penulisan berita-5

Download Report

Transcript penulisan berita-5

MENULIS ISI BERITA

Menulis Tubuh Berita

• • • Berisi uraian rinci 5W+1H baik yang sudah dikemukakan maupun belum.

Harus memperhatikan konsistensi penggunaan kalimat dan bahasa jurnalistik.

Tidak bertele-tele, hemat kata dan kalimatnya pendek2 serta mudah dipahami (kecuali pada penulisan feature).

• •

Kalimat jurnalistik

BAHASA Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa (Language of Mass Communication, disebut pula Newspaper Language), yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan (tutur) di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami.

Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan (straight to the point), bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam.

Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

• •

Sederhana

Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.

Singkat

Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.

• •

Padat

Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.

Lugas

Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingunglian khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.

• •

Jelas

Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek objek-predikat- keterangan (SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.

Jernih

Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah.

• •

Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku.

Demokratis

Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal, sehingga samasekali tidak dikenal pendekatan feudal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan kraton.

• •

Populis

Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca, pendengar, atau. pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat.

Logis

Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraph jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense). Bahasa jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar. Di sini berlaku hokum logis.

• •

Gramatikal

Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya.

Menghindari kata tutur

Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari secara informal. Kata tutur ialah kata-kata yang digunakan dalam percakapan di warung kopi, terminal, bus kota, atau di pasar. Setiap orang bebas untuk menggunakan kata atau istilah apa saja sejauh pihak yang diajak bicara memahami maksud dan maknanya. Kata tutur ialah kata yang hanya menekankan pada pengertian, sama sekali tidak memperhatikan masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kata-kata tutur: bilang, dilangin, bikin, dikasih tahu, dll.

• •

Menghindari kata dan istilah asing

Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya. Berita atau laporan yang banyak diselipi kata-kata asing, selain tidak informatif dan komunikatif juga membingungkan.

Pilihan kata (diksi) yang tepat

Bahasa jurnalistik sangat menekankan efektivitas. Setiap kalimat yang disusun tidak hanya harus produktif tetapi juga tidak boleh keluar dari asas efektifitas. Artinya setiap kata yang dipilih, memang tepat dan akurat sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada khlayak. Pilihan kata atau diksi, dalam bahasa jurnalistik, tidak sekadar hadir sebagai varian dalam gaya, tetapi juga sebagai suatu keputusan yang didasarkan kepada pertimbangan matang untuk mencapai efek optimal terhadap khalayak.

• •

Mengutamakan kalimat aktif

Kalimat akiff lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden.Contoh lain, pencuri mengambil perhiasan dari dalam almari pakaian, dan bukan diambilnya perhiasan itu dari dalam almari pakaian oleh pencuri.

Menghindari kata atau istilah teknis

Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, tidak membuat kening berkerut apalagi sampai membuat kepala berdenyut. Salah satu cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Bagaimanapun kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komunitas tertentu yang relatif homogen.

Tunduk kepada kaidah etika

Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi, mendidik (to educated). Fungsi ini bukan saja harus, tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel aritikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada bahasa tersimpul etika. Dalam menjalankan fungsinya mendidik khalayak, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar, sumpah serapah, hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata porno dan berselera rendah lainnya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.

Menyusun paragraf jurnalistik

Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang yang berkaitan erat satu sama lainnya. Kalimat-kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang dikandungnya dapat diperjelas, dibatasi dan dikembangkan. (Haris Sumadiria)

PARAGRAF

Paragraf jurnalistik adalah seperangkat kalimat tersususun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan paparan materi jurnalistik tertentu. (Haris Sumadiria)

Karakteristik paragraf jurnalistik

1. Memiliki satu ide pokok: paragraf jurnalistik yang baik hanya memiliki satu gagasan pokok dalam keseluruhan kalimat.

2. Dibangun oleh sejumlah kalimat: tidak ada ketentuan baku sebuah paragraf dibangun oleh satu-dua kalimat, tiga-empat kalimat atau lebih.

Karakteristik paragraf jurnalistik

3. Kesatuan ekspresi pikiran: paragraf merupakan satuan terkecil dari sebuah wacana. Kalimat hanya memunculkan satu ide atau gagasan.

4. Kesatuan koheren dan padat: kalimat-kalimat dalam satu paragraf harus membicarakan ide pokok yang sama. Padat apabila memuat banyak informasi.

kaRakteristik paragraf jurnalistik

5. Logis dan sistematis: paragraf jurnalistik yang baik disusun secara tertib, teratur, dan merujuk pada kaidah logika. Artinya bentuk dan makna paragraf itu dapat diterima oleh akal sehat.

