pendidikan anak tuna daksa

Download Report

Transcript pendidikan anak tuna daksa

ESTY ARYANI SAFITHRY, M.PSI, PSI
 Tunadaksa
Anak yang mengalami kelainan atau cacat
yang menatap pada alat gerak
(tulang,sendi,otot) sedemikian rupa
sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus. Jika mereka
mengalami gangguan gerakan karena
kelayuan pada fungsi syaraf otak,mereka
disebut Cerebral Palsy (CP)
Ciri-ciri Anak Tunadaksa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
Kesulitan dalam gerakan (tidak
sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)
Terdapat bagian angggota gerak yang tidak
lengkap/tidak sempurna/lebihh kecil dari
biasanya
Terdapat cacat pada alat gerak
Jari tangan kaku dan tidak dapat
menggenggam
Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk,
dan menunjukkan siakp tubuh tidak normal
Hiperaktif/tidak dapat tenang
Klasifikasi Anak Tunadaksa
Kelaian pada sistem serebral (cerebral
system disorders)
 Penggolongan menurut derajat
kecacatan
a. Golongan ringan adalah : mereka yang
dapat berjalan tanpa menggunakan alat,
dapat menolong dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari,hidup bersamasama dengan anak normal lainnya,
meskipun cacat tetapi tidak mengganggu
kehidupan dan pendidikannya.
1.
Golongan sedang : ialah mereka yang
membutuhkan treatment/latihan khusus untuk
bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri,
golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk
membantu gerakannya, seperti brace untuk
membantu penyangga kaki, kruk/tongkat
sebagai penopang dalam berjalan.
c. Golongan berat : anak cerebral palsy golongan
ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam
ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri,
mereka tidak dapat hidup mandiri ditengahtengah masyarakat.
b.
2.




Penggolongan Menurut Topografi
Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang
lumpuh misal kaki kiri sedang kaki kanan dan
kedua tangannya normal.
Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan
bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan
kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki
kiri.
Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai
kakinya.
Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri
atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia)
Triplegia, tiga anggota gerak mengalami
kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan
kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan
kedua kakinya lumpuh.
 Quadriplegia, anak jenis ini mengalami
kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya.
Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua
kakinya, quadriplegia disebutnya juga
tetraplegia

Penggolongan menurut Fisiologi
a. Spastik
 Type Spastik ini ditandai dengan adanya gejala
kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun
seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan
emosional, kekakuan atau kekejangan itu akan makin
bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala
itu menjadi berkurang.
b. Athetoid
 Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan.
Otot-ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas
tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua
gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakan dimaksud adalah
dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak.
3.
Ataxia
 Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan
kehilangan keseimbangan, kekakuan memang
tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada
waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama
pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi
dan pusat keseimbangan pada otak.
d. Tremor
 Gejala yang tampak jelas pada tipe tremor
adalah senantiasa dijumpai adanya gerakangerakan kecil dan terus menerus berlangsung
sehingga tampak seperti bentuk getarangetaran.
c.
e. Rigid
 Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak
seperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak
tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih
tampak.
f. Tipe Campuran
 Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua
jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga
akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan
anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe
kecacatan.
Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka
a. Poliomylitis
 Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot
sehingga otot akan mengecil dan tenaganya
melemah, peradangan akibat virus polio yang
menyerang sumsum tulang belakang pada anak
usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy
 Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot.
semakin hari semakin parah. Kondisi
kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua
tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan
dan kedua kakinya.
2.
Penyebab Tunadaksa
Sebab sebab sebelum lahir antara lain : terjadi
infeksi penyakit, kelainan kandungan,
kandungan radiasi, saat mengandung
mengalami trauma (Kecelakaan).
 Sebab sebab pada saat kelahiran, antara lain :
Proses kelahiran terlalu lama, Proses kelahiran
yang mengalami kesulitan Pemakaian Anestasi
yang melebihi ketentuan.
 Sebab sebab setela2h proses kelahiran, antara
lain : Kecelakaan, lnfeksi penyakit,.

Pengajaran untuk anak tuna
daksa
Tujuan pendidikan anak tunadaksa bersifat
ganda (dual purpose ), yaitu:
1. Berhubungan dengan aspek rehabilitasi dan
Pengembangan fungsi fisik, tujuannya
adalah untuk mengatasi permasalahan yang
timbul sebagai akibat langsung atau tidak
langsung dari kecacatannya
2. Berkaitan dengan pendidikan, tujuannya
adalah untuk membantu menyiapkan peserta
didik agar mampu mengembangkan sikap,
pengetahuan dan keterampilan
Tujuh aspek yang perlu
dikembangkan
Pengembangan intelektual dan akademik
 Membantu perkembangan fisik
 Meningkatkan perkembangan emosi dan
penerimaan diri anak
 Mematangkan aspek sosial
 Mematangkan moral dan spiritual
 Meningkatkan ekspresi diri
 Mempersiapkan masa depan anak

