Buku PDF Risky Isnaeni X PM 2 Wisata Alam Purworejo

Download Report

Transcript Buku PDF Risky Isnaeni X PM 2 Wisata Alam Purworejo

RISKY ISNAENI
21
X PEMASARAN 2
TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016
SMK NEGERI 2 PURWOREJO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan buku digital yang berjudul
"WISATA ALAM DI PURWOREJO".
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terimah kasih kepada :
1. Kepala SMK Negeri 2 Purworejo
2. Guru Pembimbing
3. Kedua orang Tua
4. Teman - Teman ku kelas X
5. Kakak kelas kelas XI dan XII
Diharapkan Buku Digital ini dapat memberikan informasi kepada kita semua . Penulis menyadari
bahwa Buku Digital ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Buku Digital ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga TUHAN senantiasa meridhai segala
usaha kita.
Amin.
Purworejo, 19 April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER …………………………………………………................................... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………….................................. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
DISKRIPSI WISATA ALAM DI PURWOREJO ........................................................ 2
BAB II
1. WISATA PENDIDIKAN
A.
B.
C.
D.
MUSEUM TOSAN AJI
MASJID AGUNG PURWOREJO
GOA SEPLAWAN
BENTENG PENDEM
2. WISATA AIR
A. CURUG, Meliputi
1. Curug nabag
2. Curug Klesem
3. curug Benowo
4. Curug Kyai Kate
5. Curug Silangit
B. PANTAI, Meliputi
1. Pantai Jatimalang
2. Pantai Ketawang
3. PUNCAK GEGER MENJANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Obyek wisata yang ada di Indonesia merupakan salah satu dari kekayaan alam yang patut
untuk dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan baik dari segi keindahannya
maupun adat istiadat yang ada di daerah tersebut sehingga menarik minat wisatawan untuk
mengunjunginya.
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan dan prioritas
pengembangan bagi sejumlah Negara, terlebih bagi Negara berkembang seperti Indonesia yang
memiliki potensi wilayah yang luas dengan adanya daya tarik wisata cukup besar, banyaknya
keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya dan kehidupan masyarakat.
Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait antara barang berupa obyek wisata
sendiri yang dapat dijual dengan sarana dan prasarana yang mendukungnya yang terkait dalam
industri pariwisata. Usaha mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan
berbagai faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan wisata. Kabupaten
Purworejo memiliki banyak daya tarik wisata alam yang sangat menarik dan menakjubkan.
1
WISATA ALAM DI PURWOREJO
SEKILAS TENTANG PURWOREJO
1. Geografi
Bagian selatan wilayah Kabupaten Purworejo merupakan dataran rendah. Bagian utara berupa
pegunungan, bagian dari Pegunungan Serayu. Di perbatasan dengan DIY, membujur
Pegunungan Menoreh.
Purworejo berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa. Kabupaten ini juga dilintasi jalur
kereta api, dengan stasiun terbesarnya di Kutoarjo.
2. Pembagian administratif
Kabupaten Purworejo terdiri atas 16 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 469 desa dan 25
kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Purworejo.
3. Sejarah
Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika
dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah
adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga
dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke
Pakuan.
Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen
Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.
Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia-Belanda oleh pihak
Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan
Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama
Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur
Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi
militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang
dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua
bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun
1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja
GPIB (tahun 1879).
2
3
BAB I
WISATA PENDIDIKAN
A. MUSEUM TOSAN AJI
Museum Tosan Aji didirikan atas gagasan Gubernur Jawa Tengah, Bapak Soepardjo Roestam
dan mantan Menteri Polkam Bapak Jendral Soerono dengan maksud untuk melestarikan budaya
bangsa yang bernilai tinggi berupa “TOSAN AJI”.
Museum yang berada dibekas gedung pengadilan Purworejo tepatnya di jalan Mayjen
Sutoyo No. 10 Purworejo ini dibuat dengan gaya arsitektur dari “Eropa” karena bangunan ini
tidak lain adalah bekas pengadilan tempo dulu.
