kegunaan memahami filsafat bagi guru pertemuan 4

Download Report

Transcript kegunaan memahami filsafat bagi guru pertemuan 4

KEGUNAAN MEMAHAMI
FILSAFAT BAGI GURU
PERTEMUAN 4
Mengapa Guru Perlu Memiliki Wawasan Filsafat?

Guru yang memiliki wawasan filsafat dapat dikategorikan
guru professional. Di dalam substansi filsafat (baca: fisafat
pendidikan) terdiri atas apa yang diyakini guru mengenai
pendidikan, merupakan kumpulan prinsip yang membimbing
tindakan profesional seseorang, berkaitan dengan
penetapan hakekat dari tujuan, alat pendidikan dan
memandu menerjemahkan prinsip-prinsip ini kedalam
kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikannya.
Sehingga setiap guru yang memahami filsafat pendidikan
ia memiliki seperangkat keyakinan mengenai bagaimana
manusia belajar dan tumbuh serta apa yang manusia
pelajari agar dapat tinggal dalam kehidupan yang baik.

Jadi, pemahaman filsafat oleh guru sangatlah
perlu, karena wawasan filosofis dalam dunia
pendidikan berintikan interaksi antara manusia,
terutama antara pendidik dan terdidik untuk
mencapai tujuan pendidikan.didalam interaksi
tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses
bagaimana interaksi tersebut berlangsung.

Apakah yang menjadi tujuan pendidikan,siapa
pendidik dan yang terdidik,apa isi pendidikan dan
bagaimana proses pendidikan tersebut, merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan
jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu
jawaban filosofis. Karena secara harafiah filosofis
(filsafat) berarti “cinta akan kebijakan” sehingga
orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang
yang mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk
dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara
bijak ia harus tahu atau berpengetahuan.

Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir,
yaitu berpikir secara sistimatis, logis dan mendalam,
pemikiran dalam filsafat sering disebut sebagai
pemikiran Radikal (berpikir sampai keakar-akarnya)
sehingga seorang guru harus paham mengenai hal
tersebut, karena secara akademik filsafat berati upaya
untuk menggambarkan dan menyatakan suatu
pandangan yang sistimatis dan komprehensif tentang
alam semesta dan kedudukan manusia didalamnya.
Dan juga berfilsafat berarti menangkap sinopsis
peritiwa-peristiwa yang simpang siur dalam
pengalaman manusia.
Segi Filsafat yang Perlu Menjadi Wawasan Guru

Aliran filsafat yang mempengaruhi filsafat pendidikan, yaitu
idealisme, realisme, neo thomisme, pragmatisme dan
eksistensialisme. Secara garis besar substansi yang berpengaruh
sebagai berikut: (a) Idealisme: sumber moral dan spiritual/jiwa.
Kebenaran nilai bersifat universal dan mutlak. Pengetahuan ada
dalam jiwa, kita, tinggal membawanya ke tingkat kesadaran,
sehingga mengetahui mengungkap kembali pikiran, (b) Realisme:
realitas dunia bersifat alami. Realitas dunia bersifat apa adanya.
(c) Neo Thomisme: dunia/manusia merupakan ciptaan tuhan,
sehingga memahaminya diperlukan keimanan. Tuhan sumber
kebenaran mutlak. (d) Pragmatisme: realitas bersifat tidak tetap
(berubah), sehingga dalam memahaminya dibutuhkan pengalaman.
Yang dapat diamati dan yang dialami adalah yang benar-benar
nyata/ kenyataan hakiki. (e) Eksistensialisme: masalah pokok
manusia ialah kemampuan menanggulangi eksistensinya. Manusia
harus mampu bertanggung jawab atas apa yang dipilihnya.

