Efektivitas Tes Laboratorium

Download Report

Transcript Efektivitas Tes Laboratorium

Tes Laboratorium
Diagnostik, Tujuan dan
Efektivitasnya
oleh:
- dr. Wilfrid P., SpPK 1
• Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan
tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan
orang tetap sehat dan lebih sehat, sedang yang berpenyakit lekas
dapat disembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan,
perlu ditentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta
prognosis atau ramalan penyakitnya yaitu ringan, berat atau fatal.
• Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis,
prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau
memantau jalannya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan
laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau
sampel yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen
dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium
patologi klinik.
2
• Patologi klinik atau “Clinical Pathology” atau “Laboratory Medicine”
adalah cabang ilmu patologi yang berkaitan dengan pemeriksaan
spesimen dari pasien (darah, urin, cairan otak dan sebagainya) untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis
penyakit serta prognosis bersama dengan tes penunjang lainnya,
anammesis dan pemeriksaan fisik.
• Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi,
imunologi, serologi, mikrobiologi klinik dan parasitologi klonik.
Metode pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semikuantitatif
ke kuantitatif dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik,
otomatik sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang
dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya
tes pun dapat meningkat. Karena itu perlu dipertimbangkan
efektivitas dan efisiensi tes atau pemeriksaan. Selanjutnya
pemeriksaan laboratorium atau tes di laboratorium patologi klinik
tersebut disingkat menjadi tes laboratorium atau tes saja.
3
• Akan dibicarakan: Beberapa Tujuan Tes; Efektifitas Tes dan
Interpretasi Hasil Tes Laboratorium yang diharapkan dapat dipakai
sebagai “Pedoman Tes Diagnosis” baik oleh Dokter, Sarjana
Farmasi, Sarjana Kesehatan Masyarakat, Sarjana Perawatan,
perawat maupun mahasiswa di bidang Kesehatan, Kedokteran dan
Keperawatan pada umumnya.
4
Beberapa Tujuan Tes
• Pada umumnya permintaan tes laboratorium mempunyai berbagai
tujuan, antara lain:
1.
Menyaring berbagai penyakit dan mengarahkan tes ke penyakit tertentu
misalnya dengan urinalisis ditemukan bilirubin dan urobilin positif yang berarti
ikterus, maka tes selanjutnya adalah untuk melihat gangguan faal hati.
2.
Menegakkan atau menyingkirkan diagnosis misalnya anemia, malaria, tbc,
diabetes melitus.
3.
Memastikan diagnosis dari diagnosis dugaan, misalnya tifoid, hepatitis B, HIV.
4.
Memasukkan / mengeluarkan dari diagnosis diferensial misalnya pasien
dengan panas; tifoid, malaria, demam berdarah dengue.
5
5.
Menentukan beratnya penyakit misalnya hepatitis, infeksi saluran kemih.
6.
Menentukan tahap penyakit misalnya penyakit kronik: tbc paru, sirosis
hepatis.
7.
Menyaring penyakit dalam seleksi calon donor darah.
8.
Membantu menentukan rawat inap misalnya observasi tifoid, observasi
leukemia.
9.
Membantu dalam menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian
penyakit misalnya leukemia, diabetes.
10. Membantu ketepatan terapi misalnya tes kepekaan kuman terhadap
antimikroba.
11. Memonitor terapi misalnya tes HbA1c pada diabetes, tes Widal pada tifoid.
6
12. Menghindari kesalahan terapi dan pemborosan obat, setelah ditemukan
diagnosis.
13. Membantu mengikuti perjalanan penyakit misalnya diabetes, hepatitis.
14. Membantu menentukan pemulangan pasien rawat inap misalnya bila hasil
tes-tes laboratorium kembali normal.
15. Memprediksi atau menentukan prognosis penyakit misalnya disiplidemia
dengan penyakit jantung koroner, kanker dengan kematian.
16. Membantu dalam bidang kedokteran kehakiman misalnya tes utnuk
membuktikan perkosaan.
17. Mengetahui status kesehatan umum (general check up).
7
Efektivitas Tes Laboratorium
• Idealnya tes laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik, cepat
dan tidak mahal serta dapat membedakan pasien dengan orang
normal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan
biaya, keadaan ideal tersebut tak selalu terpenuhi. Penjelasan
syarat-syarat keadaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Presisi atau teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir
sama pada tes berulang-ulang dengan metode yang sama, namun teliti belum
tentu akurat.
