ANALISIS FERTILITAS PENDUDUK BENGKULU

Download Report

Transcript ANALISIS FERTILITAS PENDUDUK BENGKULU

Heri Sunaryanto, Ph.D.
KOALISI KEPENDUDUKAN DAN
PEMBANGUNAN PROVINSI BENGKULU
LPP Bengkulu lebih tinggi dari rata-rata LPP
nasional yaitu 1,69 persen dibanding 1,49 persen
(Sensus 2010).
 TFR Bengkulu meningkat dari 2,3 pada 2000
menjadi 2,5 dimana TFR tsb lebih tinggi dari
rata-rata TFR nasional yaitu 2,23 (Sensus 2010)
 Permasalahan:




Permasalahan yang dapat ditarik dari penjelasan
diatas adalah mengapa LPP dan TFR penduduk
Bengkulu masih relatif tinggi dibandingkan dengan
LPP dan TFR Indonesia?
Faktor sosial-demografi apa saja yang berkontribusi
terhadap angka fertilitas di provinsi Bengkulu ?
Bagaimana dampak tingginya angka fertilitas
terhadap pembangunan dan pengembangan kualitas
SDM.
 Menganalisis
tren perkembangan Jumlah,
Laju Pertumbuhan dan Fertilitas penduduk
Bengkulu.
 Menganalisis faktor-faktor sosial-demografi
yang berhubungan dengan fertilitas di
Bengkulu.
 Manganalisis dampak fertilitas terhadap
pengembangan kualitas SDM di Bengkulu
 Memberikan rekomendasi kebijakan terhadap
upaya pengendalian Fertlitas kepada BKKBN
provinsi Bengkulu .
 Data
hasil Sensus Penduduk
 Data hasil SDKI 2007
 Data hasil Survey Mini BKKBN Bengkulu
 Data-data dari hasil kajian para ahli

Teori Transisi Demografi


Teori Sosiologi Fertilitas


Menjelaskan hubungan laju pertumbuhan penduduk
dengan tingkat pembangungan (level of modernisation)
(Hugo, et.al, 1987).
pentingnya norma-norma yang dianut oleh masyarakat
yaitu yaitu norma tentang besarnya keluarga.
Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga di
pengaruhi oleh struktur sosial-ekonomi. (Freedman,
1962)
Teori Ekonomi Fertilitas
Teori perilaku konsumen (theory of consumer
behaviour) mengasumsikan bahwa anak dianggap
sebagai suatu jenis barang konsumsi dimana anak
dianggap sebagai aset atau investasi untuk
menggarap lahan sebagai sandaran hidup dan atau
tabungan hari tua (Todaro dan Smith, 2003: 313).





Tipe produksi ekonomi
Partisipasi wanita dalam lapangan kerja
Status sosial ekonomi
Peluang mobilitas
Kebijakan pemerintah
8
7
6
5
4
Bengkulu
3
Indonesia
2
1
0
1970
1980
1990
2000
2010
Karakteristik
Tempat Tinggal
Kota
Desa
Pendidikan
Tidak Sekolah
SD
Tamat SD
SMP
Tamat SMP keatas
Jml Anak
2,8
2,8
3,2
3,2
2,8
2,6
2,6
Tabel 4.1. Distribusi Wanita Menikah yang Menggunakan Kontrasepsi
menurut Tempat tinggal, 2007
Tempat Menggunakan Tdk Menggunakan Jumlah(%)
Tinggal
Kota
71,6
28,4
56 (100)
Desa
74,9
25,1
144 (100)
Sumber: SDKI 2007
Tabel 4.2. Distribusi Wanita Menikah yang Menggunakan Kontrasepsi
menurut Pendidikan, 2007
Pendidikan Menggunakan Tdk Menggunakan Jumlah (%)
Tidak Sekolah
65,3
34,7
9 (100)
SD
69,0
31,0
36 (100)
Tamat SD
80,4
19,6
51(100)
SMP
78,2
21,8
47(100)
Tamat SMP
69,3
30,7
57(100)
keatas
Sumber: SDKI 2007
Tabel 4.3. Distribusi Wanita Menikah yang Menggunakan Kontrasepsi
menurut Status Ekonomi, 2007
Status Ekonomi
Sangat Rendah
Rendah
Menengah
Tinggi
Sangat Tinggi
Sumber: SDKI 2007
Menggunakan
77,4
73,2
76,8
64,6
75,2
Tdk
Menggunakan
22,6
26,8
23,2
35,4
24,8
Jumlah(%)
60(100)
43(100)
36(100)
32(100)
27(100)
 Dengan
asumsi LPP Bengkulu Stabil yaitu 1,69
Tahun
Proyeksi
Tambahan
Penduduk
2010
1,715,518
2015
1,955,400
139,882
2020
2,125,800
410,282