Disana kita bisa melihat bermacam-macam koleksi Tosan Aji. Diantaranya seperti :
Keris, Tombak, Cundrik, Pedang, Kudi, Payung Berujung Tombak dan Alat-alat perawatan
pembuatan Tosan Aji dari Bahan sampai Jadi.
Museum Tosan Aji diresmikan pada tanggal 13 April 1987 oleh Gubernur KDH Tingkat
I Jawa tengah Bapak Ismail. Lokasi museum pada waktu itu terletak di Pendopo Kawedanan
Kutoarjo. Pada tanggal 10 Juni 2001 oleh Pemerintah Kabupaten dipindah dari Kutoarjo ke kota
Purworejo menempati bangunan bekas Pengadilan Negeri pada zaman Belanda, yaitu di jalan
Mayjend Sutoyo No. 10 atau sebelah selatan alun-alun Purworejo. Hal tersebut dilakukan
sebagai upaya mewujudkan lokasi terpadu beberapa bangunan bersejarah, seperti Masjid Agung
Darul Mutaqin di sebelah barat alun-alun dengan Bedug Pendowonya terbesar di Indonesia
mungkin di dunia, dan Museum di sebelah selatan.
Museum Tosan Aji merupakan museum khusus yang menyajikan satu jenis koleksi yaitu
Tosan Aji (keris). Tosan Aji merupakan salah satu hasil budaya bangsa sebagi warisan nenek
moyang yang menunjukan salah satu identitas budaya bangsa. Suasana di museum ternyata
didesain sedemikian rupa agar seakan-akan menikmati alam bersejarah kota Purworejo. Alat,
bahan, dan keris yang sudah ada disajikan tepat di ruang paling depan, kita dapat pertama kali
menikmati dan mengetahui proses pembuatan keris budaya leluhur bangsa.
Seiring perkembangannya, Museum Tosan Aji tidak hanya menyajikan koleksi Tosan Aji saja,
namun juga menampilkan berbagai koleksi benda cagar budaya yang banyak ditemukan
diwilayah purworejo, baik pada masa prasejarah maupun masa klasik. Koleksi cagar budaya
menambah daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. Disamping pengetahuan yang diperoleh
ternyata ketakjuban juga dengan kekayaan alam yang dimiliki kota Purworejo.
4
Koleksi pusaka yang dimiliki lebih dari 1000 bilah terdiri dari keris, pedang, tombak,
kujang/kudi, Cundrik Granggang yang berasal dari masa Kerajaan Pajajaran, Majapahit hingga
sekarang, dan tersimpan pula benda-benda cagar budaya lainnya seperti Gamelan Kuno Kiyai
Cokronegoro, hadiah dari Sri Susuhan Paku Bowono VI kepada Bupati Purworejo Pertama
Cokronegoro serta arca, prasati, lingga, yoni, fragmen lumping, guci, beliung, batu gong,
gerabah menhir, dan fosil.
Museum Tosan Aji Purworejo pada setiap tangal 1 Muharam / 1 Syuro mengadakan kegiatan
jamasan Tosan Aji dan Ruwatan Massal yang didahului dengan kegiatan Kirab Pusaka
Kabupaten Purworejo pada malam 1 Syuro serta melayani jamasan pusaka dari masyarakat luas.
Masyarakat bisa menitipkan benda-benda pusakanya agar bisa dibersihkan, agar terawat tahan
lama dan tambah gagah tentunya. Selain itu, di Museum Tosan Aji sering dilakukan lombalomba maupun pentas budaya seperti karawitan.
B. MASJID AGUNG DARUL MUTTAQIN (MASJID AGUNG
PURWOREJO)
Memiliki Beduk Raksasa Kiai Bagelan
Masjid Darul Muttaqin merupakan Masjid Agung yang terletak persis di depan alun-alun kota
Purworejo, Jawa Tengah. Menurut prasasti atau sangkalan yang tertera di atas pintu utama
bangunan masjid, masjid ini didirikan pada tanggal 2 Besar (Dzulhijjah) 1762 Jawa Tahun Alip
atau 16 April 1834 M.
