Teori Komunikasi Pertemuan 9

Download Report

Transcript Teori Komunikasi Pertemuan 9

MODEL PROSES KOMUNIKASI
Pesan
Penyandian
Mengirimkan
Pengirim
(Sumber)
Menerima
Pesan
SALURAN
Gangguan
Pengertian
Menerima
PENERIMA
Umpan Balik
Mengirimkan
BAGAIMANA KOMUNIKASI EFEKTIF ?
Kemampuan Berempati
Kemepuan Mengenali
Jenis Penerima
Informasi
Kemampuan Bahasa
tubuh
KEMAMPUAN BEREMPATI


Empati : memposisikan diri kita sebagai rekan
komunikasi kita
Gunakan bahasa positif yang ditujukan untuk mewakili
kepentingan lawan bicara dari pada kepentingan sendiri
Contoh :
“ Ayolah, jangan malas begitu. Nanti saya beri bonus kalau kalian
mau bekerja lebih tekun “
“ Teman-teman, saya minta tolong supaya Anda semua mau
bekerja sama membangun kemajuan usaha ini. Insya Alloh
kita sama-sama menikmati hasilnya”.
Kemampuan Mengenali Jenis Penerima
Informasi
1.
Jenis Auditory
menggunakan kemampuan pendengaran saat
menerima informasi
cirinya menggunakan kata-kata :
“Saya dengar …”
“Saya cermati…”
“Menurut apa yang saya terima…..”
. Jenis Visual
menggunakan kemampuan penglihatan dalam
menerima informasi.
ciri-cirinya menggunakan kata-kata :
“Saya lihat…”
“Saya pandang…’
“Menurut peninjauan saya…”
Kemampuan Mengenali Jenis
Penerima Informasi (Cont’)
3. Jenis Kinesthetic
menggunakan perasaan dalam menerima informasi.
Cirinya : Menggunakan kata-kata :
“ Saya rasa…”
“ Sensasi yang saya terima…”
“ Menurut hati saya…”
MEMFOKUSKAN KOMUNIKASI
PEMPROSESAN INFORMASI INDRAWI OLEH OTAK
OTAK MEMILIH MASUKAN TERTENTU MENJADI FOKUS
PILIH KATA YANG MENGARAHKAN FOKUS
KATA MEMBUKA ASOSIASI
ARAHKAN ASOSIASI YANG MENDUKUNG KEGIATAN
HEMAT BAHASA
KATAKAN APA YANG PERLU KITA KATAKAN DENGAN KEJELASAN
SEBANYAK MUNGKIN DAN DENGAN KATA SEDIKIT MUNGKIN
TIDAK GENERAL
GENERALISASI MEMUNGKINKAN ORANG LAIN MENGISI
KEKOSONGAN DENGAN PEMAHAMANNYA SENDIRI
SEMAKIN SPESIFIK PERMINTAANNYA, SEMAKIN BESAR
ORANG AKAN MELAKUKANNYA SESUAI YANG
DIINGINKAN
Kesopanan Dalam berkomunikasi
(Politeness)



