s2 p02 risiko financial distress

Download Report

Transcript s2 p02 risiko financial distress

RISIKO FINANCIAL
DISTRESS
ROWLAND BISMARK F.P
MM.,M.Ec.,M.Phil.,FRM.,ChFc
PENDAHULUAN
Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada
umumnya dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan,
seperti: investor, kreditor, auditor, pemerintah, dan pemilik
perusahaan.
 Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya bereaksi
terhadap sinyal distress seperti: penundaan pengiriman,
masalah kualitas produk, hilangnya kepercayaan dari para
pelanggan, tagihan dari bank atau kreditur, dan lain
sebagainya untuk mengindikasikan adanya financial
distress, keadaan yang sangat sulit bahkan dapat dikatakan
mendekati kebangkrutan yang apabila tidak segera
diselesaikan akan berdampak besar pada perusahaanperusahaan tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari
stakeholder, yang dialami oleh perusahaan.

KONSEP RASIO KEUANGAN
Secara finansial tolok ukur kemampuan perusahaan dalam
perspektif keuangan perusahaan adalah konsep likuiditas,
solvabilitas dan rentabilitas.
 Ketiga konsep tersebut secara umum menggambarkan
kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka pendek,
jangka panjang serta kemampuan menghasilkan laba.
Konsep tersebut dapat diterapkan pada laporan keuangan
perusahaan pada umumnya.
 Konsep Likuiditas:
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
yang harus dipenuhi dalam jangka pendek. Perusahaan
yang mampu memenuhi segala kewajiban dikatakan
perusahaan tersebut adalah likuid sedangkan bila tidak
mampu memenuhi kewajibannya dikatakan perusahaan
adalah illikuid.

KONSEP RASIO KEUANGAN
Konsep Solvabilitas.
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
semua kewajiban jangka panjangnya. Dengan kata lain seandainya
perusahaan tersebut dilikuidasikan maka seluruh aktivanya dapat
untuk melunasi seluruh utang dan kewajiban yang dimiliki.
 Konsep Rentabilitas.
Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.
Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Dalam perkembangannya, rasio keuangan telah sangat luas
digunakan dalam beragam topik penelitian perihal manajemen
risiko keuangan, beberapa diantaranya yang popular antara lain
topik financial distress, risiko sistematik saham dan portofolio,
serta leverage korporat. Berikut adalah penjelasan singkat topic
popular tersebut.

Indikasi Terjadinya Financial Distress


Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan
pada umumnya dilakukan oleh pihak eksternal
perusahaan, seperti: investor, kreditor, auditor,
pemerintah, dan pemilik perusahaan.
Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya
bereaksi terhadap sinyal distress seperti:
◦
◦
◦
◦
penundaan pengiriman,
masalah kualitas produk,
hilangnya kepercayaan dari para pelanggan,
tagihan dari bank atau kreditur, dan lain sebagainya
untuk mengindikasikan adanya financial distress.
Indikasi Terjadinya Financial Distress

Dapat diamati oleh pihak ekstern, misalnya:
Penurunan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang
saham selama beberapa periode secara berturut-turut.
Penurunan laba secara terus-menerus bahkan perusahaan
mengalami kerugian.
Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.
Pemecatan pegawai secara besar-besaran.
Harga saham di pasar modal turun secara terus-menerus.

Dapat diketahui dan harus diperhatikan oleh pihak
intern perusahaan:
Turunnya volume penjualan..
Turunnya kemampuan perusahaan dalam mencetak
keuntungan.
Ketergantungan terhadap hutang
Indikasi Terjadinya Financial Distress

Hofer (1980) dan Whitaker (1999):
◦ kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net
income) negatif selama beberapa tahun

Shirata, Platt dan Platt (2002):
◦ tahapan penurunan kondisi keuangan suatu
perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun
likuidasi.

Luciana (2004):
◦ kondisi dimana perusahaan mengalami delisted akibat
laba bersih
◦ nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta
perusahaan tersebut telah di merger.
Indikasi Terjadinya Financial Distress

Pasaribu (2008) menetapkan kondisi financial
distress perusahaan mengacu pada enam
indikator yaitu:
1) Perusahaan yang memiliki nilai EVA negatif;
2) Perusahaan yang rasio asset turn over-nya sebesar 40%;
3) Perusahaan yang rasio current rasio-nya sebesar 50%;
4) Perusahaan yang rasio gross profit margin-nya sebesar
19%;
5) Perusahaan yang rasio debt to total asset-nya sebesar 66%;
6) Perusahaan yang rasio debt to equity-nya sebesar 11,7%.
Penggunaan Rasio Keuangan Sebagai
Prediktor Financial Distress
Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk
mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasiorasio keuangan yang ada.
 Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya,
distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktivanya,
hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, bebanbeban tetap yang harus dibayar, serta potensi
kebangkrutan yang akan dialami.
 Karenanya, rasio keuangan bermanfaat dalam
memprediksi financial distress bisnis untuk periode
satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut
benar-benar bangkrut.