Masjid Agung ini dibangun atas perintah Kanjeng Raden Adipati Cokronagoro, bupati pertama
Purworejo. Sedangkan, tanahnya merupakan wakaf dari Kiai Haji Baedhowi. Kiai Baedhowi
dalam sejarahnya masih memiliki garis keturunan dari Sunan Giri.
5
Arsitektur Masjid Agung ini mengambil pola dari Masjid Agung Keraton Surakarta, karena pada
waktu itu K.R. A. Cokronagoro I pernah mengabdi sebagai abdi dalem Mantri Gladag bernama
Raden Ngabehi Sodiwiryo atau Reksodiwiryo.
Adapun untuk induk bangunan masjid, menurut kitab Kaiveruh Kalang, mengambil Tajuk
Lawakan Lambang Teplok. Sedangkan, untuk bangunan serambi masjid bertipe limasan
trajumas. Kalau kita masuk ke dalam bangunan induk, di sana terdapat mihrab yang pada
lengkung- annya bergambar Sangkalan Memet yang berbentuk ranting pohon srikaya dengan
daun dan buahnya, yang kalau dibaca berbunyi “Pang Pinajang Srikaya Sagodhonge”.
Tiang Agung (sokoguru) terbuat dari kayu jati bang yang diambil dari Dukuh Pendowo,
Purwodadi, kurang lebih 9 km dari Purworejo jalan menuju kota Yogyakarta. Sebagai umpak
(penyangga) berasal dari batu bekas Yoni, tempat pemujaan Dewa Syiwa dan Betari Duiga.
Semua¬nya ada empat buah dan tidak ada yang sama antara satu sama lain.
Di dalam bangunan induk masjid juga terdapat maksuroh, yaitu tempat shalat Jumat khusus
untuk Bupati Purworejo tempo dulu dan mimbar khotbah bagi imam. Bentuknya indah berukir
bunga-bungaan dan bentuk geometris lainnya. Pada plengkung depan terukir lafal dua kalimat
syahadat yang-begitu indah. Sedangkan, mushaf Al-Qur’an tulisan tangan, tombak untuk
pegangan imam di kala berkhotbah beserta payung yang masih terawat baik dan disimpan di
gudang
masjid.
Beduk Raksasa
Masjid Darul Muttaqin selain terkenal dengan seni ukirannya, juga menyimpan sebuah beduk
yang berukuran raksasa yang dinamakan Beduk Kiai Bagelan, dibuat pada tahun 1834-1840 M.
Beduk ird terbuat dari bongkot (pangkal) pohon jati bang sisa dari tiang agung bangunan
pendopo Kabupaten Purwerejo, yaitu berasal dari kayu jati bercabang lima yang disebut Jati
Pendowo, berusia ratusan tahun. Beduk ini mempunyai panjang badan 292 cm, garis tengah
depan berukuran 194 cm, garis tengah belakang berukuran 180 cm. Bagian depan berukuran 601
cm dan keliling bagian belakang berukuran 564 cm.
6
Beduk Raksasa di Masjid Darul Muttaqin (Slamet Riyanto) Sedangkan, untuk penutup beduk
pada awalnya berasal dari kulit sapi liar jantan (banteng). Kemudian, pada tanggal 3 Mei 1936
diganti dengan kulit Lembu Ongale. Untuk sekeliling bagian depan dan belakang beduk dipasang
paku penguat, juga terbuat dari kayu jati. Paku penguat itu berjumlah 112 buah, untuk bagian
belakang berjumlah 98 buah. Di bagian dalam beduk dipasang sebuah gong supaya bunyinya
terdengar bergema.
Pembuatan beduk raksasa ini atas perintah KRA Cokronagoro I. Pembuatan dipimpin langsung
oleh Raden Tumenggung Prawironagoro, adik KRA Cokronagoro I.
