PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS J. MARBUN            Diploma II dari Asian Institute of Technology (AIT), Bangkok,Thailand, 1993. S1 dari STKS Bandung, 1989 S2 dari Universitas.

Download Report

Transcript PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS J. MARBUN            Diploma II dari Asian Institute of Technology (AIT), Bangkok,Thailand, 1993. S1 dari STKS Bandung, 1989 S2 dari Universitas.

PENDEKATAN AWAL DALAM PEKSOS
J. MARBUN











Diploma II dari Asian Institute of Technology (AIT), Bangkok,Thailand, 1993.
S1 dari STKS Bandung, 1989
S2 dari Universitas Indonesia, Depok-Jakarta, 1996
S3 di Universitas Padjadajaran Bandung.
.
Pekerjaan: Dosen di STKS Bandung, UNLA Bandung, Akper Hasan Sadikin,
1990 – sekarang.
Bekerja di Organisasi dunia OMEP untuk wilayah Indonesia.
Konsultan & Narasumber di Direktorat PRS Napza, Depsos RI.
Narasumber di Direktorat RTS, Depsos RI.
Tenaga pengajar di Diklat Pegawai Margaguna, TKSM Cawang dan Balai
Besar Diklat Pekerjaan Sosial Lembang.
Tenaga pelatih di Diklat Pemda Propinsi Jawa Barat & Manado.
Pelatihan yang pernah di ikuti: Korea Selatan, Hongkong, Singapore,
Bangkok, dan Malasya. Sedangkan di dalam negeri pelatihan penelitian
dalam ilmu-ilmu sosial, Supervisi, praktikum, aplikasi model praktek pekerjaan
sosial, Mapping, hypno system therapy, Schizophrenia, dan pencatatan kasus
dalam pekerjaan sosial.
KONTAK:intake,engagement & contract
INTAKE:
Permintaan akan pelayanan (request for
services).
Pekerja sosial & klien (PPKS)
Informasi tentang Alokasi sumber.
Proses transaksi awal sesuai dengan
eligibilitas badan sosial.
Penetapan rumusan pelayanan.
ENGAGEMENT
Aksesibilitas pelayanan
Memahami dan mengevaluasi masalah
klien.
Menentukan bagaimana kebutuhan klien
dicapai.
Menciptakan kerjasama dan hubungan
positif.
Membuat rancangan kontrak antara
peksos, badan sosial dan klien.
Menciptakan aksesibilitas pelayanan dalam
pelaksanaan intake & engagement:
Menghubungkan klien dengan lembaga
pelayanan (access services).
Menjelaskan prosedur dan mekanisme
pelayanan (access procedure).
Mekanisme hubungan peksos dengan
keluarga dan klien (linkage mechanism).
Tindakan awal untuk memulai kegiatan
(leverage point).
Menciptakan motivasi klien selama proses
intake & engagement (ilustrasi praktek):
 Desire (hasrat)
 Support (sokongan)
 Need (kebutuhan)
 Reward (hadiah)
 Punishment (konsekuensi)
 Ambition (semangat tanpa perhitungan)
 Want (kemauan)
 Expectation (harapan)
 Goal/objectives (tujuan)
Perspektif Peksos selama proses intake
dan Engagement:
Kapasitas (capacity)
Kemampuan (capability)
Kompetensi (competencies)
Catatatn penting: Aplikasikan dengan
contoh kepada peserta agar dapat
dipahami dengan baik
KONTRAK (CONTRACT):
 Konsensus (consensual).
 Kesepahaman (mutual agrement)
 Penerimaan (acceptance)
 Kepentingan kedua semua pihak (reciprocal)
 Adanya tanggungjawab (responsibility)
 Berjenji untuk melaksanakan tugas-tugas
tertentu (promise to perform certain tasks).
 Adanya periode waktu (time period).
Jenis-jenis Kontrak:
Kontrak awal (preliminary contracts):
bergabung, diagnosa, diterima atau ditolak
Kontrak utama (primary contracts):
sertifikasi persyaratan calon klien untuk
diterima.
Kontrak tambahan (secondary contracts):
adanya batasan waktu untuk klien dalam
menerima pelayanan sehubungan dengan
pengubahan perilaku tertentu.
Rumusan Pendekatan Awal
A. Membangun Hubungan Profesional:
1. Hubungan profesional yang terjadi
karena dibutuhkan klien.
