sosialisasi PUG SMA 5 - SMA NEGERI 5 KOTA BOGOR

Download Report

Transcript sosialisasi PUG SMA 5 - SMA NEGERI 5 KOTA BOGOR

Sosialisasi Pendidikan yang
Responsif Gender di SMA 5 Kota
Bogor
Agustina M. Purnomo, SP., MSi
sma 5\mars sma 5.128.mp3
Gender dalam PUG
Apa itu PUG ?
Pug adalah anjing ras dengan wajah yang keriput
dan tubuh berukuran sedang. Kata "pug" berasal
dari bahasa Latin pugnus yang artinya kepalan
tangan, seperti wajah pug yang kelihatan seperti
kepalan tangan.
PUG di sini adalah
Pengarusutamaan Gender
• Suatu strategi pembangunan
• Sifatnya terbuka
• Mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan
permasalahan laki-laki dan perempuan ke dalam seluruh
proses/tahapan pembangunan.
• Bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara lakilaki dan perempuan dalam mengakses dan mendapatkan
manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi
dan mengontrol proses pembangunan.
• Tujuan akhir  mewujudkan kesamaan kesempatan dan
manfaat antara laki-laki dan perempuan.
APA MANFAAT PUG?
• Pekerjaan lebih efektif dan efisien karena
sasaran program lebih tepat
• Potensi SDM dapat dimanfaatkan secara
efektif (perempuan dan laki-laki)
• Proses pencapaian KKG lebih cepat (Akses,
Partisipasi, Kontrol, Manfaat yang sama antara
laki-laki dan perempuan)
2
BAGAIMANA MELAKSANAKAN PUG?
Apa yang
diintegrasikan?
Kemana
Dimana
Permasalahan, kebutuhan,
kepentingan, aspirasi laki-laki
dan perempuan
Kebijakan, program, kegiatan,
monitoring dan evaluasi
RPJPN,RPJMN,RPJPD,RPJMD,
RENSTRA & RENJA SKPD
Apa itu Gender?
Gender
Perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab
antara laki-laki dan perempuan yang
merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat
berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Jenis Kelamin/Seks
Perbedaan organ biologis antara laki-laki dan
perempuan terutama bagian-bagian
reproduksi.
PERBEDAAN JENIS KELAMIN DAN GENDER
JENIS KELAMIN (SEX)
Perbeaan organ biologis
laki-laki dan perempuan
khususnya pada bagian
reproduksi





Ciptaan Tuhan
Bersifat kodrat
Tidak dapat berubah
Tidak dapat ditukar
Berlaku sepanjang zaman
dan dimana saja
GENDER
Perbedaan peran, fungsi,
dan tanggung jawab
Laki-laki dan perempuan
Hasil konstruksi sosial





