Transcript Presentasi Ekspos Penelitian Blotong Cilegon
Slide 1
KAJIAN PENGELOLAAN BLOTONG
MENJADI PUPUK ORGANIK
Cilegon, 27 Desember 2011
Tim Kajian Pupuk Organik
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
Slide 2
PENDAHULUAN
• Blotong merupakan salah satu limbah produksi
gula yang didapat dari proses pemurnian nira
tebu, dimana tingkat pencemarannya paling
tinggi yaitu 35% (Setiyono, 1992; Solihin, 2008).
• Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan
cara penumpukan (open dumping). Pabrik
membeli sejumlah besar lahan kemudian
langsung membuang limbahnya di tempat itu.
• Pemanfaatan
blotong
sebagai
bahan
pembuatan pupuk organik dikarenakan blotong
mudah didapat, mengurangi pencemaran
lingkungan dan dapat meningkatkan hasil panen
karena mengandung unsur hara esensial
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Sugiyarto, 1992).
[email protected]
Slide 3
TUJUAN PENELITIAN
1. mengetahui pengaruh pemberian dekomposer,
aerasi dan fosfat alam terhadap laju dekomposisi
kompos kompos blotong di Cilegon.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dekomposer,
aerasi dan fosfat alam terhadap kualitas kompos
blotong di Cilegon.
[email protected]
Slide 4
CATATAN PENELITIAN
[email protected]
Slide 5
CATATAN PENELITIAN
Sifat Tanah
Karbon (%)
Sangat
Rendah
< 1,00
Rendah
1,00-2,00
Sedang
2,01-3,00
Tinggi
3,01-5,00
Sangat
Tinggi
>5,00
Nitrogen(%)
< 0,10
0,10-0,20
0,21-0,50
0,51-0,75
>0,75
<5,0
5,0-7,9
8,0-12,0
12,1-17,0
P2O5 eks- HCl (%)
<0,021
0,021-0,039
0,0400,060
0,0610,100
P-avl Bray-II (ppm)
<8,0
8,0-15
16-25
26-35
>35
P-avl Olsen (ppm)
<10
10-25
26-45
46-60
>60
K2O eks-HCl (mg/100 )
<0,03
0,03-0,06
0,07-0,11
0,12-0,20
10-16
17-24
25-40
C/N
KTK/CEC (me/100 )
<5
>17
>0,100
>0,20
>40
Susunan Kation
K-tukar ( me/ 100 )
<0,1
0,1-0,2
0,3-0,5
0,6-1,0
>1,0
Na-tukar (me/ 100)
<0,1
0,1-0,3
0,4-0,7
0,8-1,0
>1,0
Mg-tukar (me/ 100)
<0,4
0,4-1,0
1,1-2,0
2,1-8,0
>8,0
Ca-tukar (me/ 100)
<2,0
6-10
11-20
>20
Kejenuhan Basa (%)
<20
20-35
36-50
51-70
>70
Kejenuhan Al (%)
<10
10-20
21-30
31-60
>60
2-5
[email protected]
Slide 6
DIAGRAM ALUR
Limbah Blotong
Teknik Pengomposan
Kompos Blotong
Kompos Blotong
Kompos Blotong
Murni
Diperkaya dengan
Fosfat Alam
[email protected]
Slide 7
TEKNIK PENGOMPOSAN BLOTONG DENGAN
SISTEM WINDROW COMPOSTING
DEKOMPOSER
SUHU 30-60C
Berbagai merk
produk tersedia
diberikan sesuai
dengan petunjuk
(rata-rata 0,25%)
Pengomposan
yang baik
menghasilkan
kenaikan suhu
AIR 40-60%
AERASI
Pertahankan
kadar air tersebut
Lakukan
pembalikkan
bahan kompos
berkala, 1
minggu 1 kali
2- 4 MINGGU
Kompos matang: bau tanah,
coklat kehitam-hitaman,
volume/bobot kompos
menyusut 20-40%, suhu
mendekati suhu awal
pengomposan
LIMBAH BLOTONG
Berukuran halus
ditumpuk dengan
dimensi 1x1x1 m & tutup
dengan plastik hitam
Jika ρ = 1 g/cm3 maka
tumpukan blotong
tersebut berbobot 1 ton
[email protected]
CEK:
Suhu setiap hari, kadar
air, air buangan --saluran khusus?
