaya
disain lebih besar dari kapasita penampang, maka
perlu dipasang tulangan geser atau penampang
perlu dipertebal.
LOKASI KRITIS GAYA GESER
Bx
tp
Irisan
Kritis
tp
By
tp
tp
Bina Nusantara
LOKASI KRITIS GESER PONS
Selain momen lentur dan gaya geser, pelat pondasi
setempat harus diperiksa terhadap gaya geser pons
yang terjadi. Lokasi kritis untuk gaya geser pons
terletak pada jarak ½ tp dari muka kolom. Seperti
diperlihatkan pada Gambar
Besarnya gaya yang menyebabkan tegangan geser
pons pada pelat pondasi disebabkan oleh gaya aksial
yang bekerja pada kolom. Gaya aksial tersebut
kemudian dibandingkan dengan dibandingkan
dengan kemampuan penampang beton menahan
gaya aksial. Jika gaya disain lebih besar dari
kapasita penampang, maka perlu dipasang tulangan
geser pons atau penampang perlu dipertebal.
Bina Nusantara
LOKASI KRITIS GESER PONS
tp
Bx
Irisan Kritis
tp/2
By
tp/2
tp
Bina Nusantara
KEMAMPUAN BETON MENAHAN GESER
Vc 
f
6
dimana :
Vc =
bw =
d
=
Bina Nusantara
'
c
bwd
kekuatan geser nominal
lebar pondasi
tinggi efektif pelat pondasi
KEMAMPUAN BETON MENAHAN GESER
PONS
'

2  fc
Vc  1  
bod
c  6


f c'
3
bod
dimana :
Vc
= kekuatan geser nominal
bo
= keliling penampang kritis pelat
pondasi
c
= rasio sisi panjang terhadap sisi pendek
dari beban terpusat
d
= tinggi efektif pelat pondasi
Bina Nusantara
Untuk kepentingan praktis, dalam perencanaan
pelat pondasi penu-langan geser pada pondasi tidak
disarankan,hal ini berkaitan dengan kesulitan dalam
pemasangannya. Dengan demikian gaya geser akibat
beban luar hanya dipikul oleh beton saja.
Bina Nusantara