Menghitung 1 syawal dengan hisab dan ruqiyat

Download Report

Transcript Menghitung 1 syawal dengan hisab dan ruqiyat

 Ade Ajeng Febriyani
 Bella Widawati
 Chaerul Tri Hayati
 Della Suci Intan Sari
 Dwi Puspa Nyidra
 Farah Indah P.H
 Ida Widianingsih
 Lily Suhartiwi
 Lilis Vita
 Yayan Dewi Handayani
 Siti Umayah
Lecturer : Ma’ruf, M.ThI
Metode Hisab
dan Ruqiyat
Dalam
Penentuan
Satu Syawal
Pengertian Hisab & Ruqiyat
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan
astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam
menentukan dimulainya awal bulan pada kalender
Hijriyah.
Ruqiyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hillal,
yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama
kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat
dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan
setelah Matahari terbenam.
Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam
(maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat
redup dibanding dengan cahaya Matahari,
serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal
terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu
setempat telah memasuki bulan (kalender)
baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka
awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari
berikutnya.
Penentuan 1 Syawal Melalui
Metode Hisab
 Hisab Urfi
 Hisab Taqribi
 Hisab Haqiqi
a. Hisab Wujud Hilal
b. Hisab Ikmanur Rukiyah
Jenis-jenis Hilal
 Bil Qalbi
Pergantian bulan terjadi hanya dengan meyakini
dalam hati bahwa saat itu sudah terjadi hilal. Tidak
perlu menengok ke langit atau menghitung di atas
kertas, yang penting percaya. Sebagian menyebut
ru’yat ini sebagai melihat dengan mata batin
 Bil Fil’li
Bahwa hilal harus dilihat dengan mata secara
langsung
Penentuan 1 Syawal Melalui
Metode Ruqyat
 Rukyatul Hilal
 Wujudul hilal
 Ikmanur Rukyat
 Rukyat Global
Metode Muhammadiyah Dalam
Penentual 1 Syawal
Muhammadiyah menerapkan penentuan awal bulan
menggunakan metode hisab, meskipun tidak sepenuhnya
menghilangkan proses rukyat. Hal ini beralasan bahwa
berdasarkan perkembangan iptek dan pola kehidupan
masyarakat maka pelaksanaan rukyat dilakukan dengan
menggunakan hisab. Dengan metode hisab dari
Muhammadiyah ini maka dianggap sudah memasuki
bulan baru manakala sudah dapat dilihat wujudul hilal
atau nampaknya bulan baru setelah terbenamnya
matahari.
Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab
wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal
bulan baru yang menegaskan bahwa bulan
Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga
parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak,
ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan
pada saat matahari terbenam bulan berada di atas
ufuk.
Sedangkan
argumen
mengapa
Muhammadiyah memilih metode hisab, bukan
rukyat, adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN
Dalam hisab ada beberapa jenis aliran yang pada
intinya terbagi atas tiga jenis, yakni hisab urfi, hisab
taqribi, dan hisab haqiqi. Banyak kriteria dalam
melakukan penentuan bulan sabit atau rukyatul hilal.
Wikipedi menunjukkan ada empat kriteria, yaitu
rukyatul hilal (langsung), wujudul hilal, imkanur
rukyat, dan rukyat global.
Muhammadiyah sendiri menentukan jatuhnya 1
syawal menggunakan metodehisab yang di yakini lebih
meyakinkan dan karena banyak hal yang menunjukan
metode ruqiyah kurang akurat dalam menentukan 1
syawal.