TAUHID - Psikologi UHT 2012

Download Report

Transcript TAUHID - Psikologi UHT 2012

TUHAN DAN TAUHID
Siapakah Tuhan Itu?
Pertanyaan tentang Tuhan setua usia manusia itu sendiri. Memang
secara fitrah manusia mengakui adanya Tuhan, namun tidak ada
bukti empiris dan faktual wujud Tuhan. Bukan hanya itu, tatkala
Nabi Musa ingin melihat Tuhan pun tidak mampu menerima
eksistensiNya.
Kajian antropologis menemukan suku pedalaman di Australia
yang meyakini adanya Dzat yang trasenden, yaitu Allah. Dalam
psikologi, manusia disebut juga homo religios (makhluk yang
beragama/bertuhan). Mengingkari keyakinan adanya Allah tak
ubahnya menginkari diri manusia itu sendiri. Inilah atheisme





Kamus filsafat yang ditulis Lorens Bagus (2000)
menjelaskan ateisme berasal dari kata Yunani atheos
(tanpa Tuhan); dari a (tidak) dan theos (Tuhan). Ateisme
mempunyai beberapa pengertian antara lain:
Keyakinan bahwa Allah itu tidak ada
Pandangan yang menolak adanya yang adikodrati,
hidup sesudah mati
Kesangsian akan eksistensi yang adikodrati yang
mengatur alam semesta ini
Menolak semua agama



Di samping itu, ada beberapa macam ateisme
ateisme naïf, sebuah pandangan yang menegaskan
fenomena alam dengan sebab-sebab alamiah,
tanpa melibatkan Allah.
ateisme praktis dan teoritis, meyakini adanya Allah,
tetapi menolak Allah dalam kehidupan ini. Dalam
agama Islam, ateisme ini adalah sebentuk iman
dalam hati, tetapi tidak terlihat dalam kehidupan.
Filosof Jerman, Nietzsche berkoar-koar Got is tot
(Allah telah mati).

ateisme
materialistis
dan
positivis,
pandangan yang menolak eksistensi Allah,
dan meyakini kebenaran absolut materi
dan ilmu pengetahuan. Dalam pandangan
ini, Allah bukan sangkan paraning dumadi
(sebab utama kehidupan).

Dalam bahasa Arab Tuhan disebut dengan nama
Allah (ismul a’dzam). Menurut ulama tafsir Ibnu
Katsir, akar kata itu aliha yang berarti ibadah,
pengabdian karena kepada Tuhan manusia
mengabdi. Ada juga menyebut walaha (binggung)
karena Tuhan membinggungkan akal manusia.
Ada juga alihtu yang bermakna condong karena
manusia sejak awal menyakini adanya Tuhan.
Otak dan Keyakinan adanya Tuhan


Buku Born to Believe karya Andrew Newberg dan Mark
Worldman (2013) membuktikan Otak manusia mampu
mencercap kehadiran Tuhan. Otak manusia tidak bisa
membohongi bahwa Tuhan itu ada. Secara bertahap
otak memahami Tuhan dalam beberapa tahap:
1. Otak bayi dalam fase perkembangan primitif belum
mampu menyatukan informasi indrawi sehingga belum
memiliki keyakinan. Menginjak usia sekitar satu sampai
enam tahun, anak-anak mulai menggunakan
pengalaman indrawi menjadi sistem keyakinan, walau
masih dalam bentuk yang sangat sederhana.

2. Usia enam hingga sepuluh tahun, anak mulai
menerima kehadiran Tuhan. Bersamaan
dengan itu otak manusia berjuang membangun
konsep tentang baik dan buruk serta benar
dan salah. Inilah salah satu fase krusial
perkembangan otak manusia. Internalisasi
iman yang tertanam begitu mendalam akan
sulit terhapuskan, sekali pun mendaku ateis.


3. Menapaki masa remaja, antara usia sebelas tahunan
hingga dua puluh tahunan ini, seorang anak mengalami
gejolak. Konsepsi iman dipertanyakan. Pertanyaan
mendasar tentang religiusitas diajukan.
4. Menginjak usia tua secara ditandai dengan
kematangan intelektualitas, yang kadang kala diikuti
pula dengan penurunan religiusitas. Kadar penurunan
semata-mata ini bergantung ‘perawatan’ iman. Tanpa
‘perawatan’ keyakinan persentase orang dewasa yang
ateis bisa menurun mencapai 50 persen (hlm. 212).
tauhid

Tauhid adalan landasan utama dalam beriman
Islam. Pengesaan Tuhan (pure monetiesme) ini
tidak ditemui dalam agama lain, selain Islam.
Pengutusan para nabi dan rasul semuanya
diarahkan untuk menyebarkan ajaran bahwa
Tuhan itu Maha Esa, tidak mempunyai sekutu
dan beranak-pinak. Konsep teologis ini terbagi
menjadi dua:


Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah sebentuk keyakinan keesaan
Tuhan dalam perbuatan-perbuatan yang hanya
dapat dilakukanNya, seperti mencipta dan
mengatur seluruh alam semesta beserta isinya,
memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak
mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan
bagi Tuhan. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh
manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya.

Keyakinan atas tauhid rububiyah ini
tidaklah
menjadikan
seseorang
beragama
Islam
karena
sesungguhnya orang-orang musyrikin
Quraisy mengakui dan meyakini jenis
tauhid ini.

Sebagaimana firman Tuhan, “Katakanlah: ‘Siapakah
Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki
‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab:
‘Kepunyaan Tuhan.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu
tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka
akan menjawab: ‘Kepunyaan Tuhan.’ Katakanlah:
‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. AlMu’minun: 86-89).


Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah meyakini bahwa Allah
adalah satu-satunya Tuhan yang patut dipuja
dan disembah.
Maksudnya, mengesakan
Tuhan dalam segala macam ibadah dan
pengabdian. Ibadah seseorang semata-mata
dikerjakan karena Tuhan, bukan karena yang
lain. Hanya Tuhan yang patut mendapatkan
pengabdian manusia.

Dakwah para nabi dan rasul sesungguhnya
mengajak manusia mengabdi kepada Tuhan,
bukan kepada yang lain. Pengabdian kepada
selain Tuhan menjatuhkan manusia dalam
penyekutuan Tuhan dengan yang lain. Dan
perbuatan ini termasuk kategori dosa besar
dalam Islam. Syirik tidak termapuni oleh Tuhan.
Tuhan berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Tuhan juga berfirman “Dan
tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala
yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan,
tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami
menghendaki berbuat demikian.” (QS. Al Anbiya: 1617). “Maka apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara mainmain, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)
Aktualisasi tauhid

Muhammad 'Abduh mempublikasikan
sebuah buku yang berjudul Risalat alTauhid (1897) dengan menekankan
aktualitas tauhid sebagai identitas sosial
dalam rangka membentuk sebuah
masyarakat Muslim.

Orientasi tauhid sebagai kekuatan yang
menggerakkan
persatuan
umat
Islam
mengindikasikan bahwa tauhid bukan saja
berkaitan dengan beriman kepada Tuhan yang
Maha Esa seperti yang diyakini agama monoteisme,
melainkan juga beriman kesatuan penciptaan (unity
of creation), kesatuan manusia (unity of mankind),
kesatuan tuntunan hidup (unity of guidance) dan
kesatuan tujuan hidup (unity of purpose of life).
Seluruh pandangan hidup tersebut merupakan
derivasi dari kesatuan Tuhan (unity of Godhead).