Slide 8
Teknik Pengomposan Windrow Composting
[email protected]
Slide 9
Teknik Pengomposan Windrow Composting
[email protected]
Slide 10
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 kali pengulangan sehingga
terdapat 32 unit pengomposan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
K0= kontrol
K1= aerasi pembalikan
K2= dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3= dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4= dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5= dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6= dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7= dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
[email protected]
Slide 11
HASIL & PEMBAHASAN
Suhu (o C)
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap Suhu
Kompos
50
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
K0
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (hari)
[email protected]
Slide 12
HASIL & PEMBAHASAN
• Dekomposer mampu untuk mempercepat proses dekomposisi
limbah blotong yang berlangsung intensif pada awal proses
pengomposan.
• penggunaan mikroorganisme pengompos tertentu (dekomposer)
dimaksudkan untuk mempercepat proses pengomposan dan
meningkatkan mutu kompos.
• Aerasi diperlukan agar udara dapat mengalir ke dalam tumpukan
untuk mencukupi suplai oksigen (O2) yang diperlukan untuk
penguraian bahan organik yang dikomposkan.
• Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung optimal
jika tersedia nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
• Suhu bahan kompos blotong pada akhir pengomposan hingga
hari ke-21 berkisar antara 32C – 35C. Salah satu ciri kompos
yang telah matang mempunyai suhu ≤35C atau setara dengan
suhu lingkungan
[email protected]
Slide 13
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap C
Organik Kompos
Perlakuan
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat
alam
[email protected]
C Organik
(%)
7,99 f
5,72 de
4,93 c
3,78 a
6,20 e
5,42 cd
4,80 bc
4,22 ab
Slide 14
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 15
HASIL & PEMBAHASAN
• Minggu pertama pengomposan merupakan waktu yang intensif
bagi mikroorganisme yang terkandung dalam dekomposer untuk
melakukan
dekomposisi
bahan
kompos
blotong.
Mikroorganisme-mikroorganisme yang menguraikan bahan
kompos blotong memerlukan energi berupa C organik untuk
pertumbuhannya. Bahan kompos blotong menyediakan energi
yang cukup untuk perkembangan mikroorganisme.
• Energi akan digunakan oleh mikroorganisme pendekomposisi
untuk berkembang biak sehingga jumlahnya meningkat. Proses
dekomposisi berlangsung terus hingga energi yang tersedia
dalam bentuk C organik menjadi berkurang yang diikuti oleh
penurunan jumlah mikroorganisme
[email protected]
Slide 16
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap N
Total Kompos
Perlakuan
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
[email protected]
N Total
(%)
0,19 ab
0,18 ab
0,18 ab
0,18 ab
0,18 ab
0,17 a
0,18 ab
0,18 ab
Slide 17
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 18
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap
C/N Rasio Kompos
Perlakuan
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
[email protected]
C/N Rasio
42,51
31,41
27,09
21,50
35,91
31,63
27,67
24,10
f
cd
bc
a
e
d
bcd
ab
Slide 19
HASIL & PEMBAHASAN
• Perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan) dan
K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam)
masing-masing memberikan nilai C/N rasio sebesar 21,50 dan
24,10
• Penurunan C/N rasio ini disebabkan senyawa karbon dalam
bahan kompos tersebut digunakan sebagai sumber energi oleh
mikroorganisme perombak dan selanjutnya dibebaskan ke udara
sebagai CO2 (Hakim et al., 1986; Dalzell et al., 1987)
• Selain itu penurunan C/N rasio ini disebabkan oleh meningkatnya
kandungan N total kompos (Supadma dan Arthagama, 2008).
