Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 11

Download Report

Transcript Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 11

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi
Tahun
: 2008
Pertemuan 11
SEX DAN GENDER
MATERI:
Pengertian Seks dan Gender
Pola-Pola Relasi Gender
Gender Dalam Masyarakat Hortikultural
Gender Dalam Masyarakat Agraris
Patriarkhi dan Penyimpangan
Gender Dalam Masyarakat Industri
Orientasi Seksual
Learning Outcome
Mahasiswa dapat menggunakan konsep jender untuk membedakan
perbagai peran sosial antara laki-laki dengan perempuan dalam
masyarakat
Bina Nusantara
I.
Pengertian Seks dan Gender
Para antropolog biasanya mempelajari biologi, masyarakat dan
budaya. Oleh karena itulah, para antropologi memiliki posisi yang
unik untuk mengomentari prilaku manusia yang ditentukan oleh
predisposisi biologis (nature) dan lingkungan (nurture). Sikap
manusia, nilai-nilai, perilaku ditentukan bukan hanya oleh
predisposisi genetik yang kadang-kadang sulit untuk
diidentifikasi, tetapi juga oleh pengalaman-pengalaman kita
selama proses enkulutrasi. Sifat-sifat kita pada masa dewasa
ditentukan oleh gen (nature) dan juga oleh lingkungan (nurture)
selama proses pertumbuhan dan perkembangan kita.
Persoalan tentang aspek nature dan nurture muncul dalam
diskusi-diskusi tentang seksualitas dan peran-peran sex-gender
manusia. Laki-laki dan perempuan berbeda secara genetik.
Wanita memiliki dua kromosom “x” dan laki-laki memiliki satu “x”
dan satu “y”.
Bina Nusantara
Ayah menentukan seks seorang bayi karena hanya dia yang
memiliki kromosom “y” untuk diteruskan. Ibu selalu menyediakan
kromosom “x”. Perbedaan kromosom diungkapkan dalam
perbedaan hormon dan psikologi. Pria dan wanita tidak hanya
berbeda dalam karakteristik seksual yakni perbedaan primer; genital
dan organ-organ reproduksi dan perbedaan sekunder; payudara,
suara dan distribusi rambut, tetapi juga rata berat, tinggi, kekuatan
dan usia. Wanita cenderung untuk hidup lebih lama darpa pria dan
memiliki kemampuan ketahan yang lebih baik. Dalam suatu
popolasi pria cenderung lebih tinggi dan berat dari pada wanita.
Pertannyaanya adalah sejauh mana perbedaan-perbedaan
genetikal tersbut mempengaruhi cara laki-laki dan perempuan
bertindak dalam masyarakat? Menurut para antropolog banyak
pembedaan berdasarkan seks dalam masnyarkat lebih ditentukan
oleh kebudaayaan dari pada perbedaan seks secara genital. Oleh
karena itu gender lebih merupakan suatu konstruksi budaya, dimana
karakteristik pria dibedakan dari karakteristik wanita. Konstruksi ini
terutama muncul dalam beberapa hal yakni gender roles, gender
stereotypes dan gender stratification.
Bina Nusantara
• Gender roles mengacu pada perbedaan tugas dan aktivitas yang
diebntuk oleh budaya berdasarkan perbedaan seks.
• Gender stereotypes mengacu pada anggapan yang secara kuat
mempengaruhi ide tentang karakteristik pria dan wanita.
• Gender stratification menggambarkan distribusi “rewards” antara
pria dan wanita yang tidak sama (unequal) seperti dalam hal sumber
daya sosial, kekuasaan, prestise, hak-hak istimewa, dan kebebasan
personal. Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan perbedaan
dalam hirarki sosial dalam masyarakat.
2. Pola-Pola Relasi Gender
Pola-pola relasi gender dalam kenyataan berbeda dalam berbagai
komunitas. Karakteristik ekonomi komunitas dalam hal ini
memainkan peranan penting dalam pembedaan peran antara lakilaki dengan perempuan. Hal ini akan kita amati dalam relasi gender
dalam berbagai tipe masyarakat seperti masyarakat pengembara,
hortikultura, dan agrikultur beriktu ini.
Bina Nusantara
3.Gender Dalam Masyarakat Pengembara
• Gender dalam masyarakat pengembara tentukan bila laki-laki
menyumbang makanan lebih banyak dari pada wanita. Hal ini
terutama terjadi dalam masyarakat pemburu dan penangkap ikan di
mana laki-laki memainkan peran utama, namun keadaan sebaliknya
pada masyarakat pegembara yang makanan utamanya dari
gathering. Gathering pada umumnya dilakukan oleh perempuan.
Bila gathering lebih menonjol status gender lebih equal
dibandingkan bila laki-laki pada masyarakat pemburu dan
penangkap ikan yang memaintkan aktivitas subsistens yang utama.
• Dalam masyarakat pegembara gender status juga lebih equal bila
ruang publik dan domistik tidak secara tajam dipisahkan.
Pembedaan yang tajam antara the home dan the outside disebut
dikotomi publik-domestik atau private-public contrast. The out side
meliputi politik, perdagangan, kesejahteaan, dan kerja.