2.
Akurat atau tepat berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang
diinginkan, tetapi untuk mencapainya mungkin membutuhkan waktu yang
lama dan mahal.
8
3.
Cepat berarti tidak memerlukan waktu lama dan lekas diketahui oleh dokter
yang merawat.
4.
Sensitif berarti kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil yang
diperiksa. Tes dengan sensitifitas tinggi sangat dipilih namun karena nilai
normalnya sangat rendah misalnya enzim dan hormon atau tinggi misalnya
darah samar, dalam klinik lebih dipilih tes yang dapat menentukan nilai
abnormal. Misalnya guajac test untuk menentukan darah samar dalam
faeces lebih dipilih daripada benzidin atau ortotolidin tes yang lebih sensitif.
Dalam keadaan normal kedua tes terakhir dapat positif karena ±3 cc darah
samar terdapat dalam faeces, sedang tes yang pertama positif dalam
keadaan abnormal saja. Tes laju endap darah dan CRP sensitif untuk
perubahan abnormal tetapi tidak spesifik untuk penyakit tertentu.
9
5.
Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit
yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain misalnya TPHA
(Treponema Pallidum Hemaglutination Assay). Secara teoritis spesifitas
sebaiknya 100% hingga tak ada positif palsu. Contoh tes sputum untuk
diagnosis tuberkulosis dengan pewarnaan Ziehl Nielsen, biakan Lowenstein
Jensen dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk tbc paru
spesifisitasnya 100% tetapi sensitivitasnya misalnya berturut-turut adalah
±70%, 100% dan 98%. Tes yang baik ialah bila spesifisitas dan
sensitivitasnya 100% atau mendekati 100%.
6.
Tidak mahal dan tidak sulit artinya dapat dimanfaatkan oleh banyak
laboratorium dan orang / penderita yang memerlukan tes laboratorium.
7.
Pada umumnya untuk tes saring diperlukan tes sensitif, cepat dan tidak
mahal, sedangkan untuk diagnosis pasti diperlukan tes spesifik yang
biasanya lebih mahal.
8.
Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis
akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan, baik untuk diagnosis, terapi
10
maupun lama rawat inap.
9.
Prosedur dan metode tes laboratorium harus baku dan benar hasilnya.
10. Tes baru dan hasil tes segera dikomunikasikan kepada dokter pelanggan.
11. Hasil tes dapat dipengaruhi oleh terapi, makanan dan minuman, kegiatan
fisik atau perubahan pola hidup sebelum tes.
12. Tes laboratorium adalah penunjang dan atau penentu diagnosis di samping
anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologi, EKG, EEG dan pemeriksaan khusus
lainnya.
11
13. Tes laboratorium memerlukan kontrol kualitas baik intralab, interlab, maupun
ekstralab. Program kontrol kualitas dalam laboratorium (intralab) ialah
program pemantapan mutu, pengecekan dengan nilai baku, penggunaan
metode, alat, reagen dan prosedur yang benar untuk melihat ketelitian,
keakuratan, sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan hingga menghasilkan
hasil yang secara klinis dapat dipercaya. Program kontrol kualitas interlab
dapat dilakukan antar laboratorium dan ekstralab yaitu program pemantapan
mutu yang dikoordinasikan oleh Departemen Kesehatan atau Perkumpulan
Profesi, misalnya Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik sehingga
hasil-hasil laboratorium tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Hasil yang
baik juga menunjukkan mutu laboratorium tersebut baik, termasuk semua
yang berkaitan dengan tes yaitu dokter, teknisi, metode, reagensia, peralatan
dan sarana lainnya. Di pihak lain mutu laboratorium klinik yang baik akan
menunjukkan kepercayaan dokter tehadap hasil tes laboratorium tersebut.
12
• Dalam era globalisasi, apalagi pada tahun 2003 bila laboratorium
klinik mancanegara bebas beroperasi di Indonesia, maka tanpa
pemantapan mutu yang intensif kita akan kalah bersaing atau dokter
klinik tentu lebih percaya kepada hasil tes laboratorium dengan
pemantapan mutu yang baik.