Kandungan N kompos setelah mengalami proses aminisasi,
amonifikasi atau nitrifikasi, maka akan terbentuk NH4 dan NO3
yang dapat meningkatkan N total kompos.
[email protected]
Slide 20
HASIL & PEMBAHASAN
P2O5 dan K2O (%) (%)
Deskripsi Hasil Analisis Kandungan P dan K Blotong
0,25
0,2
0,15
P2O5
K2O
0,1
0,05
0
K0
K1
K2
K3
K4
K5
Perlakuan
[email protected]
K6
K7
Slide 21
HASIL & PEMBAHASAN
• Perlakuan K5 - K7 (dekomposer ½ - 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam) menunjukkan peningkatan
kandungan P dan K tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya
dan kontrol
• Fosfat alam yang diberikan mampu menambah kandungan P
dan K dalam bahan kompos.
• Fosfat alam yang digunakan secara langsung umumnya
mempunyai kelarutan yang rendah, sehingga melalui proses
pengomposan bersama dengan pemberian mikroba dapat
meningkatkan kelarutannya.
• Asam-asam organik yang dihasilkan oleh mikroba dapat
meningkatkan kelarutan fosfat alam yang pada akhirnya
dapat meningkatkan ketersedian unsur P
[email protected]
Slide 22
HASIL & PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Analisis Kandungan Logam Berat Blotong
Logam Berat (ppm)
35
30
25
20
15
10
5
0
K0
K1
K2
K3
K4
Perlakuan
[email protected]
K5
K6
K7
Slide 23
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 24
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 25
KESIMPULAN
1. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam memberikan pengaruh
terhadap dinamika suhu dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Suhu tertinggi hingga 47,28C diperoleh dari tumpukan bahan
kompos yang diberikan perlakuan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam).
2. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu secara nyata
menurunkan C organik dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Kandungan C organik terendah diperoleh pada tumpukan
bahan kompos yang diberikan perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis +
aerasi pembalikan) dan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan +
fosfat alam).
3. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata dalam meningkatkan N total dalam tumpukan bahan
kompos blotong selama 21 hari inkubasi.
[email protected]
Slide 26
KESIMPULAN
4. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu secara nyata
menurunkan C/N rasio dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Nilai C/N rasio terendah diperoleh pada tumpukan bahan
kompos yang diberikan perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis + aerasi
pembalikan) dan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat
alam).
5. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu meningkatkan
kandungan P dan K dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21 hari
inkubasi. Perlakuan K5 - K7 (dekomposer ½ - 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam) menunjukkan peningkatan kandungan P dan K
dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol.
6. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu menurunkan
kandungan logam berat dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Perlakuan K2 – K7 menunjukkan penurunan kandungan logam
berat dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol.
[email protected]
Slide 27
SARAN
1. Pengembangan pupuk organik asal blotong dapat
dilakukan mengingat syarat dalam permentan 2011 telah
dapat dipenuhi. Beberapa item dalam analisis dapat
dilakukan uji lanjut
2. Pengembangan dilakukan dengan melakukan kajian
lanjutan dengan pembuatan pupuk granul, analisis sosial
ekonomi, analisis kandungan hara lengkap, dan analisis
efektifitas.
[email protected]
Slide 28
DOKUMENTASI KEGIATAN
[email protected]
Slide 29
DOKUMENTASI KEGIATAN
[email protected]
Slide 30
Terima kasih
Tim Kajian Pupuk Organik
[email protected]
KAJIAN PENGELOLAAN BLOTONG
MENJADI PUPUK ORGANIK
Cilegon, 27 Desember 2011
Tim Kajian Pupuk Organik
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
Slide 2
PENDAHULUAN
• Blotong merupakan salah satu limbah produksi
gula yang didapat dari proses pemurnian nira
tebu, dimana tingkat pencemarannya paling
tinggi yaitu 35% (Setiyono, 1992; Solihin, 2008).
• Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan
cara penumpukan (open dumping). Pabrik
membeli sejumlah besar lahan kemudian
langsung membuang limbahnya di tempat itu.
• Pemanfaatan
blotong
sebagai
bahan
pembuatan pupuk organik dikarenakan blotong
mudah didapat, mengurangi pencemaran
lingkungan dan dapat meningkatkan hasil panen
karena mengandung unsur hara esensial
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman (Sugiyarto, 1992).
[email protected]
Slide 3
TUJUAN PENELITIAN
1. mengetahui pengaruh pemberian dekomposer,
aerasi dan fosfat alam terhadap laju dekomposisi
kompos kompos blotong di Cilegon.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dekomposer,
aerasi dan fosfat alam terhadap kualitas kompos
blotong di Cilegon.
[email protected]
Slide 4
CATATAN PENELITIAN
[email protected]
Slide 5
CATATAN PENELITIAN
Sifat Tanah
Karbon (%)
Sangat
Rendah
< 1,00
Rendah
1,00-2,00
Sedang
2,01-3,00
Tinggi
3,01-5,00
Sangat
Tinggi
>5,00
Nitrogen(%)
< 0,10
0,10-0,20
0,21-0,50
0,51-0,75
>0,75
<5,0
5,0-7,9
8,0-12,0
12,1-17,0
P2O5 eks- HCl (%)
<0,021
0,021-0,039
0,0400,060
0,0610,100
P-avl Bray-II (ppm)
<8,0
8,0-15
16-25
26-35
>35
P-avl Olsen (ppm)
<10
10-25
26-45
46-60
>60
K2O eks-HCl (mg/100 )
<0,03
0,03-0,06
0,07-0,11
0,12-0,20
10-16
17-24
25-40
C/N
KTK/CEC (me/100 )
<5
>17
>0,100
>0,20
>40
Susunan Kation
K-tukar ( me/ 100 )
<0,1
0,1-0,2
0,3-0,5
0,6-1,0
>1,0
Na-tukar (me/ 100)
<0,1
0,1-0,3
0,4-0,7
0,8-1,0
>1,0
Mg-tukar (me/ 100)
<0,4
0,4-1,0
1,1-2,0
2,1-8,0
>8,0
Ca-tukar (me/ 100)
<2,0
6-10
11-20
>20
Kejenuhan Basa (%)
<20
20-35
36-50
51-70
>70
Kejenuhan Al (%)
<10
10-20
21-30
31-60
>60
2-5
[email protected]
Slide 6
DIAGRAM ALUR
Limbah Blotong
Teknik Pengomposan
Kompos Blotong
Kompos Blotong
Kompos Blotong
Murni
Diperkaya dengan
Fosfat Alam
[email protected]
Slide 7
TEKNIK PENGOMPOSAN BLOTONG DENGAN
SISTEM WINDROW COMPOSTING
DEKOMPOSER
SUHU 30-60C
Berbagai merk
produk tersedia
diberikan sesuai
dengan petunjuk
(rata-rata 0,25%)
Pengomposan
yang baik
menghasilkan
kenaikan suhu
AIR 40-60%
AERASI
Pertahankan
kadar air tersebut
Lakukan
pembalikkan
bahan kompos
berkala, 1
minggu 1 kali
2- 4 MINGGU
Kompos matang: bau tanah,
coklat kehitam-hitaman,
volume/bobot kompos
menyusut 20-40%, suhu
mendekati suhu awal
pengomposan
LIMBAH BLOTONG
Berukuran halus
ditumpuk dengan
dimensi 1x1x1 m & tutup
dengan plastik hitam
Jika ρ = 1 g/cm3 maka
tumpukan blotong
tersebut berbobot 1 ton
[email protected]
CEK:
Suhu setiap hari, kadar
air, air buangan --saluran khusus?