FUNGSI INFORMASI FINANCIAL DISTRESS

Platt dan Platt (2002): menyatakan kegunaan informasi
jika suatu perusahaan mengalami financial distress adalah:



Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah
masalah sebelum terjadinya kebangkrutan;
Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau
takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar
hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik;
Memberikan tanda peringatan dini/awal adanya kebangkrutan
pada masa yang akan datang.
“...Dimensi subjektivitasnya kemudian, seberapa besar
informasi hasil prediksi financial distress ini ditindaklanjuti
oleh kalangan stakeholder. Misalnya pada perusahaan
publik sendiri, siapa saja yang berkepentingan atas distressatau non-distress nya suatu emiten….?”
Rasio Keuangan sebagai
Indikator Financial Distress
RASIO KEUANGAN
INDIKATOR DISTRESS
WCTA
RETA
EBITTA
MVTD
SALTA
ATO
CR
ROE
RETE
-6.10%
-62.60%
31.80%
40%
1.5
<1
<1
Negatif
>0.5
Sumber
Altman
Damodaran
KUHD Pasal 22
Rasio Keuangan sebagai
Indikator Financial Distress - Altman

Working Capital to Total Asset (Modal Kerja / Total Aktiva)
Semakin besar nilai rasio ini berarti semakin besar pula dana yang tertanam dalam aktiva
lancar. Apabila aktiva lancar lebih kecil dari hutang lancar, maka hasil rasio ini akan negatif.

Rasio Retained Earning to Total Asset (Laba Ditahan/Total Aktiva)
Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin kecil ketergantungan perusahaan terhadap
hutang, karenanya kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan juga
semakin rendah.

Rasio EBITTA (Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva).
Semakin besar nilai rasio ini mengindikasikan manajemen dengan efektif dan efisien dalam
mengelola asset perusahaan sehingga menghasilkan laba. Ini berarti kemungkinan
terjadinya kesulitan keuangan rendah.

Rasio Market Value to Total Debt (Nilai Pasar / Nilai Buku hutang)
Sebagai tolak ukur, jika nilai rasio diatas 1 (100%) ini berarti pasar menilai pengelolaan
hutang perusahaan oleh manajemen tidak bermasalah.

Rasio Sales to Total Asset (Penjualan / Total Aktiva).
Semakin meningkat nilai rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan aktiva perusahaan
oleh manajemen, dan karenanya semakin rendah kemungkinan terjadinya kesulitan
keuangan.
Rasio Keuangan sebagai
Indikator Financial Distress - Damodaran





Current ratio (Aktiva lancar/hutang lancar) dibawah 1,
mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kewajiban jatuh
tempo dalam satu tahun yang lebih besar daripada jumlah dana
yang dimiliki. Semakin menurun nilai rasio, semakin besar
kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan.
Nilai quick asset [(kas + efek + Piutang)/ hutang lancar] kurang
dari 1 (100%) dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya. Dari
perspektif kreditor, perusahaan tersebut dapat diindikasikan
mengalami distress jangka pendek.
Nilai Solvabilitas rasio (total aktiva/total hutang) kurang dari 1
(100%). Perusahaan harus mengusahakan agar solvabilitasnya lebih
dari 100%.
Perusahaan yang illikuid dan insolvabel.
Perusahaan yang illikuid meskipun solvable.
MULTI DISCRIMINANT ANALYSIS
Analisis diskriminan digunakan karena merupakan
teknik statistic yang tepat pada variable dependen
yang berbentuk kategori, sedangkan variable
independennya adalah berbentuk metrik. Analisis logit
adalah bentuk khusus dari analisis regresi yang
diformulasikan untuk memprediksi dan menjelaskan
kategori variabel binary (dua grup) daripada
mengukur metrik variable dependen.
 Analisis diskriminan memiliki kapabilitas dalam
menyelesaikan kendala kategori variable dependen
yang lebih dari satu kategori. jika sudah lebih dari dua
kategori, maka
analisisnya
disebut
analisis
multidiskriminan. Sedangkan analisis logistic regresi
(analisis logit) terbatas hanya untuk dua grup.

MULTI DISCRIMINANT ANALYSIS
Analisis diskriminan adalah teknik analisis yang tepat
untuk menguji hipotesis dimana nilai rata-rata grup
variable independent untuk dua kategori atau lebih
adalah equal.
 Analisis diskriminan tidak terbatas hanya pada variat
tunggal, sebagaimana dalam multiregresi, tapi
menciptakan multivariat yang merepresentasikan
dimensi pada diskriminasi diantara grup yang ada.
Bentuk variat analisis logit sama dengan variat dalam
multiregresi. Variat merepresentasikan hubungan
multivariate tunggal koefisien regresi yang
mengindikasi pengaruh relatif pada tiap-tiap variabel
predictor.