• Efektivitas pemeriksaan berarti ketepatan memilih tes laboratorium
dan kebenaran hasilnya dalam waktu cepat yang semuanya akan
mendukung diagnosis. Untuk efektivitas pemeriksaan tersebut,
biasanya dokter memilih jenis tes yaitu tes saring, tes saring dan
penunjang atau tes saring ganda serta tes diagnosis.
13
Tes Saring
• Tes saring ialah tes untuk menyaring ada atau tidak adanya penyakit
yang biasanya hasilnya cepat, sensitif dan tidak mahal. Contoh tes
saring:
1.
2.
3.
Urinalisis untuk menyaring diabetes melitus, ikterus dan infeksi saluran kemih.
Kadar glukosa sewaktu tinggi mungkin diabetes melitus, sesudah makan
(hiperglikemia alimenter), hipertiroidisme atau sindrom Cushing.
Tes laju endap darah, Hb, jumlah eritrosit, lekosit, trombosit, waktu perdarahan
adalah contoh tes hematologi untuk menyaring adanya kelainan hematologi
misalnya perubahan jumlah komponen darah yang mengarah ke infeksi atau
radang.
14
Tes Saring Ganda
• Tes saring dan penunjang, atau tes saring ganda ialah kelompok tes
untuk menyaring ada atau tidak adanya penyakit misalnya
pemeriksaan darah lengkap dengan Cobas Micros, urinalisis dengan
Miditron dan beberapa parameter kimia seperti glukosa, kolesterol
total, kolesterol HDL, trigliserid dengan Cobas Mira. Tes saring
ganda berguna untuk:
1. Menentukan kesehatan umum atau status kesehatan.
2. Penyaring penyakit, kadang-kadang sekaligus sebagai diagnosis misalnya
dengan Technicon, Cobas atau Coulter untuk leukemia dan anemia.
3. Memonitor pengobatan.
4. Memilih tes laboratorium lainnya untuk didiagnosis.
5. Menentukan nilai normal pada suatu populasi.
15
Tes Diagnosis
• Tes diagnosis ialah tes yang hasilnya menentukan penyakit misalnya
FTA Abs (Fluorescence Treponema Antibody Absorbence) untuk
syphilis, telur ankylostoma untuk ankylostomiasis. Tes diagnosis
harus tinggi spesifisitasnya namun perlu evaluasi klinik misalnya
ankylostomiasis mungkin disertai anemia berat atau ringan. Tes
diagnosis harus:
1.
2.
Mempunyai spesifisitas tinggi, misalnya tes darah tebal untuk parasit malaria.
Dapat dilakukan beberapa tes misalnya glukosa darah dan tes toleransi
glukosa untuk diabetes melitus.
• Untuk efektivitas pelayanan laboratorium agar hasilnya cepat, teliti
dan akurat perlu ada persiapan, yaitu:
16
1. Persiapan Pra-Tes Laboratorium /
Persiapan Spesimen
• Untuk persiapan prates prinsipnya menyiapkan yang akan diperiksa
dalam keadaan yang tepat. Pasien atau orang yang akan diperiksa
diberitahu secara jelas agar hasil tes laboratorium nanti teliti dan
akurat antara lain:
1.1. Untuk tes laboratorium pada waktu puasa berarti pasien tak boleh makan
misalnya mulai jam 7 malam sampai jam 7 pagi pada waktu diambil
spesimennya misalnya darah, urin dan lain sebagainya.
1.2. Untuk tes laboratorium sewaktu berarti spesimen dapat diambil kapan saja.
1.3. Untuk tes laboratorium postprandial berarti pasien harus makan dulu seperti
biasa dan lebih jelas diberitahukan waktunya misalnya post prandial 1 jam
atau 2 jam.
17
1.4. Untuk tes urin 24 jam misalnya urin jam 7 pagi dibuang, lalu sampai jam 7
pagi hari berikutnya dikumpulkan.
1.5. Untuk spesimen yang tidak langsung diperiksa, penanganannya harus baik,
tidak rusak dalam transportasi dan penyimpanannya baik misalnya dalam
pendingin atau dengan bahan pengawet. Hal ini di luar jangkauan
laboratorium pemeriksa, namun bila hasil tes tak baik sering yang disalahkan
laboratoriumnya saja. Karena itu pada waktu penyerahan spesimen ke
laboratorium harus disertai penjelasan tentang penanganan, transportasi dan
penyimpanan spesimen tersebut.
