2. Karakteristik Ekologi Zona Estuari

Download Report

Transcript 2. Karakteristik Ekologi Zona Estuari

Ima Yudha Perwira
Ekosistem estuary merupakan bagian dari ekosistem air
laut yang terdapat dalam zona litoral (kelompok ekosistem
pantai).
 Estuaria merupakan tempat pertemuan air tawar dan air
asin.
 Dimana air tawar yang mempunyai densitas lebih kecil dari
air laut cenderung mengembang diatasnya.
 Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat
di hilir sungai dan masih berhubungan dengan laut,
sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut
dan air tawar dari sungai atau drainase yang berasal dari
muara sungai, teluk, rawa pasang surut.

Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang
tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan
jenis habitat yang terbentuk di dalamnya.
 Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat
besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya
pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang
karena adanya pergantian musim.
 Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang
memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme-organisme
penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin.




Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari
tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas
tersendiri.
Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia
perairan dapat tetap hidup di habitatnya, tetapi bagi organisme
yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan
menjadi organisme pengunjung transisi.
Dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme
ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka
organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.

Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal
yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara
bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini
juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut
airnya. Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.




Bentuk estuaria bervariasi dan sangat bergantung pada besar kecilnya
air sungai, kisaran pasang surut, dan bentuk garis pantai.
Kebanyakan estuaria didominasi subtrat lumpur yang berasal dari
endapan yang dibawa oleh air tawar maupun air laut. Karena partikel
yang mengendap kebanyakan bersifat organik, subtrat dasar estuaria
biasanya kaya akan bahan organik. Bahan organic ini menjadi cadangan
makanan utama bagi organisme estuaria.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah
peralihan antara darat dan laut, estuari mempunyai pola pencampuran
air laut dan air tawar yang tersendiri.
Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh
sirkulasi air, topografi, kedalaman dan pola pasang surut karena
dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang
bersumber dari air sungai.


Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:
Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai
dengan desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air
saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air
dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan
salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan bawah yang lebih
tinggi.

Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai
(well mixed estuary). Pola ini ditandai dengan pencampuran
yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak
terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya
dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan
meningkat pada daerah dekat laut.

Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau
pola percampuran tidak merata (Partially mixed estuary).
Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada
desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi
percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir
tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara
horizontal maupun secara vertikal.

Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik,
kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung
ada pada daerah muara sungai yang mempunyai topografi dengan
bentukan yang menonjol membentuk semacam lekukan pada dasar
estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat
menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi
stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi
dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan
salinitas yang lebih tinggi (Fjord Estuary).


Keterlindungan. Estuaria merupakan perairan semi tertutup
sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang
memungkinkan tumbuh mengakar di dasar estuaria dan
memungkinkan larva kerang-kerangan menetap di dasar
perairan.
Kedalaman. Kedalaman estuaria relatif dangkal sehingga
memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan dan
tumbuhan akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan,
karena dangkal memungkinkan penggelontoran (flushing)
dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya
predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).




Salinitas. Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung
biota yang padat.
Sirkulasi Air. Perpaduan antara air tawar dari daratan, pasang
surut dan salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan
transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi
dalam air, yaitu plankton.
Pasang. Energi pasang yang terjadi di estuaria merupakan tenaga
penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat hara dan
plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
Kemampuan menyimpan energi daun pohon mangrove,lamun
serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai
bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme
hewani.
Ekosistem estuaria merupakan ekosistem yang produktif.
Produktivitas hayatinya setaraf dengan produktivitas hayati
hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu karang.
 Produktivitas hayati estuaria lebih tinggi dibandingkan
dengan produktivitas hayati perairan laut dan perairan
tawar.
 Hal ini disebabkan karena Estuaria berperan sebagai
penjebak zat hara, memiliki komposisi jenis tumbuhan yang
beragam, dan adanya aksi pasang surut.

Di daerah tropik estuaria terdiri dari bermacam tipe
tumbuhan yang komposisinya sedemikian rupa sehingga
proses fotosintesis terjadi sepanjang tahun.
 Estuaria sering memiliki tiga tipe tumbuhan, yaitu tumbuhan
makro (makrofiton) yang hidup di dasar estuary atau hidup
melekat pada daun lamun dan mikrofiton yang hidup
melayang-layang tersuspensi dalam air (fitoplankton).
 Proses fotosintesis yang berlansung sepanjang tahun ini
menjamin bahwa tersedia makanan sepanjang tahun bagi
hewan akuatik pemakan tumbuhan.


Aksi pasang surut (tide) menciptakan suatu ekosistem
akuatik yang permukaan airnya berfluktuasi. Pasang
umumnya makin besar amplitudo pasang surut, makin tinggi
pula potensi produksi estuaria, asalkan arus pasang tidak
tidak mengakibatkan pengikisan berat dari tepi estuaria.
Selain itu gerak bolak-balik air berupa arus pasang yang
mengarah kedaratan dan arus surut yang mengarah kelaut
bebas, dapat mengangkut bahan makanan, zat hara,
fitoplanton, dan zooplankton.



Merupakan sumber zat hara dan bahan organik bagi bagian
estuari yang jauh dari garis pantai maupun yang berdekatan
denganya lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation).
Menyediakan habitat bagi sejumlah spesies ikan yang ekonomis
penting sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makan
(feeding ground).
Memenuhi kebutuhan bermacam spesies ikan dan udang yang
hidup dilepas pantai, tetapi bermigrasi keperairan dangkal dan
berlindung untuk memproduksi dan/atau sebagai tempat
tumbuh besar (nursery ground) anak mereka.




Sebagai potensi produksi makanan laut di estuaria yang sedikit
banyak didiamkan dalam keadaan alami.
Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk
tempat pemukiman.
Tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
Jalur transportasi, pelabuhan dan kawasan industry
Sebagai wilayah peralihan atau percampuran, estuaria
memiliki tiga komponen biota, yakni fauna yang berasal dari
lautan, fauna perairan tawar, dan fauna khas estuaria atau
air payau.
 Fauna lautan yang tidak mampu mentolerir perubahanperubahan salinitas yang ekstrem biasanya hanya dijumpai
terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di
mana salinitas airnya masih berkisar di atas 30ppt.
 Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu
mentolerir salinitas di atas 5ppt, sehingga penyebarannya
terbatas berada di bagian hulu dari estuaria.

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat
mentolerir kadar garam antara 5-30ppt, namun tidak
ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair
tawar atau berair laut.
 Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang
(Ostrea, Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang
Palaemonetes, dan cacing (polikaeta) Nereis.
 Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong
peralihan, yang berada di estuaria untuk sementara waktu
saja.

Beberapa jenis udang Penaeus, misalnya, menghabiskan
masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi
ke laut ketika dewasa.
 Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo,
Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam
perjalanannya dari hulu sungai ke laut, atau sebaliknya,
untuk memijah.

Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria
mempunyai 3 (tiga)tipe adaptasi untuk mempertahankan
hidupnya (Kennish, 1990). Yaitu:
 Adaptasi morfologis yaitu : organisme yang hidup di lumpur
memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk menghambat
penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan
oleh partikel lumpur.
 Adaptasi fisiologis yaitu : berkaitan dengan
mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam
menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.


Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur
oleh rganisme, khususnya invertebrata.