2. Hubungan profesional yang
memberikan motivasi dan energi.
3. Hubungan profesional yang mengarah
pada dukungan kemasyarakatan.
4. Hubungan profesional adalah suatu
transaksi.
Lanjut:
5. Hubungan profesional memerlukan kejujuran,
iklas dan realistis.
6. Hubungan profesional adalah salah satu
kelengkapan peranan pekerja sosial.
7. Hubungan profesional adalah bersifat timbal
balik, mutualiti, dan hubungan persahabatan
yang nyata.
8. Hubungan profesional: Immediate, intermediate,
long-term change (bedakan hub.pribadi,
profesional dan pertolongan).
B. Membangun Hubungan Pertolongan:
Hub. Pertolongan membedakan individu
yang satu dengan yang lain (contoh
masalah menu makanan di panti).
Hub/ Pertolongan mendorong klien melihat
dirinya secara positif (best self).
Peksos membuka diri untuk memperhatikan
harapan dan pengungkapan perasaan (tidak
larut/not involvement seperti minuman kopi).
Lanjut:
 Hub.Pertolongan adalah klien harus mampu
melakukan beberapa hal yang sederhana:
menyalahkan dirinya atas masalah yang
dihadapi, bertang-gungjawab atas tugas ttt, rasa
malu atas kekeliruan, dan ketidak berdayaannya
atas masalah yang dihadapi.
 Hub.pertolongan dimana peksos mengembangkan sistem klien potensial dalam kelompok ttt.
 Hub. Pertolongan dimana peksos
mengembangkan konsep peranan dalam diri
klien.
ASESMEN DALAM PEKERJAAN SOSIAL
Asesmen adalah dua hal penting: proses
dan produk/hasil.
Proses: klien menceritakan masalahnya
dan pekerja sosial memahaminya dengan
baik dan tahu apa yang akan dilakukan.
Product/hasil: pekerja sosial memahami
masalah klien dengan baik dan tahu jalan
keluarnya (memilah dari cerita klien).
Jadi asesmen: identifikasi, investigasi,
judgment, dan decision.
Hakekat Pengertian:
Assessment involves both lifelong and
critical thinking as you bring your
professional knowledge and the client’s
experience together in a process of
reflection, analysis, and synthesis. Using
theorethical and empirical knowledge
within the context of a person and situation
perspective, you asessess individuals,
families, groups, organization &
environment.
Unsur-unsur penting dalam asesmen:
 Lifelong and critical thingking (lama dan memerlukan
pemikiran yang kritis)
 Professional knowledge (pengetahuan yang profesional)
 Client’s experience (pengalaman klien)
 Process of reflection, analysis, and synthesis (proses
refleksi, analisis, sintesis)
 Using theorethical and empirical knowledge
(menggunakan pengetahuan teori dan empiris)
 Individuals, families, groups, organization & environment
(Individu, keluarga, kelompok, organisasi dan
lingkungan).
Langkah-langkah asesmen:
Mengenal masalah klien secara jelas.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
masalah klien.
Tingkat permasalahan klien
Kelompok Risiko Tinggi
Gejala Dini
Ciri-ciri masalah
Lanjut:
Perubahan Fisik klien
Perubahan Psikologis klien
Perubahan Perilaku Sosial klien
Dampak masalah secara: fisik, psikologis
dan sosial.
Masalah lain di luar masalah klien yang
ditangani
Alat deteksi yang digunakan.
Asesmen Masalah dalam Peksos:
A. Jenis masalah yang dihadapi klien:
1. Penyebab masalah klien
2. Persepsi klien terhadap diri & masalahnya, nilai
yang dianut, kemampuan yang dimiliki,
B. Harapan thd masa depan, beberapa pengalaman
hidup yang paling berkesan serta perasaannya
selama ini.
C. Kebutuhan pelayanan yang dirasakan klien.
D. Bagaimana program intervensi dilakukan.
Catatan: lihat contoh 1 asesmen dalam Peksos.
RENCANA INTERVENSI DALAM PEKSOS
1. Perencanaan: proses dan outcomes dari
hasil asesmen.
2. Perencanaan: sengaja, rasional dan
berorientasi ke masa depan (deliberate,
rational and future oriented).
3. From problem definition to problem
solution.
4. From knowing what is wrong to knowing
what is to be done (what, how, why, when,
where).