Menurut Arbi, S.Z, (1988), filsafat pendidikan
dapat dianggap sebagai sejenis sepupu dari ilmu
pendidikan. Selanjutnya bahwa pentingnya filsafat
pendidikan bagi guru adalah memperluas: (a)
wawasan guru dalam rangka meningkatkan
profesionalismenya, (b) bahan berpikir dan
bertindak dalam rangka pelaksanaan tugas guru
sehari-hari, (c) analisis filosofis berkenaan dengan
isi dan praktek (praksis) pendidikan.
Fungsi wawasan filosofis bagi guru



Disadari atau tidak setiap orang memiliki filsafat hidup sendiri yaitu
suatu keyakinannya mengenai jalan hidup dan yang dicitacitakannya. Demikian pula bila menjadi seorang pendidik atau guru
pasti akan memiliki filsafat hidup dan filsafat pendidikan. Filsafat
hidup yang dipercayai guru memiliki dampak yang positip
terhadap penetapan filsafat pendidikan yang dianutnya.
Menurut Ellis (1981): "Guru setiap hari dihadapkan pada persoalan
pendidikan yang memerlukan analisis secara filasafat". Pengalaman
seseorang dalam sepanjang hidupnya dapat membentuk sikap
hidup dan hal itu erat kaitannya dengan filsafat pendidikan yang
dipilihnya.
Filsafat hidup dan filsafat pendidikan mendasari segala hal yang
berhubungan dengan: (a) produk sikap dan pemikirannya, bahkan
substansi pengarahannya kepada orang lain (siswa), (b) perilaku
kehidupan sehari-hari, (c) segala hal yang dilakukan guru di kelas.

Kedua filsafat yaitu filsafat hidup dan filsafat
pendidikan banyak, berhubungan dengan media
lain. Pengalaman seseorang pada lingkungan
keluarga, dan sekolah, guru memperolehnya dari
lingkungan sosio-kultural yang memberikan
penghargaan kepadanya. Pengalaman tersebut
diorganisasikan menjadi suatu keyakinan diri dan
wawasan. Profesi sebagai guru terlihat dari
wawasan pengalamannya yang dijadikan dasar
pengembangan pengajaran di sekolah.






Menurut Arbi, S.Z. (1988): “Baik filsafat pendidikan maupun
pedagogik dapat secara langsung menyumbang kepada
unsur kewibawaan”.
Unsur-unsur kewibawaan guru meliputi wawasan, komitmen
dan tanggung jawab profesionalnya.
Guru yang wawasannya luas, komitmennya tinggi dan
sangat bertanggung jawab, biasanya wibawanya sangat
besar.
Yang paling dominan menopang profesi guru ialah seperti
kode etik, organisasi, disiplin ilmu, dan lain-lain.
Penopang pertama yaitu kewibawaan dan yang kedua
ialah kompetensi.
Filsafat secara tidak langsung menyumbang kepada
peningkatan kompetensi guru, yaitu dengan kompetensi
guru memiliki kepercayaan diri (Arbi, S.Z. 1988).
Sumbangan/Kontribusi filsafat ilmu terhadap profesi guru


Filsafat pendidikan berhubungan dengan
pengembangan aspek pengajaran.
Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada
tataran praktis, para guru dapat menemukan
pemecahan permasalahan pendidikan.

Filsafat pendidikan dapat memberi kontribusi pada pemecahan
aspek:
(a) Filsafat pendidikan terikat dengan peletakan suatu perencanaan, apa
yang dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak.
(b) Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada
macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan
ekonomi.
c) Filsafat pendidikan dipenuhi dengan koreksi pelanggaran-pelanggaran
prinsip dan kebijakan pendidikan.
(d) Fisafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam
kebijakan dan praktik pendidikan yang mensyaratkan solusi, baik
dengan peneltiian empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional.
(e) Filsafat pendidikan melaksanakan suatu inquiri dalam keseluruhan
urusan pendidikan dengan suatu pandangan terhadap penilaian,
pembenaran dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang penting
untuk pembelajaran yang tinggi (Power, 1982, 15 – 16).

Nilai tambah yang diperoleh setelah belajar filsafat
adalah: mengetahui luas dan kedalaman dari ilmu
yang pelajari, punya arah dan tujuan filosofis yang
jelas dalam proses PBM, dasar filosofis untuk bersikap
dan berpendirian serta senantiasa dipandu oleh
norma dan aturan, menghargai dan toleran terhadap
perbedaan pendapat, terdorong untuk mempelajari
suatu ilmu secara tuntas sampai ke akar-akarnya, bijak
dalam menggunakan ilmu dan teknologi, peduli
terhadap alam, memiliki dasar filosofis dalam membuat
berbagai macam keputusan.