Slide 8
Teknik Pengomposan Windrow Composting
[email protected]
Slide 9
Teknik Pengomposan Windrow Composting
[email protected]
Slide 10
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok yang terdiri dari 8 perlakuan dengan 4 kali pengulangan sehingga
terdapat 32 unit pengomposan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
K0= kontrol
K1= aerasi pembalikan
K2= dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3= dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4= dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5= dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6= dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7= dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
[email protected]
Slide 11
HASIL & PEMBAHASAN
Suhu (o C)
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap Suhu
Kompos
50
48
46
44
42
40
38
36
34
32
30
K0
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Waktu (hari)
[email protected]
Slide 12
HASIL & PEMBAHASAN
• Dekomposer mampu untuk mempercepat proses dekomposisi
limbah blotong yang berlangsung intensif pada awal proses
pengomposan.
• penggunaan mikroorganisme pengompos tertentu (dekomposer)
dimaksudkan untuk mempercepat proses pengomposan dan
meningkatkan mutu kompos.
• Aerasi diperlukan agar udara dapat mengalir ke dalam tumpukan
untuk mencukupi suplai oksigen (O2) yang diperlukan untuk
penguraian bahan organik yang dikomposkan.
• Proses perombakan bahan organik dapat berlangsung optimal
jika tersedia nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K).
• Suhu bahan kompos blotong pada akhir pengomposan hingga
hari ke-21 berkisar antara 32C – 35C. Salah satu ciri kompos
yang telah matang mempunyai suhu ≤35C atau setara dengan
suhu lingkungan
[email protected]
Slide 13
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap C
Organik Kompos
Perlakuan
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat
alam
[email protected]
C Organik
(%)
7,99 f
5,72 de
4,93 c
3,78 a
6,20 e
5,42 cd
4,80 bc
4,22 ab
Slide 14
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 15
HASIL & PEMBAHASAN
• Minggu pertama pengomposan merupakan waktu yang intensif
bagi mikroorganisme yang terkandung dalam dekomposer untuk
melakukan
dekomposisi
bahan
kompos
blotong.
Mikroorganisme-mikroorganisme yang menguraikan bahan
kompos blotong memerlukan energi berupa C organik untuk
pertumbuhannya. Bahan kompos blotong menyediakan energi
yang cukup untuk perkembangan mikroorganisme.
• Energi akan digunakan oleh mikroorganisme pendekomposisi
untuk berkembang biak sehingga jumlahnya meningkat. Proses
dekomposisi berlangsung terus hingga energi yang tersedia
dalam bentuk C organik menjadi berkurang yang diikuti oleh
penurunan jumlah mikroorganisme
[email protected]
Slide 16
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap N
Total Kompos
Perlakuan
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
[email protected]
N Total
(%)
0,19 ab
0,18 ab
0,18 ab
0,18 ab
0,18 ab
0,17 a
0,18 ab
0,18 ab
Slide 17
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 18
HASIL & PEMBAHASAN
Pengaruh Pemberian Dekomposer, Aerasi dan Fosfat Alam terhadap
C/N Rasio Kompos
Perlakuan
K0 = kontrol
K1 = aerasi pembalikan
K2 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan
K3 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan
K4 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan
K5 = dekomposer ½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K6 = dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
K7 = dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam
[email protected]
C/N Rasio
42,51
31,41
27,09
21,50
35,91
31,63
27,67
24,10
f
cd
bc
a
e
d
bcd
ab
Slide 19
HASIL & PEMBAHASAN
• Perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis + aerasi pembalikan) dan
K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat alam)
masing-masing memberikan nilai C/N rasio sebesar 21,50 dan
24,10
• Penurunan C/N rasio ini disebabkan senyawa karbon dalam
bahan kompos tersebut digunakan sebagai sumber energi oleh
mikroorganisme perombak dan selanjutnya dibebaskan ke udara
sebagai CO2 (Hakim et al., 1986; Dalzell et al., 1987)
• Selain itu penurunan C/N rasio ini disebabkan oleh meningkatnya
kandungan N total kompos (Supadma dan Arthagama, 2008).