Konon diceritakan, beduk raksasa itu selesai dibuat dan siap diangkut dan dimasukkan ke dalam
Masjid Agung. Mengingat besarnya beduk, Raden Tumenggung Prawironagoro kesulitan untuk
mengangkatnya. Akhirnya, atas usul tumenggung Prawironagoro sendiri, KRA Cokronagoro I
menunjuk Kiai Muhammad Irsyad-menantu KRA Cokronagoro I yang menjabat sebagai modin
atau kaum di Desa 5olotihang Lowanu-untuk mengangkutnya.
Pengangkatan memang selayaknya diterima Kiai Muhammad Irsyad, selain dia memiliki ilmu
pengetahuan agama yang sangat luas, kesaktiannya pun tidak diragukan lagi. Akhirnya, segala
godaan yang berusaha merintangi pengangkatan beduk rakasasa ini dapat ditanggulangi dan
beduk dapat dimasukkan ke dalam masjid.
Sebagaimana dimaklumi, beduk raksasa yang bernama Beduk Kiai Bagelan ini pernah diangkut
ke Jakarta dan ditabuh oleh Bapak Presiden Soeharto pada acara Takbir Nasional di malam Idul
Fitri tahun 1997. Kini, beduk ini telah dibuat duplikatnya dan ditempatkan di Museum Istiqlal,
Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
C. GOA SEPLAWAN
Keindahan Goa Seplawan
7
Goa seplawan terletak di pegunungan menoreh yang membentang dari kecamatan Bagelen
Purworrejo hingga kabupaten Magelang. Dan goa seplawan masuk wilayah kabupaten Purworejo
Jawa Tengah dan di sebelah timur berbatasan langsung dengan kabupaten Kulonprogo
Yogyakarta.Lokasi Goa Seplawan Tepatnya berada di desa Donorejo kecamatan Kaligesing
Purworejo Jawa Tengah.
Memasuki kawasan wisata Goa Seplawan, hawa sejuk begitu terasa disini. Lokasi goa seplawan
berada tak jauh dari area parkir, pengunjung cukup berjalan beberapa meter saja. Sebelum
memasuki goa seplawan, pengunjung akan disuguhi patung besar replika arca emas Dewa Siwa
dan Dewi Parwati. Dulu, Sekitar tahun 1979 bersamaan ditemukannya goa Seplawan kala itu
ditemukan pula patung emas dan berdasarkan identifikasi ahli sejarah waktu itu merupakan
patung Dewa Siwa dan Parwati. Saat ini patung tersebut disimpan di museum Nasional Jakarta
dan sebagai tanda ditemukan benda bersejarah maka dibuat patung replika. Dengan
ditemukannya patung tersebut menandakan bahwa goa seplawan mempunyai nilai sejarah yang
tinggi.
Untuk Selusur goa seplawan bisa dilakukan oleh siapa saja karena sangat aman dan mudah tanpa
peralatan khusus. Di dalam goa sudah tersedia lampu penerangan yang menerangi sepanjang
jalur wisata goa seplawan. Untuk menuju mulut goa harus melewati jalan paving yang
melingkar dan menurun. Untuk menuju goa pengunjung harus menuruni tangga yang tersedia.
Berada di mulut goa anda sudah merasakan keajaiban alam berupa stalaktit dan stalakmit yang
beraneka ragam nan indah.
Berjalan beberapa meter pengunjung akan mendapati sebuah kolam dengan airnya yang jernih.
Perjalanan tidak berhenti disini, karena ini baru awal. Untuk melanjutkan selusur goa seplawan,
pengunjung harus naik tangga kecil dan masuk lorong goa yang bisa dilalui satu orang saja.
Namun setelah melewati lorong tersebut, pengunjung akan melihat keindahan goa seplawan.
Pengunjung akan terkagum-kagum karena ternyata goa seplawan memiliki diameter yang besar
dan memanjang sepanjang lebih dari 700 meter.