Model Rasional dalam Renc.intervensi:
 Sistematis: pemilahan dari kisah dan masalah
klien.
 Empiris: masalah yang dialami klien
 Logis: didasarkan pada analisa ilmu
pengetahuan.
 Melakukan prediksi terhadap Goal-directed,
decision-making.
 Prognoses dan prediction: perkiraan masalah
dan standard yang diinginkan dan tidak
diinginkan.
Tujuan, Target dan Kegiatan dalam
Renc.Intervensi (Goals, Objectives, and Tasks)
Tujuan (goals) adalah tingkatan
pencapaian akhir.
Target (objectives) adalah program yang
dimiliki untuk mencapai goals.
Kegiatan (tasks) adalah aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai program yang
dimaksud.
Ciri-ciri objectives dan tasks yang baik:
Target yang maju dan jamak
(Comprehensive dan multiple).
Explicit dan understanable.
Specific
Directly to the client’s concerns, capacities,
and self-concept.
Social functioning
Client’s achievement
Attainable and realistic
Time-limited and periodic.
PRINSIP RENCANA INTERVENSI
Mendidik, berpadu dan menumbuhkan klien
(Educational, integrative and growth for the
client).
Comprehensive, multifunctional,
multiservice in nature.
Working with the client’s strengths
Concrete services for the client
Primary responsibility and essential tasks.
Agreement about services.
Keputusan menentukan intervensi:
Perhatikan prosedur, tujuan, biaya,
keuntungan dan kerugian bagi klien.
Buatlah beberapa rencana intervensi agar
klien dapat memilih yang sesuai dengan
masalahnya terutama sesuai dengan nilai
dan situasi kehidupannya.
Rencana intervansi berkaitan dengan
kompetensi dan self-esteem klien.
Memungkinkan terjadinya sistem referal.
Gambaran isi Rencana Intervensi:
Fokus dan akar masalah klien
Tujuan pemecahan masalah
Indikator keberhasilan pemecahan
masalah
Sistem dasar praktek yang digunakan:
sistem klien, sasaran, kegiatan dan
pelaksana perubahan.
Lanjut:
Program Rencana Intervensi: tugas-tugas
motivasi, meningkatkan kemampuan klien,
menciptakan kesempatan, memobilisasi
sumber, dan menetapkan perubahan
terhadap diri klien.
Metoda pertolongan yang digunakan:
Model pendekatan, metoda dan teknik
pekerjaan sosial, strategi dan taktik
pertolongan.
INTERVENSI DALAM PEKERJAAN SOSIAL
Intervensi adalah implementasi asesmen dan
rencana intervensi (kesalahan asesmen dan
rencana intervensi berakibat fatal pada klien).
Intervensi berorientasi pada kegiatan dan
perubahan.
Intervensi berusaha meningkatkan
kepercayaan diri klien dengan membantu
menampilkan perilaku tertentu, menumbuhkan keasadaran dan memanfaatkan orang
yang terkait (significant others).
Posisi Pekerja Sosial dalam Intervensi:
Koordinator, yang mendistribusikan tugas,
wewenang, peran dan fungsi sistem
pelaksana intervensi.
Kolaborasi diantara tim pelaksana
intervensi sangat dibutuhkan terutama
berkaitan dengan disiplin lain
Pekerja sosial sebagai salah satu profesi
yang membantu profesi lain.
Model Intervensi Awal dalam Peksos:
Kelayakan maksimal (maximum feasibility)
dari program intervensi.
Sumber-sumber yang tersedia terutama
motivasi dan kemampuannya untuk
berubah.
Availabilitas pelayanan terutama
pelayanan yang berkaitan dengan
pemecahan masalah klien.
Prinsip Intervensi dalam Peksos:
Pekerja sosial dan klien dapat melakukan
kolaborasi.
Mendorong klien untuk komit pada dirinya
sendiri dalam melakukan perubahan.
Mempengaruhi secara tidak sadar dan
juga merubah “Influence and change”
perilaku, situasi, dan lingkungan klien.
Klien belajar, menghubungkan,
memecahkan kembali masalahnya.
Teknik-teknik melakukan influence:
Induce: melakukan perubahan secara
perlahan-lahan.
Persuade: melakukan perubahan dengan
cara membujuk.
Direct obedience: melakukan perubahan
dengan mentaati aturan tertentu.
Coerce: melakukan perubahan dengan cara
paksaan.