Faktor kesopanan lebih banyak terkait dengan aspek sosio
kultural pemakai bahasa.
Pembicara dan lawan bicara dituntut untuk saling
memahami dan mengerti maksud yang diinginkan tanpa
harus mengucapkan secara eksplisit.
Lakof (dalam Cook, 1989) merumuskan tiga prinsip
kesopanan dalam berkomunukasi :
- Don’t Impose (jangan memaksa).
- Give Option (berikan pilihan).
- Make your recivier feel good ( buatlah lawan bicara anda
merasa senang)
Kesopanan Dalam berkomunikasi
(Cont’)
Contoh :
Seseorang memerintah dengan perintah:
“Jangan merokok diruang ini!” atau “Dilarang membuang
sampah di sini!”
Kata tersebut dapat dapat menimbulkan ketidaksenangan
orang yang diperintah, apalagi bila yang memerintah
tidak dalam posisi sebagai orang yang berhak
memerintah (atasan).
Akan lebih baik jika ;
“Terima kasih anda tidak merokok di ruang ini” atau
“Terima kasih anda tidak membuang sampah di tempat
ini”.
Ungkapan Tidak Langsung
Tujuan : untuk menjaga hubungan sosial dengan
lawan bicara.
Gumperz (1982) memberi istilah rappot dan
defensiveness.
Rappot : pembicara atau lawan bicara akan merasa
senang ucapannya dapat dimengerti tanpa harus
menjelaskan secara detail.
Defensiveness : kepentingan untuk menyelamatkan
muka.
Ungkapan Tidak Langsung (Cont’)
Ullman (1972), menyebut ada keterkaitan antara name
and sense, yaitu satu sebutan dapat mengacu pada
beberapa makna.
Contoh :
Malam sudah larut seorang suami masih menulis di ruang kerja,
kemudian istrinya bilang “ Pak sudah malam”. Ungkapan ini
mempunyai interpretasi bermacam-macam
Ungkapan tersebut mungkin berarti istrinya minta
suaminya mengecek pintu dan jendela yang belum
terkunci, mematikan lampu yang tidak terpakai,
memeriksa kunci pengaman kendaraan, atau juag bisa
berarti ajakan untuk “tidur” agar besok pagi tidak
mengantuk sewaktu bekerja
Eufemisme ( penghalusan istilah)
Pemakaian Eufimisme sebaiknya digunakan untuk kesantunan,
bukan untuk membodohi.
Contoh Eufimisme :
“masih dipertimbangkan “ (artinya belum jelas)
“diamankan” (artinya ditahan)
“negara berkembang” (artinya negara miskin).
“Pekerja Seks Komersial” (artinya pelacur).
Pemakaian Eufimisme dalam komunikasi sehari-hari dapat
mengakibatkan perubahan makna kata (semantic change) yang
signifikan.
Misal : kata aman dalam kalimat diamankan. Aman berarti tidak
ada masalah, sedangkan diamankan artinya ditahan karena
seseorang dianggap bermasalah.
Basa – basi (Lips Service)
Ungkapan basa-basi merupakan bagian dari budaya orang
Indonesia khususnya orang Jawa, yang berfungsi untuk
menjalin hubungan sosial antara pembicara dengan lawan
bicara.
Untuk memahami ungkapan basa-basi ini tidak cukup hanya
memahami makna sebuah ungkapan, namun pemahaman
sosio kultural antar pembicara dan lawan bicara menjadi
sangat penting.
Kata Populer dan Kata Ilmiah
Dalam aktivitas berbahasa, seorang pengguna bahasa akan
menggunakan beberapa macam variasi pilihan kata yang di sesuaikan dengan situasi
Kata populer adalah kata-kata yang secara umum dipakai oleh
semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun
masyarakat biasa. Kata-kata ini merupakan andalan dalam
bahasa mana pun di dunia.
Kata Populer dan Kata Ilmiah
(Cont’)
Kata ilmiah adalah kata-kata yang dipakai oleh kaum
terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Selain
itu, kata-kata ini juga digunakan dalam pertemuanpertemuan resmi dan dalam diskusi-diskusi yang khusus,
terutama dalam diskusi-diskusi ilmiah
Sebagai contoh seorang dokter, ketika ia berkomunikasi
dengan rekan seprofesi, dapat saja menggunakan kata
feces. Namun, ketika ia berkomunikasi dengan pasiennya,
ia harus menggunakan kata kotoran.
Bahasa untuk mempengaruhi
masyarakat
Pada masa Orde Baru ungkapan-ungkapan bahasa Jawa relatif
sering digunakan. Penggunaannya disisipkan dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Misalnya:
- Mikul dhuwur mendhem jero.
- Lengser keprabon madek pandhito ratu.
Ungkapan-ungkapan yang sering disampaikan dalam berbagai
kesempatan oleh penguasa pada waktu itu cukup efektif untuk
memengaruhi sikap atau perilaku masyarakat.
Pilihan kata-kata yang tepat disesuaikan dengan budaya yang
hidup dalam masyarakat dianggap efektif untuk menenangkan
kegelisahan rakyat. Misalnya:
> Pejabat yang diduga bermasalah akan segera diperiksa.

> Semua koruptor akan segera diadili.
Bahasa untuk mempengaruhi
masyarakat (Cont’)
Kalimat tersebut cukup efektif untuk menenangkan
masyarakat yang tidak puas terhadap proses hukum.
Padahal bila dicermati kalimat tersebut lebih bermakna
memberi janji. Janji yang bisa ditindaklanjuti bisa juga
dilupakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa
memang memiliki kekuatan dan dapat digunakan sebagai
salah satu alat untuk mencapai tujuan
Bahasa untuk mempengaruhi
masyarakat (Cont’)
Bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan
kekerasan sehingga menimbulkan kekerasan verbal,
Kekerasan verbal tersebut dapat memunculkan terjadinya
kekerasan fisik (physical violence). Hal itu dapat terjadi
karena muatan psikologis yang terkandung dalam
kekerasan verbal (verbal violence) biasanya menyerang
orang lain/kelompok tertentu melalui komunikasi verbal
dengan cara menghina, menyudutkan, mengancam,
mengkritik, menyindir, melecehkan, merendahkan, dan
lain-lain.
Bahasa untuk mempengaruhi
masyarakat (Cont’)
Kekerasan verbal (verbal violence) dapat juga dilakukan
oleh negara (state violence), misalnya tindak tutur
represif maupun diskriminatif. Ungkapan yang sering
dilontarkan oleh pemerintah Indonesia pada era Orde
Baru, misalnya antikemapanan, garis keras, PKI, dan
sebagainya