8
Goa seplawan ini memiliki jalur buntu, karena tidak ada tembusan ke titik tertentu. Jadi untuk
keluar goa harus jalan balik dan keluar melalui pintu masuk. Goa ini memiliki cabang-cabang
yang banyak, dan cabang-cabang tersebut tidak disediakan lampu penerangan karena beberapa
jalur tersebut berupa goa vertikal dan ada juga yang berlumpur sehingga sering disebut istana
lumpur. Untuk memasuki cabang goa tersebut harus membawa alat penerangan sendiri dan harus
dengan pemandu.
Benteng Pendem
Bagi anda mungkin memang asing mendengar kata Benteng Pendem khususnya anda yang berda
di luar daerah Purworejo, Kota Purworejo juga pernah dijadikan tempat pangakaln militer
penjajah Jepang, hal itu dibuktikan dengan adanya peningggalan sebuah benteng kuno masa
penjajahan Jepang, dimana benteng ini dulunya digunakan oleh militer Jepang untuk menahan
gempuran Serangan dari arah pantai Selatan.Namun kini Benteng itu bisa berpotensi sebagai
objek wisata yang menarik apabila ada dana infrastuktur untuk pengolahannya.
Benteng Pendem terletak di perbukitan Dukuh Kaliwaru, Dusun Bapangsari Krendetan, Kec.
Bagelen di ketinggian 200 m di atas permukaan laut. Benteng Pendem ini merupakan
peninggalan tentara Jepang yang dibangun pada 1945 dengan jumlah seluruhnya 29 buah. Di
masa perang dulu tujuan dibangunnya benteng ini adalah sebagai tempat pertahanan dan
pengintaian Jepang dalam menghadapi musuh, terutama yang datang dari arah Laut Selatan.
Sayangnya, sebagai saksi bisu sejarah, benteng ini kurang terawat. Di masa datang diharapkan
benteng ini dapat menjadi perhatian Pemda terutama aspek perawatannya sehingga dapat
menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Selama ini lokasi Benteng banyak dikunjungi
muda-mudi sebagai tempat rekreasi.
9
BAB II
WISTA AIR
A. CURUG
1.
Curug Nabag
Curug nabag ini berlokasi di Desa Benowo, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. Curug ini
masih sepi pengunjung, karena jalan yang rusak, menanjak, curam dan bertebing. Untuk bisa ke
curug ini memang dibutuhkan tenaga ekstra dan niat, apalagi kalau panjenengan sesampai disana
hanya bisa melihat curug dari jarak tertentu karena akses langsung ke curugnya belum ada.
Akantetapi rasa capek panjenengan akan dibayar lunas oleh pemandangan eksotis yang
ditawarkan sepanjang jalan ke curug nabag, yakni perbukitan menoreh.
2.
Curug Klesem
10
Tidak jauh dari Curug Nabag, terdapat curug yang juga belum banyak dikunjungi manusia, curug
itu bernama Curug Klesem. Berbeda dengan curug nabag, panjenengan bisa merasakan langsung
airnya.
3.
Curug Benowo
Ternyata di Desa Benowo ada tiga curug, dan yang terakhir adalah curug Benowo sesuai nama
desanya.Ukuran curug Benowo termasuk kecil, karena air curug ini bersih warga setempat
memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari.
4.
Curug Kyai Kate
Curug ini terletak di desa Gunung Condong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo. Butuh
lebih dari 1 jam dari pusat kota Purworejo untuk sampai ke lokasi. Tidak seperti curug-curug
sebelumnya, tracking menuju ke lokasi cukup mudah berupa turunan dan relative mudah dilalui.
Curug yang memiliki ketinggian kurang lebih 25 meter ini sering dikunjungi warga setempat
sekadar untuk memancing, tapi untuk pengunjung luar masih belum banyak. Panjenengan bisa
merasakan derasnya air terjun dan panjenengan juga bisa bermain ala india-indiaan disana,
ciprat-cipratan basah.
11
5.
Curug Silangit
Curug Silangit termasuk curug yang unik karena memiliki tiga tingkatan terjunan. Terjunan
pertama berada pada ketinggian sekitar 30 meter. Terjunan ketiga dikenal dengan nama Curug
Siklotok. Kedalaman dari curug ini sendiri sekitar lima meter.