Fungsi paragraf jurnalistik

1. Sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok keseluruhan berita.

2. Memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok penulis.

3. Memungkinkan penulis melahirkan jalan pikirannya secara sistematis.

4. Mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur pikiran penulis serta memahaminya.

Unsur-unsur paragraf

1. Transisi: peralihan dari paragraf yang satu ke paragraf berikutnya. Transisi bisa berupa kata, bisa juga berupa kalimat. Dalam bahasa jurnalistik tidak ada keharusan menggunakan transisi.

Kata hubung kelanjutan: lalu, dan, serta.

Kata hubung antarwaktu: sekarang, sebelum,

kemudian.

Unsur-unsur paragraf

Kata penanda kalimat: misalnya. Kata penanda kontras: tetapi, sebaliknya,

walaupun.

Kata penanda urutan jarak: di sini, di sana. Kata penanda ilustrasi: contoh. Kata penanda sebab akibat: sebab, oleh

karena itu.

Unsur-unsur paragraf

Kata penanda hubungan kondisi: jika,

andaikata, kalau.

Kata penanda kesimpulan: secara garis besar,

dapat disimpulkan, ringkasnya.

Unsur-unsur paragraf

2. Kalimat topik, dalam bahasa jurnalistik disebut kalimat utama. Kalimat utama yang menunjukkan gagasan pokok, ide sentral. Jika terletak di awal paragraf maka disebut paragraf deduktif (umum ke khusus). Jika terletak di akhir paragraf disebut paragraf induktif (khusus ke umum).

Unsur-unsur paragraf

3. Kalimat pengembang: penjabaran atau perluasan dari gagasan pokok yang terdapat dalam kalimat utama. Dalam bahasa jurnalistik disebut kalimat penjelas. Contoh: jika disebutkan tanaman palawija dalam kalimat utama, maka kalimat penjelas ditegaskan jenis-jenisnya, seperti jagung, kacang, atau kol.

Unsur-unsur paragraf

4. Kalimat penegas: berfungsi untuk memberi penegasan atau penekanan terhadap apa yang telah dinyatakan dalam kalimat utama.

Jenis-jenis paragraf

1. Paragraf deduktif (umum ke khusus) 2. Paragraf induktif (khusus ke umum) 3. Paragraf campuran (deduktif dan induktif) 4. Paragraf perbandingan (analogi) 5. Paragraf pertanyaan 6. Paragraf sebab akibat (urutan logis) 7. Paragraf contoh (membumikan yang abstrak)

Jenis-jenis paragraf

8. Paragraf perulangan 9. Paragraf definisi

1. Paragraf Deduktif Paragraf yang dimulai dengan kalimat utama disusul dengan penjelasan atau uraian secara lebih rinci dengan mengikuti pola urutan pesan dari umum ke khusus. Fungsinya terutama untuk menegaskan suatu pokok pikiran atau kesimpulan untuk segera diketahui oleh khalayak.

2. Paragraf Induktif Paragraf yang dimulai dengan kalimat penjelas yang menekankan bagian-bagian atau unsur terkecil disusul dengan penjelasan bagian-bagian yang lebih besar sebelum kemudian diakhiri dengan kesimpulan atau kelimat penegas.

3. Paragraf Campuran Paragraf gabungan beberapa unsur paragraf deduktif dan paragraf induktif. Bahasa Jurnalistik kurang menyukai paragraf campuran karena cenderung menyulitkan pembaca, pendengar, pemirsa untuk cepat mengambil kesimpulan.

4. Paragraf Perbandingan Disebut paragraf perbandingan apabila kalimat utama yang biasanya ditempatkan pada awal paragraf, membandingkan dua hal mengenai unsur-unsur sifat atau keadaan yang terdapat di dalamnya. Dengan analogi.

5. Paragraf Pertanyaan Paragraf yang bertujuan untuk mempertanyakan atau menggugat sesuatu dengan mengajukan kalimat tanya pada kalimat pertama atau kalimat kedua di awal paragraf.

6. Paragraf Sebab-Akibat Paragraf yang disusun berdasarkan urutan logis, artinya kalimat utama dalam paragraf dikembangkan ke dalam urutan sebab dan akibat. Bahasa jurnalistik sering memakai paragraf ini.

7. Paragraf Contoh Paragraf yang disusun dengan menggunakan banyak contoh pada kalimat utama, kalimat pengembang, dan kalimat penjelas. Fungsi utamanya untuk memberikan gambaran sesuatu hal secara kongkret kepada khalayak.

8. Paragraf Pengulangan Paragraf yang melakukan pengulangan kata, istilah dalam susunan kalimat yang berbeda tetapi masih dalam satu paragraf yang sama. Fungsinya untuk lebih menekankan efek psikologis yang ingin dicapai dari khalayak.

9. Paragraf Definisi Paragraf yang menunjukkan suatu istilah atau konsep pada kalimat utama, dan istilah atau konsep itu masih memerlukan uraian serta penjelasan perinci pada kalimat-kalimat berikutnya.

Bersambung….