NUUO Company Presentation

Download Report

Transcript NUUO Company Presentation

Fire Detection System
Ringkasan Fire Detection Systems
1. Pengertian Fire detection systems .
2. Pengelompokan jenis Fire alarm berdasarkan luas area pemasangan.
3. Penjelasan 2 jenis System Fire Alarm.( Sistem zona dan sistem
Addressable).
4. Macam-macam alat detector pada Fire Alarm.
5. Penempatan lokasi detector.
6. Wiring zona dan pengkabelannya.
7. Output alarm (sounder dan sirine).
8. Ilustrasi.
9. Perawatan dan pengecekan rutin.
Pengertian / Definisi
Adalah sebuah alat yang difungsikan untuk memberikan peringatan dini
terhadap insiden yang berkaitan dengan api. Biasanya insiden kebakaran.
Pengelompokan Fire Alarm Berdasarkan
Luas Area Pemasangan.
1. Area dengan luas 300 m2 ( Perumahan ).
Menggunakan Alarm otomatis/manual dengan sistem single zone.
2. Area dengan luas 1500 m2 ( Gedung ukuran sedang ,sekolah dan perkantoran kecil).
Menggunakan sistem Alarm konvensional berbasis zona (2 s/d 8 zona ).
3. Area dengan luas 30000 m2 ( Gedung besar ,pabrik dan pertokoan)
Menggunakan sistem alarm konvensional berbasis zona (16 zona). Atau
Menggunakan sistem alarm berbasis Addressable yang dapat mengoperasikan 120
detector.
4. Area besar ( Kampus Universitas,pusat perbelanjaan,rumah sakit dan bandara).
Menggunakan sistem analog addressable dengan menggunakan sebagian system
networking.
Penjelasan 2 jenis System Fire Alarm
Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.
Konvensional: yaitu sistem alarm yang menggunakan kabel isi dua/empat untuk hubungan antar
detector ke detector dan ke Panel.Alarm konvensional memiliki zone/loop untuk menghubungkan
detector ke panel.Memungkinkan pula satu zona di buat sistem seri atau pararel untuk
menghubungkan lebih dari satu detector.
Sistem Addressable : Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal
Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan
identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa
menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya
menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang
mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
Macam-macam alat detector
1. Automatic fire alarm (Smoke detector,Heat detector,Ionisation smoke detector,etc)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara
otomatis seiring dengan kondisi detector yang menerima sinyal trigger dari
asap,panas,gas dan lainnya.
Pendeteksi asap
Pendeteksi Gas berbahaya
Pendeteksi Temperatur
Macam-macam alat detector
1. Manual fire alarm ( break glass,Push button /Panic button )
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual
dengan cara memecahkan kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk
alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa
microswitch atau tombol tekan.
Penempatan Detector
Penempatan lokasi pemasangan detector sangatlah penting karena
Sangat berhubungan dengan keamanan dan keefektifitasan alat
detektor tersebut.Caranya adalah dengan mengetahui range/jarak
lingkup yang dapat di cover oleh sebuah alat detector tersebut.
Contohnya seperti gambar disamping,di ilustrasikan sebuah ruangan
dengan luas 15 x 13m.
Maka untuk mengcover seluruh ruangan tersebut dibutuhkan
sedikitnya 4 alat smoke detector.
Wiring / Pengkabelan
Untuk kebutuhan yang besar akan fire alarm detector, maka dapat digunakan sistem seri
ataupun sistem pararel seperti gambar di atas.
Output Alarm
Untuk peringatan akan adanya insiden maka Fire Alarm System membutuhkan sebuah output
yang dapat menarik perhatian banyak orang agar segera mengevakuasi diri.Seperti alat output
di bawah ini.
Fire bell
Indicator Lamp
Ilustrasi Fire Alarm System
Peringatan Alarm berbunyi
Panic button
Smoke detector
Gas detector mendeteksi asap
Gas detector
Evakuasi
Ilustrasi Fire Alarm System
Perawatan dan Pengecekan
Rutin
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali General Testing dalam setahun
guna memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem
diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar
biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem yang
kita uji.
Perawatan dan Pengecekan
Rutin
Harian
1. Periksa Panel alarm apakah dapat beroperasi dengan baik.Cukup lihat lampu
indikator di panelnya.
2. Jika ada indikator fault yang menyala di panel alarm, periksa dan perbaiki lalu catat
dalam catatan harian.
Mingguan
1. Periksa Panic button dan Smoke detector apakah berfungsi dengan baik
2. Periksa Baterai dan Kelistrikan Fire Alarm.
Per 3 bulan/per semester
1. Periksa semua peralatan baik panel maupun detector dari segi fungsi dan
kondisinya.
Gas Detector
GD 121 dan GD 241
Gas Detector
Gas Detector adalah sensor pendeteksi gas berbahaya seperti propana
yang biasa dipakai untuk LPG (Liquefied Petroleum Gas ) dan Methane