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH
Penataan lingkungan belajar :
1. Bangunan gedung memprioritaskan Tiga
kemudahan Mudah keluar, masuk, mudah
bergerak dalam ruangan, dan mudah
mengadakan penyesuaian
2. Personil :
Guru plb, guru reguler, dokter ahli
Anak, dokter ahli rehabilitasi medis, dokter
ahli ortopedik dokter ahli syaraf, psikolog,
guru bimbingan dan penyuluhan, social
worker, fisioterapis
TEMPAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Khusus Berasrama ( Full Time
Residential School ) Model ini diperuntukkan bagi
anak tunadaksa yang derajat kelainannya berat
dan sangat berat.
2. Sekolah Khusus tanpa Asrama ( Special Day
School) Model ini dimaksudkan bagi anak
tunadaksa yang memiliki kemampuan pulang pergi
ke sekolah atau tempat tinggal mereka yang tidak
jauh dari sekolah.
3. Kelas Khusus Penuh (Full -Time Special Class )
Anak tunadaksa yang memiliki tingkat kecacatan
ringan dan kecerdasan homogen dilayani dalam
kelas khusus secara penuh.
Kelas Reguler dan Khusus ( Part -Time
Reguler Class and Part Time Special Class )
Model ini digunakan apabila menyatukan anak
tunadaksa dengan anak normal, pada mata
pelajaran tertentu. Mereka belajar dengan anak
normal dan apabila anak tunadaksa
mengalami kesulitan mereka belajar di kelas
khusus.
5. Kelas reguler Dibantu oleh Guru Khusus (
Reguler Class with Supportive Instructional
Service ) Anak tunadaksa bersekolah bersamasama anak normal di sekolah umum dengan
bantuan guru khusus apabila anak mengalami
kesulitan.
4.
6. Kelas Biasa dengan Layanan Konsultasi
untuk Guru Umum ( Reguler Class
Placement with Consulting Service for
Reguler Teachers) Anak tunadaksa belajar
bersama dengan anak normal di sekolah
umum, dan untuk membantu kelancaran
pembelajaran ada guru kunjung yang
berfungsi sebagai konsultan guru reguler
7. Kelas Biasa ( Reguler Class) Model ini
diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang
memiliki kecerdasan normal, memiliki
potensi dan kemampuan yang dapat belajar
bersama sama dengan anak normal.
SISTEM PENDIDIKAN
Adaptasi pendidikan anak tunadaksa apabila
ditempatkan di sekolah umum adalah sebagai berikut.
 A. Pendidikan Integrasi (Terpadu)
1. Penempatan di kelas reguler
Hal- hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut.
 Menyiapkan lingkungan belajar tambahan sehingga
memungkinkan anak tunadaksa untuk bergerak
sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
membangun trotoar, pintu agak besar sehingga
anak dapat menggunakan kursi roda;
 Menyiapkan program khusus untuk mengejar
ketinggalan anak tunadaksa karena anak sering
tidak masuk sekolah
Guru harus mengadakan kontak secara intensif
dengan siswanya untuk melihat masalah
fisiknya secara langsung;
 Perlu mengadakan rujukan ke ahli terkait
apabila timbul masalah fisik dan kesehatan
yang lebih parah
2. Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas
khusus
Murid yang mengalami ketinggalan dari
temannya di kelas reguler karena ia sakitsakitan diberi layanan tambahan oleh guru di
ruang sumber. Murid yang datang ke ruang
sumber tergantung pada materi pelajaran yang
menjadi ketinggalannya

B. Pendidikan Segregasi (Terpisah)
Penyelenggaraan pendidikan bagi anak
tunadaksa yang ditempatkan di tempat
khusus seperti sekolah khusus adalah
menggunakan kurikulum Pendidikan Luar
Biasa Anak Tunadaksa
PELAKSANAAN PEMBELAJ ARAN
Prinsip Pembelajaran
Ada beberapa prinsip utama dalam
memberikan pendidikan pada anak
tunadaksa, diantaranya sebagai berikut.
 Prinsip multisensori (banyak indra) Proses
pendidikan anak tunadaksa sedapat
mungkin memanfaatkan dan
mengembangkan indra-indra yang ada
dalam diri anak karena banyak anak
1.
2. Prinsip individualisasi
Individualisasi mengandung arti bahwa
titik tolak layanan pendidikan adalah
kemampuan anak secara individu.
Model layanan pendidikannya dapat
berbentuk klasikal dan individual.
Dalam model klasikal, layanan
pendidikan diberikan pada kelompok
individu yang cenderung memiliki
kemampuan yang hampir sama
Penataan Lingkungan Belajar
1.
2.
3.
4.
5.
Macam -macam ruangan khusus, seperti ruang
poliklinik/UKS untuk pemeriksaan dan perawatan
kesehatan anak,
Jalan masuk menuju sekolah sebaiknya dibuat keras
dan rata yang memungkinkan anak tunadaksa yang
memakai alat bantu
Tangga sebaiknya disediakan jalur lantai yang dibuat
miring dan landai Lantai bangunan baik di dalam dan
di luar gedung sebaiknya dibuat dari bahan yang tidak
licin.
Pintu. pintu ruangan sebaiknya lebih lebar dari pintu
biasa dan daun pintunya dibuat mengatup ke dalam.
Untuk menghubungkan bangunan/kelas yang satu
dengan yang lain sebaiknya disediakan lorong
(koridor) yang lebar dan ada pegangan tembok
Pada beberapa dinding lorong dapat dipasang
cermin besar untuk digunakan anak
mengoreksi sendiri sikap/posisi jalan yang
salah.
7. Kamar mandi/kecil sebaiknya dekat dengan
kelas kelas agar anak mudah dan segera
dapat menjangkaunya.
8. Dipasang WC duduk agar anak tidak perlu
berjongkok pada waktu menggunakannya.
9. Kelas sebaiknya dilengkapi dengan meja dan
kursi yang konstruksinya disesuaikan dengan
kondisi kecacatan anak, misalnya tinggi meja
kursi dapat disetel tanganan, an sandaran
kursi dimodifikasi, dan dipasang belt(sabuk)
agar aman.
6.