Transcript Sayangi Ibu

Slide 1

Sudah
bahagiakah
IBU mu…??


Slide 2


Slide 3

SURAT SEORANG IBU


Slide 4

Wahai Anakku!
Inilah surat dari
ibumu yang lemah,
yang ditulis dengan
penuh rasa malu
setelah lama
mengalami keraguan
dan kebimbangan.


Slide 5

Ibu pegang penanya berkali-kali
lantas terhenti, dan ibu letakkan
lagi pena itu karena air mata
berlinang berkali-kali yang disusul
dengan rintihan hati.


Slide 6

Wahai Anakku!
Sesudah perjalanan waktu yang
panjang, ibu rasa engkau sudah
dewasa dan memiliki akal
sempurna maupun jiwa yang
matang.


Slide 7

Sedangkan ibu punya
hak atas dirimu, maka
bacalah sepucuk
surat ini; dan jika
tidak berkenan
robek-robeklah
sebagaimana engkau
telah merobek-robek
hati ibu.


Slide 8

Wahai Anakku!
Dua puluh lima tahun yang lalu
adalah hari yang begitu
membahagiakan hidup ibu.
Ketika dokter memberitahu ibu,
ibu sedang mengandung.


Slide 9

Semua ibu tentu mengetahui
makna ungkapan itu, yakni
terhimpunnya kebahagiaan
dan kegembiraan, serta awal
perjuangan seiring dengan
adanya berbagai perubahan
fisik maupun psikis.


Slide 10

Sesudah berita
gembira itu ibu
peroleh, dengan
senang hati, ibu
mengandungmu
selama sembilan
bulan.


Slide 11

Ibu berdiri, tidur, makan dan
bernafas dengan susah payah.
Namun itu semua tidak
menyebabkan surutnya cinta ibu
padamu dan kebahagiaan ibu
menyambut kehadiranmu. Bahkan
rasa cinta dan kerinduan ibu
padamu tumbuh subur dan
berkembang hari demi hari.


Slide 12

Ibu mengandungmu dalam kondisi
yang lemah dan bertambah lemah,
payah dan bertambah payah. Ibu
sangat bahagia meski bobotmu
semakin berat, padahal kehamilan
itu sangat berat bagi ibu.


Slide 13

Itulah perjuangan yang akan
disusul dengan cahaya fajar
kebahagiaan setelah berlalunya
malam panjang, yang membuat ibu
tidak bisa tidur dan kelopak mata
ibu tak bisa terpejam.


Slide 14

Ibu merasakan derita yang sangat,
rasa takut dan cemas yang tak bisa
dilukiskan dengan pena dan tak
sanggup diungkapkan dengan
retorika lisan. Ibu telah berkali-kali
melihat kematian dengan mata
kepala ibu sendiri, sehingga
akhirnya engkau lahir ke dunia ini.


Slide 15

Air mata tangismu yang
bercampur dengan air mata
kegembiraan ibu telah menghapus
seluruh derita dan luka yang ibu
rasakan.


Slide 16

Wahai Anakku!
Telah berlalu tahun demi tahun
dari usiamu, dan dirimu selalu ibu
bawa dalam hati ibu. Ibu
memandikanmu dengan kedua
tangan ibu. Pangkuan ibu sebagai
bantalmu. Dada ibu sebagai
makananmu. Ibu berjaga
semalaman agar engkau bisa tidur.


Slide 17

Ibu susuri siang hari dengan
keletihan demi kebahagiaanmu.
Dambaan ibu tiap hari adalah
melihatmu tersenyum. Dan idaman
ibu setiap saat adalah engkau
meminta sesuatu yang ibu sanggup
lakukan untukmu. Itulah puncak
kebahagiaan ibu.


Slide 18

Itulah hari-hari dan malam yang
ibu lalui sebagai pelayan yang tak
pernah menyia-nyiakanmu sedikit
pun. Sebagai wanita yang
menyusuimu tiada henti, dan
sebagai pekerja yang tak pernah
putus hingga engkau tumbuh dan
menjadi seorang remaja.


Slide 19

Dan mulailah nampak tanda-tanda
kedewasaanmu. Ketika itu pula,
ibu kesana kemari mencarikan
calon istri yang kau inginkan. Lalu
tibalah saat pernikahanmu. Denyut
jantung ibu terasa berhenti dan air
mata ibu deras bercucuran karena
gembira melihat hidup barumu
dan karena sedih berpisah


Slide 20

Saat-saat yang begitu berat telah
lewat. Namun engkau seolah bukan
lagi anak ibu, seperti yang ibu kenal
selama ini. Sungguh engkau telah
mengabaikan diri ibu dan tidak
mempedulikan hak-hak ibu. Hari-hari
berlalu dan ibu tidak lagi melihatmu
dan tidak pula mendengar suaramu.
Engkau masa bodoh kepada ibu yang
selama ini menjadi pelayan yang


Slide 21

Wahai Anakku!
Ibu tidak meminta apa pun selain
posisikanlah diri ibu ini seperti
kawan-kawanmu yang terdekat
denganmu. Jadikanlah ibu
sebagai salah satu terminal
hidupmu sehari-hari, sehingga
ibu dapat melihatmu meskipun
sekejap.