Buatan manusia
Tidak bersifat kodrat
Dapat berubah
Dapat ditukar
Tergantung waktu
dan budaya setempat
Perempuan : Menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui
Laki-laki
: Membuahi
Contoh-contoh ekstrim
• Poliandri
• Ibu menikahi anaknya
• Istri yang sangat banyak
Gender dalam PUG
• Temu kenali isu gender
• Isu gender terjadi apabila ada kesenjangan
• Apabila:
 salah satu jenis kelamin dirugikan
 salah satu jenis kelamin dibedakan derajatnya
 salah satu jenis kelamin dianggap tidak mampu
 salah satu jenis kelamin diperlakukan lebih rendah
 salah satu jenis kelamin mengalami ketidakadilan gender
• Atau lihat keseimbangan akses, kontrol,
partisipasi dan manfaat
• Isu yang ada diselesaikan
oleh kebijakan, program dan
kegiatan
• Sensitif terhadap isu-isu
tersebut dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan,
monitoring, evaluasi,
pendanaan.
Kategori “melek” gender
BIAS GENDER
BUTA GENDER
kondisi/keadaan seseorang yang
belum atau tidak memahami
pengertian, konsep dan
permasalahan gender
kebijakan /program/ kegiatan atau
kondisi yang menguntungkan
pada salah satu jenis kelamin
yang berakibat munculnya
permasalahan gender
NETRAL GENDER
kebijakan /program/ kegiatan atau kondisi yang
tidak memihak pada salah satu jenis kelamin
SENSITIF GENDER
kemampuan dan kepekaan
seseorang dalam melihat,
menilai hasil pembangunan
serta aspek kehidupan lainnya
dari perspektif gender
RESPONSIF GENDER
kebijakan/program/kegiatan
pembangunan yang sudah
memperhatikan berbagai
pertimbangan bagi KKG pada
berbagai aspek kehidupan
(laki-laki & perempuan)
16
Buta Gender
• Gender dianggap urusan perempuan
• Menganggap gender adalah gerakan untuk
menghilangkan peran laki-laki
• Merasa cukup menuliskan kata masyarakat,
siswa, guru tanpa memisahkannya dalam
kategori berdasarkan jenis kelaminnya
Bias Gender
• Menganggap suatu program hanya untuk lakilaki dan perempuan tanpa pengkajian lebih
dalam
• Streotipe
• Menganggap P/L lebih baik tanpa kajian lebih
lanjut
Netral Gender
• L dan P dianggap sama persis
• Tidak membedakan L dan P sesuai
kebutuhannya
Sensitif Gender
• Mulai memperhatikan adanya perbedaan
kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan
• Kegiatan dirancang berdasarkan kesadaran
atas perbedaan kebutuhan tersebut
Responsif Gender
• Memperhatikan seluruh aspek yang berkaitan
sehingga tercipta kondisi yang nyaman untuk
P dan L
• Bahkan untuk kondisi yang sepertinya tidak
berhubungan seperti meja belajar yang
tertutup bagian depannya untuk siswa
perempuan
KONSEP PENDIDIKAN SEKOLAH
BERWAWASAN GENDER (PSBG)
• Sekolah responsif gender adalah sekolah yang aspek
akademik, sosial, dan lingkungan fisiknya serta
masyarakat sekitarnya memperhatikan kebutuhan
spesifik baik anak laki-laki maupun perempuan.
• Pertisipasi masyarakat yang mendukung.
• Dengan demikian guru, orangtua, tokoh dan anggota
masyarakat di sekitarnya, serta siswa laki-laki dan
perempuan menyadari dan mempraktekkan keadilan
dan kesetaraan gender.
• Sistem manajemen sekolah, kebijakan dan praktikpraktik juga mengarah pada pemenuhan kebutuhan yang
berbasis gender dari anak laki-laki dan perempuan.
• Aspek akademik mencakup metodologi mengajar,
materi pembelajaran; interaksi dalam ruang kelas,
dan proses manajemen akademik yang responsif
gender.
• Peserta didik, baik laki-laki maupun perempuan,
didorong untuk menjalankan kesetaraan gender
dan melindungi hak azazi manusia bagi kedua jenis
kelamin.
• Lingkungan fisik mencakup bangunan, furniture,
dan peralatan yang ramah gender (gender friendly).
PROSES PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH YANG RESPONSIF
GENDER
PEMBELAJARAN YANG RESPONSIF
GENDER
Pembelajaran yang responsif gender mengacu
pada proses pembelajaran yang memberikan
perhatian pada kebutuhan khusus anak lakilaki dan perempuan.
