KUSTA (rissa,natalia)

Download Report

Transcript KUSTA (rissa,natalia)

Natalia P
A 0111 054
PENDAHULUAN
•
Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai
penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksikronis yang sebelumnya,
diketahui hanya disebabkan oleh bakteriMycobacterium leprae, hingga ditemukan
bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang
menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih
khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri
Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama
Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang
menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra.
• . Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit
Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah
penemunya, melainkan juga karena kataleprosy dan leper
mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga
penamaan yang netral lebih diterapkan untuk
mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita
oleh pasien kusta.
PENYEBAB
• Mycobacterium leprae adalah penyebab dari
kusta. Sebuah bakteri yang tahan asam M.
leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram
positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh
membran sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies Mycobacterium. M. leprae belum
dapat dikultur pada laboratorium.
Bakteri Kusta
• Selama ini yang diyakini sebagai sumber utama
penularan penyakit Kusta adalah manusia.
Bakteri kusta banyak bersarang pada kulit
dan mukosa hidung manusia. Kuman kusta
memiliki masa inkubasi 2 – 5 tahun bahkan
juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.
Belum diketahui secara pasti bagaimana cara
penularan kuman kusta.
• Namun secara teoritis dikrtahui bahwa
seseorang terinfeksi kuman kusta karena
pernah melakukan kontak langsung dalam
jangka yang sangat lama dengan orang
terkena kusta yang belum minum obat.
Adapun caar masuk kuman kusta kepada
orang lain diperkirakan melalui saluran
pernafasan bagian atas.
•
Banyak orang takut berlebihan tertular penyakit kusta. Padahal
menurut penelitian medis Kusta merupakan jenis penyakit menular
yang sulit menular. Ada 3 (tiga) kelompok orang dalam system
penularan penyakit kusta:
– Orang yang memiliki tingkat imunitas (kekebalan) tinggi terhadap
kuman kusta, maka orang tersebut akan resisten terhadap kuman
kusta.
– Orang yang memiliki kekebalan rendah terhadap kuman kusta,
maka mungkin orang tersebut dapat terinfeksi kuman kusta
namun akan sembuh dengan sendirinya.
– Orang yang tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit kusta.
Jika orang tersebut melakukan kontak langsung dan dalam waktu
yang lama dengan orang yang membawa bakteri kusta dan belum
minum obat, maka orang tersebut akan mengalami sakit kusta.
Ciri dan Gejala
• Sekali terinfeksi kuman, rata-rata periode inkubasinya adalah
2-3 tahun, namun dapat bervariasi dari 6 bulan sampai 40
tahun bahkan lebih. Pada 90% pasien, tanda awal dari
penyakit ini adalah perasaan tebal pada kulit yang nantinya
akan berkembang menjadi lesi atau kelainan kulit dalam
beberapa tahun. Sensasi pertama yang hilang adalah sensasi
terhadap temperatur (panas dan dingin) diikuti dengan
hilangnya sensasi sentuhan ringan, raba, nyeri dan tekanan.
Kehilangan respons sensoris biasanya dimulai dari jari tangan
dan kaki.
•
Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau
tipe dari penyakit tersebut. Secara umum, tanda-tanda itu adalah :
– Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia
– Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak.
– Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus,
aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja
sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
– Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit
– Alis rambut rontok
– Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka
singa)
Jenis Kusta
• Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam,
namun terutama mengenai kulit, saraf, dan
membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini
dapat
dikelompokkan
lagi
menjadi
'kusta
tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta
lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler),
atau kusta multibasiler (borderline leprosy).
•
Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan
adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus
lepromatosa menunjukkan adnaya sejumlah organisme di dermis kulit.
Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme
tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat
laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam di epiteldeskuamosa
di kulit, Weddel et al melaporkan bahwa mereka tidak menemukan
bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru, Job et al
menemukan adanya sejumlah M. leprae yang besar di lapisan
keratinsuperfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini
membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat
keluar melalui kelenjar keringat.
• Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan.
Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa
inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu,
berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa
inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini
dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteran perang yang
pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah
ke daerah non-endemik. Secara umum, telah disetujui, bahwa
masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
epidemiologi
•
Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita
kusta.India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh
Brasil dan Myanmar.
•
Pada 1999, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan 640.000, pada 2000,
738.284 kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat.
Pada 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus
dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal. Pada 2002, 763.917 kasus
ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus
kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.
• Kelompok berisiko
• Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta
adalah yang tinggal di daerah endemik dengan
kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang
tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi
yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain
seperti HIV yang dapat menekan sistem imun.
Pencegahan
•
Pencegahan cacat Kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
penanggulangannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh
petugas kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya. Di
samping itu perlu mengubah pandangan yang salah dari masyarakat, antara lain
bahwa Kusta identik dengan deformitas atau disability.
•
Upaya pencegahan cacat terdiri atas:
– 1. Untuk Upaya pencegahan cacat primer, meliputi:
– diagnosis dini
– pengobatan secara teratur dan akurat
– diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi
•
Upaya pencegahan sekunder, meliputi:
– Perawatan diri sendiri untuk mencegah luka
– Latihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk
mencegah terjadinya kontraktur
– Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar
tidak mendapat tekanan yang berlebihan
– Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi, sehingga pada proses
penyembuhan tidak terlalu banyak jaringan yang hilang
– Perawatan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami
kelumpuhan otot.
Pengobatan
Pengobatan penyakit kusta secara dini dan teratur diyakini dapat menyembuhkan .
Pengobatan paling umum adalah dengan menggunakan obat kombinasi atau MDT ( Multy
Drug Therapy ).
•
Lama Pengobatan .
–
Kusta kering ( PB ) adalah 6 bulan menggunakan obat Rifampicin dan DDS
–
Kusta basah ( MB ) adalah 12 bulan menggunakan obat : Rifampicin, Lamprene dan
DDS
•
Obat bisa didapatkan secara cuma-cuma di pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas
setempat.
•
Komitmen kita semua elemen bangsa untuk mendukung eliminasi kusta akan memperbaiki
masa depan generasi bangsa Indonesia.
•
Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan
merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah
pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin,
klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta
tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
•
Obat terapi multiobat kusta.Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapi
kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan.
Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan multiobat masih
efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama. Cara
ini aman dan mudah. Jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan
obat.
•
Efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat antikusta
antara lain urine, tinja dan keringat menjadi berwarna merah akibat
penggunaan rifampisin atau kulit menjadi hitam akibat penggunaan
klofazimin. Pada kondisi ini, obat tetap diteruskan karena efek
samping ini tidak manetap dan akan kembali normal setelah selesai
pengobatan. Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah gatal,
merah pada kulit, bila berat kulit kepala dan seluruh tubuh bisa
terkelupas, yang umumnya akibat penggunaan DDS. Jika hal ini
terjadi segera konsultasikan kepada dokter yang merawat.
Prinsip yang penting pada perawatan sendiri
untuk pencegahan cacat kusta adalah:
•
pasien mengerti bahwa daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko
terjadinya luka
•
pasien harus melindungi tempat risiko tersebut (dengan kaca mata, sarung
tangan, sepatu, dll)
•
pasien mengetahui penyebab luka (panas, tekanan, benda tajam dan kasar)
•
pasien dapat melakukan perawatan kulit (merendam, menggosok, melumasi)
dan melatih sendi bila mulai kaku
•
penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan
luka, mengurangi tekanan pada luka dengan cara istirahat