Slide 22

Wahai Anakku!
Punggung ibu telah bongkok.
Anggota tubuh ibu telah gemetaran.
Beragam penyakit telah membuat ibu
semakin ringkih. Rasa sakit
senantiasa mendera ibu. Ibu sudah
susah untuk berdiri maupun duduk,
namun hati ibu masih sayang
padamu.


Slide 23

Andaikan ada seseorang yang
memuliakanmu sehari, tentu
engkau akan memuji kebaikannya
dan keelokan budinya. Padahal,
ibumu ini telah benar-benar
berbuat baik kepadamu, namun
engkau tak melihatnya dan tak
mau membalas kebaikannya.


Slide 24

Ibumu telah menjadi

pelayanmu dan telah
mengurusmu bertahun-tahun.
Lantas manakah balas budi dan
hak ibu yang harus engkau
tunaikan? Sekeras itukah hatimu?
Apakah hari-hari sibukmu telah
menyita seluruh waktumu?


Slide 25

Wahai Anakku!
Ibu merasakan kebahagiaan dan
kegembiraan bertambah saat
melihatmu hidup bahagia, karena
engkau adalah buah hati ibu. Apa
salah ibu sehingga engkau memusuhi
ibu, tak suka melihat ibu, dan engkau
merasa berat untuk mengunjungi ibu?
Apakah ibu pernah berbuat salah
padamu atau pelayanan ibu kurang


Slide 26

Jadikanlah ibu seperti pelayanpelayanmu yang engkau beri upah.
Curahkanlah setitik kasih
sayangmu. Renungkanlah jasa ibu
dan berbuat baiklah. Sungguh,
Allah amat menyukai orang-orang
yang berbuat baik.


Slide 27

Wahai Anakku!
Ibu sangat berharap bisa bersua
denganmu. Ibu tak ingin apapun
selain itu. Biarkanlah ibu melihat
muramnya wajahmu dan
episode-episode kemarahanmu.


Slide 28

Wahai Anakku!
Sisakan peluang di hatimu untuk
berlembut-lembut dengan seorang
wanita renta, yang diliputi kerinduan
dan dirundung kesedihan ini. Yang
menjadikan kedukaan sebagai
makanannya dan kesedihan sebagai
selimutnya. Engkau cucurkan air
matanya. Engkau membuat sedih
hatinya dan engkau memutuskan


Slide 29

Ibu tidak mengeluhkan kepedihan
dan kesedihan ibu kehadirat-Nya,
karena jika ibu adukan perkara ini
ke atas awan dan ke pintu gerbang
langit sana, ibu khawatir hukuman
akan menimpamu, dan musibah
akan terjadi dalam rumah
tanggamu, lantaran
kedurhakaanmu.


Slide 30

Karena ibu teringat peringatan junjungan
kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam:
"Maukah kalian aku sampaikan tentang
dosa yang terbesar?" Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam
mengucapkannya tiga kali. Para sahabat
menjawab, "Ya, wahai Rasulullah". Beliau
bersabda, "Menyekutukan Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua." (HR.
Bukhari).


Slide 31

Camkanlah wahai Anakku!
Ketuaan mulai nampak dalam belahan
rambutmu. Tahun demi tahun akan
berlalu, dan engkau akan menjadi tua
renta, sedangkan setiap perbuatan
pasti akan dibalas setimpal. Engkau
akan menulis surat kepada setiap
anak-anakmu dengan cucuran air
mata, sebagaimana yang ibu tulis
untukmu.


Slide 32

Dan di sisi Allah, akan bertemu
orang-orang yang berselisih, hai
Anakku. Maka bertakwalah engkau
kepada Allah terhadap ibumu.
Usaplah air matanya dan hiburlah
agar kesedihannya sirna.


Slide 33

Robek-robeklah surat ini
setelah engkau membacanya.
Namun ketahuilah, siapa saja yang
beramal shaleh, maka keshalehan
itu buat dirinya sendiri, dan siapa
yang berbuat jahat, maka balasan
buruk bakal menimpanya.


Slide 34

Maaf kan jika
surat ini telah
membebani
perasaanmu.