MULTI DISCRIMINANT ANALYSIS
Model dasar analisis diskriminan :
Zjk = a + W1X1k + W2X2k + ... + WnXnk
Dimana
Zjk = Diskriminan Z-Score pada fungsi
diskriminasi j untuk objek k
a
= intersep
Wi = Bobot diskriminan untuk variabel
independen i
Xik = Variabel independen i untuk objek k
Contoh Empiris Prediksi Financial Distress





Berikut adalah hasil pendekatan multi diskriminan dan
regresi logistik dalam menghasilkan persamaan yang akan
memprediksi probabilitas distress dan non-distress.
Rasio Kinerja yang digunakan sebagai pengklasifikasi awal:
rasio RETE (laba ditahan/total ekuitas), NITE (Laba
Bersih/ ditahan/total ekuitas), Current Ratio, dan Tingkat
Perputaran Aktiva (Asset Turn Over).
Sampel adalah emiten industri perdagangan (2009-2012)
Ketentuan statistik penggunaan kedua teknik analisis
untuk keperluan pembelajaran diabaikan.
Hasil kalkulasi adalah menggunakan pendekatan RETE,
sedangkan untuk 3 pendekatan lainnya silahkan anda coba
sendiri
Hasil MDA Dengan Rasio RETE
Classification Function Coefficients
z_01
VARIABEL
Distress
Non-Distress
DTA
.600
3.550
TETL
.020
.046
CATO
.033
.072
FATO
-.148
-.031
ROI
5.185
3.676
SALCA
.423
.197
EBITTA
-1.785
1.937
RETA
-1.312
1.525
DER
.086
-.018
(Constant)
-3.512
-2.593
Fungsi Klasifikasi
Distress:
 Z = -3.512+0.6DTA +
0.02TETL + 0.033CATO 0.148FATO + 5.185ROI +
0.423SALCA -1.785EBITTA
- 1.312RETA + 0.086DER
 Fungsi Klasifikasi NonDistress:
Z = -2.593 + 3.55DTA +
0.046TETL + 0.072CATO 0.031FATO + 3.676ROI +
0.197SALCA +
1.937EBITTA + 1.525RETA
– 0.018DER

Hasil MDA Dengan Rasio RETE
Classification Resultsa
PENDEKATAN RETE
Predicted Group
Membership
NonDistress
Distress

Sedangkan untuk
pengelompokkan sampel
penelitian yang non-distress
sebanyak 441 case (dari 460
case) dikelompokkan dengan
benar sebesar 95,9% dan terjadi
kesalahan pengelompokkan
sebanyak 19 case atau sebesar
4,1 persen.

Dengan demikian dapat diketahui
nilai hit ratio atau ketepatan
klasifikasi dari pengelompokkan
sampel penelitian berdasarkan
nilai Z menurut case sampel
analisis pada kedua kelompok
perusahaan adalah sebesar 89,3%.
Sum
Distress
77
43
120
Non-Distress
19
441
460
Distress
64.2
35.8
100
Non-Distress
4.1
95.9
100
Count
Original
%
a. 89.3% of original grouped cases correctly classified.

Berdasarkan tabel diatas
pengelompokkan sampel penelitian
distress sebanyak 77 case dari 120
case dikelompokkan dengan benar
sebesar 64,2% dan terjadi kesalahan
pengelompokkan sebanyak 44 case
atau sebesar 35,8%.
Hasil Binary-Logit dengan Rasio RETE
Variabel
B
Sig.t
ROE
.398
.000
TETA
-4.520
.000
RETA
3.790
.000
DER
-.847
.000
Constant
5.985
.000
Nagelkerke R Square

66.56%
Hasil pengujian regresi binary
logit menunjukkan bahwa
variabel yang dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan
kelompok distress dengan
kelompok non-distress adalah
DER, RETA, TETA, dan ROE.



Variabel DER dan TETA
mempunyai pengaruh negatif
dan secara statistik signifikan.
Sebaliknya untuk rasio ROE
dan RETA mempunyai
pengaruh positif dan secara
statistik signifikan.
Nilai Nagelkerke untuk
model ini sebesar 0,6656
yang berarti variabilitas
variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel
independen sebesar 66,56%.
Hasil Binary-Logit dengan Rasio RETE
Observasi
Tahap
Awal
Distress
Non%
Distress Correct
Distress
0
120
0
NonDistress
0
460
100
Overall Percentage
Tahap
Akhir
Distress
87
33
72.5
NonDistress
8
452
98.3
Overall Percentage

79.3
92.9
Analisis lebih lanjut berkaitan
dengan daya klasifikasi untuk
kelompok distress, dan
kelompok non-distress.

Model binary logit
dengan variabel rasio
keuangan terpilih
berdasarkan indikator
RETE memiliki daya
klasifikasi perusahaan:
kelompok distress
sebesar 72,5%; dan
kelompok non-distress
sebesar 98,3%. Secara
keseluruhan model ini
memiliki daya klasifikasi
sebesar 92,9%.
KESIMPULAN
Dari dua teknik analisis yang digunakan, diperoleh
hasil bahwa leverage (TETA dan RETA), profitabilitas
(ROE), manajemen hutang (DER) memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap probabilitas emiten berada
dalam kondisi distress atau non distress.
 Dengan kata lain kebijakan leverage yang dilakukan
oleh emiten tetap harus memperhatikan
keseimbangan antara alokasi laba ditahan dan
kebijakan mengenai manajemen hutang. Contoh:
Pada level operational leverage, kebijakan perubahan
struktur biaya tetap pada proses produksi harus
mempertimbangkan kedua hal ini.