1.6. Untuk spesimen yang dikirimkan, kecuali persyaratan tersebut di atas
dipenuhi, persyaratan lainpun harus benar yaitu nama pasien, umur, jenis
kelamin, bangsal, dokter yang mengirim, jenis tes yang diminta, tanggal, jam
pengambilan spesimen dan keterangan khusus lainnya.
18
1.7. Untuk keterangan khusus lainnya yang dapat mengganggu hasil tes antara
lain bagi peminum alkohol dapat menaikkan nilai asam urat, laktat, trigliserid,
kolesterol HDL, CGT, MCV. Bagi perokok berat dapat menaikkan nilai karboksi
Hb, jumlah eritrosit, lekosit, MCV, katekolamin dan kortisol. Bagi peminum kopi
berat dapat menaikkan nilai asam lemak bebas. Demikian pula obat yang
digunakan pasien dapat mengganggu nilai tes misalnya asam amino, salisilat,
alopurinol, obat anabolik dan androgen dapat menaikkan nilai bilirubin serum
dan bilirubinuri. Penggunaan tourniket terlalu lama dapat menaikkan nilai
laktat, enzim, protein, kolesterol, trigliserid dan kalsium. Stres juga dapat
menaikkan jumlah lekosit, laktat dan asam lemak bebas.
19
2. Persiapan Tes Laboratorium /
Persiapan Tes Analitik
• Persiapan ini merupakan tugas laboratorium setiap pagi dan setiap
saat bagi laboratorium yang bertugas 24 jam hingga setiap ada
spesimen datang, siap diperiksa. Hal ini meliputi antara lain:
2.1. Persiapan alat pengambil dan wadah spesimen, vacutainer atau semprit steril,
hemolet atau vaccinostyle, botol steril untuk pemeriksaan mikrobiologi, botol
EDTA, heparin, fluorida dan lain-lain. Warna penutup wadah menunjukkan
antikoagulan yang dipakai.
2.2. Petugas yang mahir dan mengerti dalam pengambilan spesimen sehingga
dapat meyakinkan pasien.
20
2.3. Ketepatan pengambilan spesimen.
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, pada waktu
petugas (analis, teknisi dan dokter) dalam tugas. Hal lain yang perlu
mendapat perhatian antara lain:
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
2.3.5.
2.3.6.
2.3.7.
2.3.8.
Pada umumnya spesimen diambil pada keadaan puasa yaitu sedikitnya 4
jam tidak makan, kecuali ada permintaan khusus.
Tes post prandial artinya spesimen diambil sesudah makan seperti
biasa 1 jam atau 2 jam.
Tes darah untuk malaria diambil pada waktu pasien panas tinggi.
Tes darah tebal atau cara konsentrasi untuk filaria diambil pada waktu
malam.
Tes enzim jantung untuk infark myocard dilakukan tiga hari sampai
lima hari berturut-turut.
Perlakuan khusus untuk tes toleransi glukosa, aspirasi sumsum tulang.
Tes biakan mikroorganisme harus diambil dan dilaksanakan serba
steril.
Tes analisis semen, sesudah abstinensia 3-5 hari.
21
2.3.9.
Pemrosesan spesimen, misalnya untuk mendapatkan serum dengan
cepat, darah mesti disentrifus dalam 1 jam setelah pengambilan darah.
Bila lebih dari 2 jambaru disentrifus, dapat menyebabkan perubahan nilai
seperti glukosa, kalium, fosfor, kreatinin SGOT / SGPT.
2.4. Persiapan alat atau instrumen untuk pemeriksaan misalnya cell-counter untuk
hematologi, urine analyzer, fotometer, autoanalyzer yang telah distandarisasi
dan aliran listrik yang stabil.
2.5. Analisis dan petugas laboratorium yang telah mahir mengoperasionalkan
instrumen yang telah distandarisasi dan siap tugas.
2.6. Pedoman metode tes yang selalu tersedia bila diperlukan.
2.7. Keadaan lingkungan pemeriksaan.
Keadaan ruang yang terang dan sejuk akan membuat petugas merasa
nyaman dan tahan bekerja. Bekerja dengan instrumen sesuai dengan
temperatur yang diperlukan. Demikian pula aliran listrik, air dan gas tidak
mengganggu jalannya pemeriksaan.