atau biasa di pakai untuk LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.
Gas Detector ini menggunakan 4 kabel, hal ini memungkinkan sensor
dapat diintegrasikan dengan Security Alarm ataupun Automation
System. Detector ini dilengkapi dengan bracket, test dan reset button.
Gas Detector ini dapat ditempatkan pada tempat dimana terdapat
potensi kebocoran gas seperti dapur,industri yang melibatkan gas,dll.
Gas Detector
Pada setiap industri yang melibatkan hidrokarbon atau gas mudah terbakar lainnya, peranan
pendeteksian gas mudah terbakar (combustible gas) sangatlah penting guna menjamin keamanan
dan keselamatan pekerja, peralatan dan lingkungan kerja dari kejadian yang tidak diinginkan.
Gas Detector
GD 121
Gas Detector
GD 241
Gas Detector
Propane (C3H8) adalah gas yang mudah terbakar (flammable gas), memiliki bau yang
bisa tercium dengan mudah oleh indera penciuman, berbentuk cair (liquid) dan
biasanya tersimpan dalam tabung-tabung baja. Propane (C3H8) merupakan hasil akhir
(by product) dari pemrosesan gas alam dan pemrosesan kilang minyak bumi.
Penggunaan gas Propane (C3H8) sebagian besar digunakan sebagai zat pembakar
(Combustion) atau bisa dipakai sebagai gas pendingin (Refrigerant) namun tidak
dianjurkan karena sifatnya yang mudah terbakar.
Propane/propana dijual sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG
(liquified petroleum gas - gas petroleum cair) yang dapat berupa campuran dengan
sejumlah kecil propena, butana, dan butena. Kadang ditambahkan juga etanetiol
sebagai bahan pemberi bau agar dapat digunakan sebagai deteksi jika terjadi
kebocoran. Di Amerika Utara, komposisi utama LPG adalah propana (paling tidak 90%),
dengan tambahan butana dan propena. Ini adalah standar HD5, yang awalnya dibuat
terutama untuk bahan bakar kendaraan.
Gas Detector
Gas alam terkompresi (Compressed natural gas, CNG) adalah alternatif bahan bakar
selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan bakar gas
(BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih 'bersih' bila dibandingkan dengan dua bahan
bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat dengan
melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan
didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder.
Gas Detector
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG dengan
LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak
terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya
akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector sebagaimana ilustrasi di
bawah ini:
Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari
lantai dengan arah detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar
saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga
dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak
melebihi dari 4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai,
tepatnya 30cm di bawah plafon dengan posisi detector menghadap ke
bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke udara
sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak
melebihi 8m.
Smoke Detector
Smoke Detector
Smoke Detector/Pendeteksi asap mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap
memiliki partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke
chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke
density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya
akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada
tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya
menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus
12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel
sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.
Smoke Detector
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area
mana kita menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh
Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila
belum, maka secara umum patokannya adalah:
1. Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan
panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing
cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan
sejenisnya.
2. Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no
smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas,
gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Smoke Detector
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan
unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan
cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan
tertentu.
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires),
tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh
karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil,
sehingga cocok untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan
terhadap false alarm dan karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.
Thank you for watching
Zulmi Azuwar