Catatan: klasifikasikan klien anda dengan
menggunakan teknik ini.
Intervensi situasi dalam Peksos:
Redefinisi situasi klien yang membedakan
klien dalam keluarga dan dalam panti
(situational redefinition).
Memberikan fokus masalah kembali
terutama isu nyata, faktor baru, dilema,
dan perilaku tertentu (refocusing attention)
Mengurangi tekanan yang datang dari luar
karena kerja keras, penghasilan yang
tidak memadai, ketidak harminisan
keluarga (stress reduction).
Lanjut:
Merubahan setting perilaku klien: induce,
persuade, direct, coerce terutama selama
proses intervensi (change in behavior
setting).
Merubah iklim berpikir klien terutama
memaksimalkan motivasi dirinya untuk
berubah (changing the climate of opinion).
Memadukan kehidupan nyata dan masalah
klien terutama dengan menciptakan “new
values, life goals, and life styles”.
EVALUASI DAN TERMINASI DALAM PEKSOS
A. EVALUASI: pekerja sosial harus melihat
kembali tingkat keberhasilan, kegagalan
dan hambatan yang terjadi.
B. EVALUASI: proses dan hasil. Bisa saja
proses bagus tetapi hasil jelek atau
sebaliknya, yang paling baik adalah duaduanya baik.
C. EVALUASI: dilakukan selama intervensi
berlangsung secara komprehensif.
Alasan pekerja sosial melakukan Evaluasi:
Tanggungjawab profesional untuk
menunjukkan pencapaian dan kegagalan
intervensi.
Kegagalan dalam melakukan intervensi
merupakan pengalaman belajar untuk
memperbaikinya dimasa yad.
Memperkuat klien dalam menghadapi
masalah yang sama di masa yang akan
datang.
Dapat diukur keberhasilan dan kegagalan.
Ada 2 tingkatan pengukuran dasar:
Pengukuran dilakukan dengan hasil yang
akan dicapai.
Berhubungan dengan evaluasi usaha
intervensi ialah proses dimana hasil
tersebut telah tercapai.
Catatan: bandingkan hasil yang akan
dicapai dengan hasil yang telah dicapai.
Contoh hasil yang akan dicapai adalah
1,2,3,4,5 sedangkan hasil yang telah
dicapai adalah 1, 3, dan 5. Poin 2 dan 4
tidak dicapai.
Contoh kasus evaluasi Proses:
Klien pertama kali masuk di panti diantar
keluarga. Pada hari pertama klien tidak
mau ditinggal sendirian di panti,
kemauannya keluarga juga harus tinggal di
panti.
Hari kedua, klien menangis dan
mengisolasi diri karena sedih ditinggal
keluarga.
Hari ketiga, klien sudah mau berkenalan
dengan teman sekamarnya.
Hari ke empat, klien melarikan diri dari panti
Pertanyaan:
Manakah evaluasi proses dalam kasus
klien itu?
Manakah evaluasi hasil dalam kasus klien
itu?
Alasannya apa ?
TERMINASI
TERMINASI: pemutusan hubungan
pelayanan sosial antara pekerja sosial,
panti dan klien.
TERMINASI: dapat dilakukan kapan saja
selama proses intervensi/pelayanan
berlangsung, apabila situasi menghendaki.
TERMINASI: dapat terjadi karena
kemauan klien, ketiadaan pelayanan yang
sesuai bagi klien, dan pelayanan di tempat
lain telah tersedia.
Beberapa contoh alasan terminasi:
Calon klien tidak memenuhi persyaratan
untuk dijadikan klien.
Klien yang sedang mengalami masalah di
luar kemampuan panti seperti sakit
permanen, gangguan jiwa dan
membutuhkan pelayanan disiplin lain.
Klien tidak suka kepada pekerja sosial
dengan alasan tertentu seperti keterlibatan
emosional yang dalam dan unsur-unsur
pribadi (seharusnya hubungan profesional)
Lanjut:
Klien kabur dari panti dengan alasan: tidak
menyukai kehidupan panti, tidak puas
dengan pelayanan panti, fasilitas panti
yang tidak memadai, arogansi penampilan
petugas panti yang tidak bersahabat (aku
patuh karena takut atau aku takluk karena
segan, lihat senyum tidak selalu enak
dilihat, maka jangan paksakan senyum jika
tidak enak bagi orang lain).