“jika permasalahan kemiskinan, pengangguran
dan ketimpangan pendapatan selama periode
tertentu sedikit banyak telah teratasi, maka
tidak diragukan lagi bahwa periode tersebut
memang merupakan periode pembangunan bagi
negara/wilayah bersangkutan. Akan tetapi jika
salah satu atau ketiga persoalan mendasar
tersebut menjadi semakin buruk, maka negara
atau wilayah itu tidak bisa dikatakan telah
mengalami proses pembangunan yang positif,
meskipun, barangkali selama kurun waktu
tersebut,pendapatan per kapita mengalami
peningkatan hingga dua kali lipat.”
Indonesia
14.15
Bengkulu
18.59
Kab. Bengkulu Selatan
25.08
Kab. Rejang Lebong
15.79
Kab. Bengkulu Utara
16.10
Kab. Kaur
23.49
Kab. Seluma
23.07
Kab. Muko-muko
15.39
Kab. Lebong
13.94
Kab. Kepahiang
16.60
Kota Bengkulu
17.57
Kab. Benteng
52.41
17.57
16.60
13.94
15.39
16.10
10
Kota Bengkulu
Kab. Kepahiang
Kab. Lebong
Kab. Muko-muko
Kab. Seluma
Tingkat Kemiskinan Nasional
Tingkat Kemiskinan Provinsi
Tingkat Kemiskinan Kab./Kota
Kab. Kaur
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
0
Kab. Rejang Lebong
5
15.79
23.07
23.49
25.08
15
Persen
30
25
20
Penduduk tanpa
akses pada air
bersih*
Penduduk tanpa
akses pada
fasilitas sarana
kesehatan
NASIONAL
50.5
14.7
7.6
Bengkulu
72.2
10.4
8.1
66.67
2.52
8.4
71.27
7.69
7.5
77.23
16.98
7.3
Kab. Kaur
88.00
8.86
7.6
Kab. Seluma
83.12
15.29
7.4
Kab. Muko-muko
76.19
11.72
7.1
Kab. Lebong
73.73
8.54
7.3
Kab. Kepahiang
74.91
7.48
7.6
Kota Bengkulu
37.41
0.00
10.8
Kab. Bengkulu
Selatan
Kab. Rejang
Lebong
Kab. Bengkulu
Utara
Rata-rata lama
sekolah (tahun)
 Penurunan
Fertilitas di Bengkulu lebih
dipengaruhi oleh faktor makro yaitu kuatnya
komitmen dan intervensi pemerinrah.
 Lemahnya komitmen dan intervensi
pemerintah pasca orde baru telah
menyebabkan angka Fertilitas Bengkulu naik.
 Kesadaran masyarakat yang berbasis pada
nilai-nilai sosial-budaya menjadi faktor yang
signifikan.






Untuk mengendalikan angka Fertilitas Total sebagai
mana yang ditargetkan pada MDG’s yaitu 2,1, maka
beberapa hal yang perlu dilakukan :
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya norma Keluarga Kecil.
2. Memberi peran koordinasi yang lebih luas kepada
BKKBN provinsi dengan institusi kependudukan di
kabupaten/kota.
3. Mendorong otonomi institusi kependudukan.
4. Memperkuat, Menghidupkan dan mengidentfikasi
kembali PLKB, PPLKB, Pos Kb dan Kader KB.
5. Meningkatkan komitmen pemerintah Daerah segera
membuat Grand Design Pembangunan Kependudukan
2011-2035 sebagaimana telah ditetapkan dengan Kep.
Menko Kesra No. 27/2011