Lokasinya terletak di Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing. Jarak tempuhnya sekitar 16
kilometer dari pusat Kota Purworejo. Untuk sampai ke curug ini, Panjenengan tidak perlu
khawatir akan kesulitan menemukan lokasi. Curug ini terletak di tidak jauh dari tepi jalan raya
Kaligesing dan bisa ditempuh menggunakan transportasi umum.
Untuk menuji ke lokasi, Panjenengan perlu berjalan sekitar empat kilometer. Tiket masuk lokasi
Curug Silangit tergolong murah, hanya Rp2.500 per orang.
6.
Curug Muncar
Curug ini terletak di Desa Kaliwungu, Kecamatan Bruno. Dari pusat kota Purworejo,
Panjenengan perlu menempuh jarak sekitar 45 kilometer ke arah barat laut. Letak air terjun ini
pada ketinggian 900 meter di atas permukaan air laut. Curug ini cukup tinggi, kurang lebih 40
meter.
Curug ini menawarkan pemandangan pepohonan dan tebing-tebing yang indah. Lokasinya yang
relatif menanjak membuat para pengunjung untuk mempersiapkan ekstra tenaga.
12
B. PANTAI
1. Pantai Jatimalang
Pantai Jatimalang Indah terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Purworejo termasuk jajaran Pantai Selatan kurang lebih 17 km dari kota Purworejo dan kurang
lebih 60 KM dari kota Yogyakarta, Sebelah Timur berbatasan dengan Pantai di kawasan
Yogyakarta, sebelah barat berbatasan dengan pantai-pantai kecil di daerah Purworejo.
Pantai Jatimalang merupakan pantai yang menjadi andalan wisata kabupaten Purworejo. Pantai
yang satu ini menyimpan kelebihan dan keelokan tersendiri yang berbeda dibandingkan dengan
pantai yang lainnya. Pemandangan indah disaat sunset juga menjadi sesuatu yang nggak boleh
dilewatkan begitu saja oleh para penelusur.
Akses ke Pantai Jatimalang sendiri sangatlah mudah. Jika para penelusur ingin ke sana dengan
menggunakan kendaraan pribadi, maka langsung saja arahkan kendaraan ke arah selatan pusat
kota purworejo tepatnya ke Desa Jatimalang Kecamatan Purwodadi. Namun jika para penelusur
menggunakan angkutan umum, maka bisa angkot dari terminal Purworejo dengan trayek trayek
Purworejo-nampurejo. Tapi nggak semua angkot trayek itu sampai di pantainya, hanya beberapa
angkot yang bertuliskan Pantai Jatimalang di kaca depan ataupun belakang. Biaya masuknya
juga murah nih, hanya dengan biaya retribusi Rp. 3000/orang para penelusur bisa masuk dan
bermain sepuasnya di pantai ini.
Di Pantai Jatimalang, para penelusur bisa melakukan berbagai kegiatan wisata. Jika tidak ingin
bermain air pantai atau takut dengan ombak yang besar jangan khawatir dulu, tidak jauh dari
bibir pantai, berjejer kolam renang air tawar. Kolam ini termasuk unik karena terbuat dari terpal terpal berwarna-warni dan juga berada di pinggir pantai sehingga sambil berenang bisa melihat
pantai. Tidak jauh dari Pantai Jatimalang juga ada TPI (Tempat Pelelangan Ikan), ikan-ikan
tersebut berasal dari nelayan yang juga ada di Pantai Jatimalang.
13
Jika para penelusur ingin menikmati keindahan pantai namun malas jalan kaki, maka para
penelusur bisa menyewa ATV yang disewakan oleh masyarakat sekitar. Dengan tarif Rp
20.000/15menit para penelusur dapat berkeliling pantai tanpa rasa capek.
Di Pantai jatimalang ini para penelusur juga bisa menikmati indahnya matahari terbenam
maupun matahari terbit, jadi kurang apa lagi coba keindahan dari tempat yang satu ini?