Dengan kata lain, bahwa filsafat ilmu memiliki
kontribusi terhadap profesi guru terutama dalam hal:
wawasan guru menjadi professional,
 guru benar-benar menjalankan tugasnya serta tindakan
dan pikirannya,
 praktek pendidikan benar –benar dijalankan sesuai dengan
aturan dan kaidah yang ada,
 inpirasi dan ekspresi model pendidikan benar-benar
dijalankan,
 preskripsi atau petunjuk praktek pendidikan dijalankan
dengan baik.

Manfaat lain yang diperoleh dari belajar filsafat ilmu
1. Bagi Ilmu Pengetahuan






Tatkala filsafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari filsafat.
Filsuf masa itu banyak sebagai ahli matematika, astronomi, ilmu bumi, dan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Cara berpikir filsafati telah mendongkrak pintu serta tembok-tembok
tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta
meninggalkan cara berpikir mistis.
Saat itu berkembang pula cara berpikir rasional (luas dan mendalam,
teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis,
kritis, dan analitis) sehingga ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh
subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa.
Ilmu yang telah mencapai tingkat kedewasaan satu demi satu
meninggalkan filsafat.
Karena itu, filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk
pengetahuan. Filsafat menampakkan kegunaannya melalui melahirkan,
merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu
bejasa bagi kehidupan manusia.



Kemajuan ilmu pengetahuan yang amat mempesonakan itu telah
membuat sinis terhadap filsafat dan mulai meragukan kegunaan
filsafat.
Menganggap filsafat sudah mampu "melahirkan" suatu ilmu pengetahuan baru. Filsafat tidak bisa menghasilkan sesuatu apa pun juga.
Benarkah ilmu pengetahuan telah sanggup merengkuh langit dan
menguasai alam semesta? Ternyata itu hanya merupakan suatu
impian yang harus segera dilepaskan tatkala menghadapi
kenyataan sesungguhnya.
Fakta menunjukkan bahwa hasil-hasil yang dapat diraih oleh ilmu
pengetahuan bersifat sementara, maka senantiasa membutuhkan
perbaikan dan penyempurnaan. Senantiasa ada batas yang
membatasi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan senantiasa dibatasi
oleh bidang penelitian yang sesuai dengan kekhususannya.
Membuat ilmu pengetahuan hanya sanggup meneliti bagian-bagian
kecil (sesuai dengan bidangnya) dari seluruh realitas.

Ilmu pengetahuan tidak mempersoalkan asas dan
hakikat realitas. Pada umumnya ilmu pengetahuan,
teristimewa yang diketengahkan oleh positivisme,
cenderung lebih bersifat kuantitatif Karena itu, tentu
saja pengetahuan itu tak sanggup menguji kebenaran
prinsip-prinsip yang menjadi landasan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan
membutuhkan bantuan dari sesuatu yang bersifat tak
terbatas yang sanggup menguji kebenaran
prinsip-prinsip yang melandasi ilmu pengetahuan. Hal
itu hanya dapat dilakukan oleh filsafat, sang induk
segala ilmu pengetahuan.

Filsafat adalah ilmu senantiasa mengajukan
pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada.
Filsafat ilmu selalu mempersoalkan hakikat, prinsip,
dan asas mengenai seluruh realitas yang ada,
bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan.
Filsafat bukan hanya berguna selaku penghubung
antardisiplin ilmu pengetahuan. Akan tetapi,
sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi,
dan lebih menyempurnakan prinsip-prisip dan
asas-asas yang melandasi ilmu pengetahuan.
2. Dalam Kehidupan Praktis

Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat
sama sekali tidak bersangkut paut dengan kehidupan
sehari-hari yang konkret. Keabstrakan filsafat bukan
tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan
nyata setiap hari. Meskipun tidak memberi petunjuk
praktis tentang bagaimana bangunan yang artistik dan
elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan
memberi kriteria tentang apa itu artistik dan elok
dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang
diperoleh dari kriteria akan menjadi patokan utarna
bagi pekerjaan pembangunan.