Kandungan N kompos setelah mengalami proses aminisasi,
amonifikasi atau nitrifikasi, maka akan terbentuk NH4 dan NO3
yang dapat meningkatkan N total kompos.
[email protected]
Slide 20
HASIL & PEMBAHASAN
P2O5 dan K2O (%) (%)
Deskripsi Hasil Analisis Kandungan P dan K Blotong
0,25
0,2
0,15
P2O5
K2O
0,1
0,05
0
K0
K1
K2
K3
K4
K5
Perlakuan
[email protected]
K6
K7
Slide 21
HASIL & PEMBAHASAN
• Perlakuan K5 - K7 (dekomposer ½ - 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam) menunjukkan peningkatan
kandungan P dan K tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya
dan kontrol
• Fosfat alam yang diberikan mampu menambah kandungan P
dan K dalam bahan kompos.
• Fosfat alam yang digunakan secara langsung umumnya
mempunyai kelarutan yang rendah, sehingga melalui proses
pengomposan bersama dengan pemberian mikroba dapat
meningkatkan kelarutannya.
• Asam-asam organik yang dihasilkan oleh mikroba dapat
meningkatkan kelarutan fosfat alam yang pada akhirnya
dapat meningkatkan ketersedian unsur P
[email protected]
Slide 22
HASIL & PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Analisis Kandungan Logam Berat Blotong
Logam Berat (ppm)
35
30
25
20
15
10
5
0
K0
K1
K2
K3
K4
Perlakuan
[email protected]
K5
K6
K7
Slide 23
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 24
HASIL & PEMBAHASAN
[email protected]
Slide 25
KESIMPULAN
1. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam memberikan pengaruh
terhadap dinamika suhu dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Suhu tertinggi hingga 47,28C diperoleh dari tumpukan bahan
kompos yang diberikan perlakuan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam).
2. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu secara nyata
menurunkan C organik dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Kandungan C organik terendah diperoleh pada tumpukan
bahan kompos yang diberikan perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis +
aerasi pembalikan) dan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan +
fosfat alam).
3. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata dalam meningkatkan N total dalam tumpukan bahan
kompos blotong selama 21 hari inkubasi.
[email protected]
Slide 26
KESIMPULAN
4. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu secara nyata
menurunkan C/N rasio dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Nilai C/N rasio terendah diperoleh pada tumpukan bahan
kompos yang diberikan perlakuan K3 (dekomposer 1 kali dosis + aerasi
pembalikan) dan K7 (dekomposer 1½ kali dosis + aerasi pembalikan + fosfat
alam).
5. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu meningkatkan
kandungan P dan K dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21 hari
inkubasi. Perlakuan K5 - K7 (dekomposer ½ - 1½ kali dosis + aerasi
pembalikan + fosfat alam) menunjukkan peningkatan kandungan P dan K
dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol.
6. Pemberian dekomposer, aerasi dan fosfat alam mampu menurunkan
kandungan logam berat dalam tumpukan bahan kompos blotong selama 21
hari inkubasi. Perlakuan K2 – K7 menunjukkan penurunan kandungan logam
berat dibandingkan perlakuan lainnya dan kontrol.
[email protected]
Slide 27
SARAN
1. Pengembangan pupuk organik asal blotong dapat
dilakukan mengingat syarat dalam permentan 2011 telah
dapat dipenuhi. Beberapa item dalam analisis dapat
dilakukan uji lanjut
2. Pengembangan dilakukan dengan melakukan kajian
lanjutan dengan pembuatan pupuk granul, analisis sosial
ekonomi, analisis kandungan hara lengkap, dan analisis
efektifitas.
[email protected]
Slide 28
DOKUMENTASI KEGIATAN
[email protected]
Slide 29
DOKUMENTASI KEGIATAN
[email protected]
Slide 30
Terima kasih
Tim Kajian Pupuk Organik
[email protected]