22
3. Tahap Tes Laboratorium atau
Tes Analitik
• Tahap ini memerlukan ketelitian pada penggunaan spesimen,
reagensia, peralatan dan pengukuran.
3.1. Spesimen misalnya serum untuk tes kuantitatif harus diukur tepat misalnya
dengan pipet ukur otomatik.
3.2. Reagensia berkualitas yang dipakai untuk analisis tidak kadaluarsa dan
memenuhi standar yang dapat dilihat pada labelnya misalnya ACS (American
Chemical Society), USP (United States Pharmacopea) atau NF (National
Formulary), Reagensia yang sensitif terhadap sinar harus ditempatkan dalam
botol gelap. Beberapa reagensia harus disimpan di lemari es.
23
3.3. Air untuk analisis harus aquadestilata yang sering masih dibedakan dalam tiga
tipe yaitu:
•
Tipe I aquades maksimum murni untuk:
a)
b)
c)
•
•
Pembuatan larutan baku.
Analisis kimia ultra mikro.
Untuk kultur sel atau jaringan.
Tipe II aquades untuk tes kimia, hematologi, mikrobiologi, immunologi dan
sebagainya.
Tipe III aquades untuk tes kualitatif.
3.4. Penggunaan alat mulai pipet, pipet ukur otomatik, tabung reaksi sampai
peralatan canggih harus memenuhi baku mutu.
3.5. Analisis sesuai dengan pedoman dan dilakukan pada suhu tertentu.
3.6. Kalkulasi hasil dan pelaporannya disesuaikan dengan pedoman.
24
4. Efektivitas Pasca Tes
• Tes dengan hasil yang cepat, teliti dan akurat sangat diharapkan
oleh semua pihak, antara lain:
4.1. Analis yang selesai memeriksa segera menyerahkan hasil pemeriksaan.
4.2. Dokter atau Dokter Spesialis Patologi Klinik penanggung jawab sub bagian
segera memeriksa, menginterpretasi, menandatangani sebelum hasil dikirim
ke bangsal atau ke dokter yang mengirim.
4.3. Bila ada hasil yang tidak sesuai berdasar diagnosis sementara oleh dokter
pengirim, sebaiknya segera ada komunikasi antara dokter di laboratorium dan
dokter pengirim. Di sinilah perlunya penulisan diagnosis sementara oleh
dokter pengirim hingga bila ada ketidakcocokan hasil, segera diadakan
komunikasi untuk perbaikan dan tidak saling menyalahkan.
25
4.4. Untuk efektivitas diagnosis, dapat dilakukan tes penunjang diagnosis lainnya
misalnya foto rontgen, EKG, EEC, USG, biopsi, endoskopi, angiografi dan
sebagainya sesuai dengan keperluan diagnosis.
•
Di sini diperlukan kerjasama tim untuk diagnosis yang tepat yang
menjadi pedoman terapi yang tepat misalnya dengan komunikasi
per telpon atau pertemuan klinik-patologi untuk perbaikan efektivitas
dan kualitas pelayanan kesehatan.
26
5. Efektivitas Tenaga Patologi Klinik
• Bagi tenaga patologi klinik untuk efektivitasnya diperlukan
kemampuan dalam:
5.1. Ilmu kedokteran terutama patologi klinik, ilmu pengetahuan lainnya antara lain
kimia, fisika, biologi dan bidang teknik serta elektronika sehubungan dengan
penggunaan peralatan modern, komputerisasi dan penentuan nilai rujukan.
5.2. Manajemen sumber daya manusia yang profesional, terampil dalam proses
pra tes, tes dan pasca tes serta penggunakan peralatan untuk analisis, riset
dan siap untuk pendidikan berkelanjutan.
5.3. Manajemen dan kepemimpinan dalam organisasi laboratorium, pembiayaan
dan komunikasi secara berkelanjutan mengikuti TQM (Total Quality
Management) dan CQI (Continous Quality Improvement).
27
5.4. Kebijakan pemerintah dan peraturan mengenai kesehatan pada umumnya
terutama bidang laboratorium, akreditasi dan kontrol kualitas untuk menjaga
mutu laboratorium serta pelayanan yang baik untuk pasien / pelanggan.
28
Terima Kasih
29