Contoh kasus klien dalam Terminasi:
Catatan pekerja sosial menunjukkan
bahwa calon klien tidak dapat menerima
pelayanan karena orang tuanya tidak
mampu membayar biaya panti per bulan
yang mencapai Rp.1.000.000,-.
Sebenarnya panti dapat menerima klien
jika kepala panti memiliki kebijakan
dengan sistem subsidi silang, yaitu orang
kaya banyak yang membayar lebih dari 1
juta Rp per bulan, bahkan ada yang 5 juta
Rp. Per bulan.
Lanjut: kasus
Keluarga calon klien tetap tidak mau
membayar berapapun dan memaksakan
anaknya diterima di panti tersebut.
Disamping itu mereka membawa surat
sakti (memo) dari kepala dinas sosial
setempat yang menyatakan supaya calon
klien diterima di panti itu.
Pertanyaan: bagaimana anda sebagai
seorang pekerja sosial melakukan
terminasi tanpa menyakiti hati orang tua,
calon klien dan kepala dinas itu ?
BIMBINGAN LANJUT
Binjut adalah serangkaian kegiatan proses
rehabilitasi sosial, sebagai upaya lebih
memantapkan kemandirian klien baik
berupa konsultasi, bantuan ulang,
bimbingan peningkatan/pengembangan/
pemasaran maupun petunjuk lain untuk
memperkuat kondisi kehidupan klien.
Binjut dapat dilakukan dengan dua model:
model pelayanan panti di luar panti dan
model pelayanan berbasis masyarakat di
luar panti.
Pelayanan sosial berbasis panti:
Adalah pelayanan sosial yang dilakukan di
dalam panti adalah proses rehabilitasi
sosial dimana klien secara totalitas berada
di dalam panti.
Adalah pelayanan sosial panti yang
kegiatannya dilakukan di luar panti, seperti
binjut dimana klien berada di luar panti
tetapi masih menerima pelayanan panti.
Pelayanan sosial berbasis masyarakat:
Adalah pelayanan sosial yang dilakukan
oleh masyarakat itu sendiri untuk
mengatasi masalah sosial yang ada.
Adalah pelayanan sosial yang difasilitasi
pemerintah, namun yang melaksanakan
adalah masyarakat atau semua kalangan/
lapisan masyarakat.
Prinsip-prinsip dalam Binjut:
Partisipasi, keikutsertaan secara aktif
keluarga/ masyarakat untuk memberikan
dukungan kepada eks klien secara wajar
dan normatif.
Pemberdayaan, melibatkan eks klien
dalam berbagai kegiatan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemitraan, kerjasama antara petugas
binjut dengan sumber-sumber yang
menjunjung kepedulian, kebersamaan, dan
kesepahaman.
Jenis/Program Binjut:
Brokering, menjembatani eks klien dengan
pemilik sumber dengan cara: identifikasi
dan penggalian sumber dan pemiliknya,
pendekatan kepada pemilik sumber,
negosiasi dengan pemilik sumber.
Konseling, menerima eks klien setiap
waktu mengungkapkan perasaan dan
masalah yang dihadapinya, berupa: face to
face, hotline services, sms, dll, terutama
eks klien diberikan respons yang baik.
Lanjut:
Bimbingan kelompok, kegiatan yang bisa
mengembangkan kemampuan pribadi eks
klien melalui kelompok.
Advokasi bagi eks klien yang mengalami
kegagalan dari satu atau beberapa usaha,
akibatnya menimbulkan rasa frustrasi dan
ketidak berdayaan. Situasi ini jika tidak
dibantu peksos, eks klien dapat kembali ke
titik nol.
Kasus Binjut:
Seorang eks klien mendapatkan
kemudahan berusaha di masyarakat
berupa pinjaman kredit dari Bank swasta
sebesar Rp.10 juta dan dicicil setiap bulan
dengan suku bunga tertentu. Suatu saat
usahanya bangkrut dan tidak mampu
membayar cicilan bank. Pihak bank
memaksa eks klien untuk membayar
cicilan sesuai dengan kesepakatan awal,
namun eks klien tidak mampu.
Pertanyaan:
Apakah yang dilakukan pekerja sosial
dalam rangka binjut ?
Siapakah pihak yang dihubungi pekerja
sosial ?
Apa solusi yang ditawarkan pekerja sosial
untuk mengatasi masalah itu?