• Biasanya aktivitas publik lebih tinggi dari pada domenstik. Hal ini
mendorong terjadinya stratifikasi gender, karena pria lebih aktif pada
ruang publik dari pada wanita. Oleh karena itu pada masyarakat
pengembara pada umumnya (hunter-gathering) kurang memiliki
stratifikasi gender bila dibandingkan pada masyarakat lainnya.
Bina Nusantara
4. Gender Dalam Masyarakat Hortikultural
4.1.
Srtatifikasi Gender dalam masyaraklat matrilineal dan
matrilokal
Pada dasarnya staritifikasi Gender dalam masyarakat
matrilineal dan martilokal itu rendah. Hal ini disebabkan karena
tempat tinggal stelah menikah. Di antara masyarakat
matrilineal dan matrilokal, status perempuan lebih tinggi.
Setelah menikah mereka tinggal di tempat tinggal perempuan
anak-anak mereka bertumbuh di tempat ibu.
4.2.
Stratifikasi Gender Rendah dalam masyarakat Matrifokal
Nancy Tanner 1974 menemukan bahwa peran ekonomi
mengurangi
stratifikasi gender dan meningkatkan status
perempuan. Ia mendasarkan
penemuan
pada
survei
organisasi matrifocal dari
masyarakat
tertentu
di
indonesia. Matrifocal adalah pemusatan pada ibu,
pada
keluarga ibu, dimana ayah suami tidak memiliki tempat
tinggal. Masyarakat
Matrifocal pada dasarnya bukan
matrilineal, bahkan ada yang patrilieneal, patrifokal dan
poligami.
Bina Nusantara
4.3.
Stratifikasi Gender Tinggi dalam Masyarakat Patrlineal dan
Patrilokal
Kaum Igbo bukanlah masyarakat biasa di antara masyarakat
patrilineal dan patrilokal yang banyak menandakan stratifikasi gender.
Martin dan Voorhies menghubungkan kemunduran matrilinear dan
menyebarkan kompleks patrilineal dan patrilokal untuk menekan
sumberdaya. Masyarakat yang demikian cenderung memilki dikotomi
yang tajam antara ruang domestik dan publik dan laki-laki cenderung
mendominasi hirarki prestise. Kaum laki-laki menggunakan peran
publik mereka dalam perdagangan dan
prestise mereka sebgai
simbol untuk devaluasi dan penekanan atas kaum perempuan.
Bina Nusantara
5. Gender Dalam Masyrakat Agraris
Jika ekonomi didasarkan pada agrikultural, kaum perempuan secara
tipikal kehilangan peran mereka sebagai pengolah utama. Tekiniteknik irigasi pada umumnya dilakukan oleh laki-laki karena ukuran
fisik mereka yang lebih besa dan kuat (Martin dan Voorhies, 1975).
Perbedaan peran gender dalam masyarakat hortikultural dan
agrikultural dapat kita lihat pada tabel berikut yang didasarkan pada
penelitan yang dilakukan oleh Martin dan Voorhies (1975).
Bina Nusantara
Gender
Hortikultural
(presentage of 104
societies)
Agriculture (presentage
fo 93 societies)
Women are primary cultivators
50
15
Men are primary cultivtor
17
81
Equal contribution to
cultivation
33
3
6. Patriarki dan Penyimpangan
Patriarkhi menggambarkan suatu sistem politik yang diperankan
oleh laki-laki yang mana wanita memiliki status politik dan sosial
yang inferior, termasuk dalam hal ini hak-hak dasar manusia yakni
kebebasan pribadi. Kekerasan domestik kerab terjadi dalam
keluarga “neolocal-nuclear family”.
Kita telah melihat bahwa stratifikasi gender kurang pada masyarakat
matrilokal, matrifokal, dan bilateral yang mana wanita memiliki peran
menonjol dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Bila seorang wanita
hidup dikampungnya sendiri (matrilokal), dia memiliki kerabat dekat
untuk memelihara dan melindungi kepentingannya.
Bahkan dengak latar belakang keluarga yang poligami para isteri
dapat saling mendukung terhadap kekerasan yang dilakukan oleh
suami terhadap mereka dan anak-anak mereka.
Bina Nusantara
7. Gender dan Industrialisasi
Dikotomi domistic-public telah berkembang secara penuh dalam
masyarakat
patrilineal-patrilokal
dengan
sistem
ekonomi
agrikultural. Di mana dalam sistem ekonomi seperti ini pekerjaanpekerjaan memabajak lebih banyak dilakukan oleh kaum pria.
Fenomena seperti ini juga mempengaruhi stratifikasi gender dalam
masyarakat industri.
Namun sekarang ini baik di Amerika maupun di negara-negara
Eropa lainnya stratifikasi gender telah mengalami perubahan secara
cepat, di mana baik laki-laki maupun perempuan dan bahkan anakanak memiliki akses yang sama pada industri.
Bina Nusantara
8. Orientasi Sexual
Orientasi seks adalah kebiasaan daya tarik seks seseorang
terhadap dan dengan orang lain. Ada empat tipologi orientasi seks
yakni
8.1.
Heteroseksual: daya tarik seks dengan lawan jenis
8.2.
Homoseksual : daya tarik seks dengan sesama jenis
8.3.
Biseksual: daya tarik seks yang mencakup heteroseksual dan
homoseksual
8.4.
Aseksual: orang yang tidak memiliki orientasi seks dengan
orang lain.
Bina Nusantara