Pantai Jatimalang sendiri juga sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan juga akomodasi
pendukung diantaranya yaitu toilet yang bersih, tempat bilas air tawar, dan juga berbagai tempat
penginapan dengan harga yang terjangkau.
Di sekitar Pantai Jatimalang juga terdapat beberapa warung makan seafood. Berbagai varian
menu olahan ikan laut ditawarkan di warung – warung tersebut dan bahkan di salah satu warung
ada yang menyediakan menu olahan yang sangat wow sekali, yaitu olahan menu dengan bahan
dasar daging ikan hiu!! Para penelusur nggak perlu khawatir soal harga, karena harganya
tergolong murah kok, jadi nggak bakalan deh bikin dompet para penelusur sampe kosong.
14
2. Pantai Ketawang
Pantai Ketawang terletak di dusun Ketawang, desa Ketawangrejo, kecamatan Grabag,
Purworejo. Tetapi tatkala saya browsing-browsing di inet, pantai Ketawang disebut juga dengan
pantai Jetis, padahal Jetis sendiri merupakan nama dusun di desa Patutrejo yang terletak di
sebelah timur desa Ketawangrejo. Usut punya usut setelah saya lihat di suatu peta, ternyata
kedua dusun tersebut juga saling berbatasan, sehingga kemungkinan kedua pantai tersebut juga
sulit untuk dicari batasnya. Lokasi secara astronomis terletak pada 7.849166667S, 109.895E
15
Double Grade
Untuk ke pantai ini yang paling mudah dari Kutoarjo tinggal menuju stasiun dan terus ikuti jalan
ke selatan hingga jalan Daendels dan ikuti lagi jalan ke selatan hingga ke pantai. Jika lewat jalan
Daendels dari Kebumen atau Jogja tinggal menuju bagian Purworejo yang jalannya dah acak
kadut dan sampai nemu petunjuk ke Ketawang. Bisa juga lewat jalan sebelum plang ke
Ketawang (dari arah Jogja) yang nanti melewati gerbang dengan tulisan selamat datang di pantai
Jetis, tinggal mengikuti jalan paving hingga pantai.
Di pantai ini sudah ada tempat parkir, tempat makan, dan tiada retribusi. Jenis pasir di pantai ini
adalah pasir besi yang hitam, dan ketika saya membaca beberapa plang di jalan masuk,
sepertinya dulu pantai ini menjadi tempat menambang pasir besi tapi sekarang sudah tidak lagi
dan sekarang sedang direklamasi. Pantai ini menjadi spot mancing pasiran dengan pancingnya
yang panjang-panjang dan saya hanya membawa tripot yang saya panjangkan kaki-kakinya :p.
Selain itu juga terdapat payung-payung buat tempat berteduh dan seperti bekas/mau dibikin
kolam renang (?) yang hanya berupa cerukan saja.
Kali dari rawa
16
Kalau masalah pemandangan pantai ini menurut saya biasa-biasa saja. Kalau cuma mau
menikmati sore atau ingin menikmati angin semilir ya masih ok lah. Dari pantai ini kita bisa
melihat pegunungan sewu dan menoreh di sebelah timur dan karst gombong di sebelah barat.
Yang paling menyita perhatian mata saya adalah adanya mercusuar yang lokasinya cukup dekat,
sekitar beberapa ratus meter barat laut dari pantai. Ketika menuju ke mercusuar, saya
menggunakan jalan pasir yang menuju ke barat yang berada di ujung jalan paving (mobil gak
bisa tembus), dan ternyata di tengah jalan, jalan ini dibelah oleh sungai kecil dan saya harus
melewati sungai tersebut tanpa jembatan, kira-kira sih dalamnya cuma 30 cm (gak separah banjir
Jakarta kok :p).
Mercusuar ini terletak di tengah rawa-rawa yang sudah dimanfaatkan sebagai kolam ikan dan
lahan bercocok tanam. Di tempat ini sudah ditulisi “dilarang memancing, ikan dipelihara”, tapi
banyak orang yang tetap memancing di sana. Mercusuar ini cukup tinggi dengan banyaknya
jumlah jendela, tapi sayangnya saya tidak masuk ke dalamnya. Kalau menurut saya, bangunanbangunan tinggi itu bagusnya kalau dilihat dari bawah karena terlihat itu bangunan apa, kecuali
kalau di dalam bangunan itu ada sesuatu yang menarik, atau mau main bungee jumping.
3. Puncak Geger Menjangan
17
Merupakan kawasan wisata alam, obyek utama yang banyak dinimkati pengunjung adalah
keindahan Kota Purworejo dan Pantai Selatan dipandang dari ketinggian puncak bukit. Selain
itu, kawasan Geger Menjangan masih menawarkan beberapa obyek rekreasi lainnya, yaitu taman
permainan anak, kolam renang dan meja bilyard. Kolam renang dan taman pemancingan terletak
di pintu masuk kawasan. Sedang meja bilyard berada di puncak bukit. Suguhan yang lebih
dikhususkan untuk kawula muda adalah arena minicross, panjat tebing dan lokasi berbagai
pertunjukan umum. Arena minicross berupa lahan cukup luas dengan kontur tanah yang sangat
menantang.
Di lokasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pertunjukan umum. Sedang panjat tebih telah
dibuat secara permanen dengan konstruksi baja berketinggian 15 meter. Memandang keindahan
panorama alam dari ketinggian itulah yang ditawarkan kawasan tersebut. Keindahan yang dapat
dinikmati dengan biaya yang sangat murah dan mudah dijangkau. Keindahan panorama memang
merupakan obyek pokok yang banyak disukai masyarakat, terutama para remaja. Untuk dapat
menikmati indahnya panorama tersebut, pengunjung ditantang untuk berolah raga jalan kaki
sejaun 1.800 m menyusuri jalan setapak yang telah dibangun dengan paving block.
Perjalanan dari pintu masuk obyek hingga puncak bukit memang cukup mengasyikkan.
Wisatawan ditantang untuk membuktikan kehandalan tenaga dengan mendaki bukit yang
tingginya sekitar 175 m di atas permukaan laun. Setelah sampai di puncak, wisatawan akan
menemukan sebuah bangunan berukuran 6 x 10 meter, itulah gardu pemandangan yang sengaja
dibangun untuk menikmati keindahan Kota Purworejo dan Pantai Selatan. Keindahan tersebut
akan menikmati secara lebih sempurna dikala cuaca cerah. Satu lagi tempat yang menarik di
Kawasan Geger Menjangan adalah sebuah makam tua yakni makan Kyai Imam Puro. Konon
merupakan cerita Kyai tersebut merupakan salah satu tokoh yang besar andilnya bagi keberadaan
Kabupaten Purworejo. Bahkan karena besarnya andil Kyai Imam Puro, sampai-sampai
sejarahnya pernah ditawarkan menjadi tonggak hari jadi Kabupaten Purworejo. Lokasi taman
wisata Geger Menjangan terletak di timur laut Kota Purworejo. Masuk dalam wilayah Kelurahan
Baledono Kabupaten Purworejo. Jaraknya hanya satu kilometer dari pusat kota. Tidak perlu
kendaran angkutan umum untuk mencapainya. Dengan berjalan kaki justru terasa lebih nikmat.
Sayangnya, kawasan seluas 20 hektar tersebut hingga kini masih ada kendala. Panduan tentang
pola pengembangannya telah ada, berupa rencana tapak kawasan lengkap dengan berbagai
programnya. Juga sudah ditetapkan dalam rencana umum tata ruang kota (RUTRK) dan rencana
tata ruang wilayah (RTRW). Akan tetapi belum ada investor yang dengan sungguh0sungguh
berani menanamkan modalnya untuk membuka usaha di kawasan ini.
Untuk mencapai ke sana bisa naik angkutan jurusan Kalibata, jalan yang arah ke Magelang,
dekat dengan pusat kota kabupaten.
18