Meliputi:
•
•
•
•
Perencanaan pembelajaran
Metodelogi pembelajaran
Aktivitas belajar
Tata ruang kelas dan interaksi
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
YANG RESPONSIF GENDER
Guru mengulas materi pembelajaran agar
menjadi responsif gender.
Telitilah : Apakah materi yang ada mengandung
stereotipi gender?
Jika ya, apakah teknik yang harus digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut?
METODOLOGI MENGAJAR
Guru memilih metode mengajar yang dapat
memastikan partisipasi yang seimbang antara
siswa laki-laki dan perempuan.
Beberapa metodologi mengajar seperti kerja
kelompok, diskusi kelompok, permainan peran,
studi kasus, eksplorasi dan praktek sangat efektif
untuk mendorong siswa terutama siswa
perempuan untuk berpartisipasi aktif.
AKTIVITAS BELAJAR
• Rencana mengajar harus menjamin semua siswa
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
• Setiap siswa memilikikesempatan untuk
menggunakan peralatan dan bahan-bahan yang
digunakan.
• Kesempatan dan partisipasi yang seimbang untuk
mepresentasikan hasilnya
• Kesempatan yang sama untuk memimpin dan
mendorong untuk memimpin bagi yang tidak berani
TATA LETAK RUANG KELAS DAN
INTERAKSI
• Guru harus merencanakan tata letak ruang kelas dan
interaksi dengan siswa dengan teliti untuk mendorong
partisipasi yang seimbang antara anak laki-laki dan
perempuan.
• Tata ruang dan interaksi optimum untuk interaksi secara
proses belajar bukan fisik
• Tidak selalu harus berarti laki-laki duduk bersama
dengan anak perempuan
• Kursi yang bersekat bagian depannya tepat untuk anak
perempuan yang mengenakan rok
PERENCANAAN UNTUK MENGELOLA MASALAH
GENDER YANG LAIN DALAM RUANG KELAS
• Guru perlu menyediakan waktu untuk membicarakan
mengenai masalah gender yang lain, yang khusus atau
yang memerlukan tanggapan. Misanya pada kasus
adanya anak laki-laki yang tertinggal pelajaran,
menstruasi pertama, ejekan dan kecenderungan
pelecehan seksual atau masalah-masalah keluarga yang
dihadapi anak
Umpan balik dan Penilaian
Guru harus merencanakan
bagaimana mereka menjamin
adanya umpan balik dari siswa lakilaki dan perempauan dan
mengetahui bagaimana siswa-siswa
memahami pelajaran yang diberikan.
INDIKATOR MODEL PEMBELAJARAN
• Peserta didik perempuan dan laki-laki memperoleh akses,
partisipasi, dan manfaat yang sama dari kegiatan belajar di
sekolah, dengan mengakomodasikan perbedaan konstruksi
gender mereka dalam proses pembelajaran di sekolah.
• Peserta didik perempuan dan laki-laki memperoleh hak dan
kewajiban yang sama dalam belajar di sekolah, misalnya samasama dapat belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan.
• Peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan
cara yang efektif untuk berbagi pengalaman hidup yang
cenderung memiliki pengalaman yang berbeda.
• Berkurangnya pola-pola dan perilaku sekolah
yang dapat memarginalkan salah satu jenis
kelamin; misalnya adanya kebebasan yang
sama antara laki-laki dan perempuan dalam
memilih pelajaran sesuai minat dan bakat.
• Peserta didik laki-laki dan perempuan yang
memiliki kesulitan belajar memperoleh
pelayanan yang baik dan bermutu dari tenaga
pendidik.
• Peserta didik laki-laki dan perempuan memiliki
pilihan peran yang beragam dibandingkan dengan
peran-peran tradisional mereka dengan tanpa
hambatan budaya dalam kehidupan mereka melalui
pembel-ajaran di sekolah.
• Bahan ajar yang ada di sekolah seperti buku teks
pelajaran, buku pengayaan, buku bacaan, serta
bahan dan alat peraga pengajaran terbebas dari
materi yang memuat ‘gender stereotype’ .
MEWUJUDKAN MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH YANG RESPONSIF GENDER
PSBG diimplementasikan dalam aspek
manajemen sekolah
• Peningkatan Hubungan antara Kepala sekolah, Guru, Karyawan dan
Siswa:
– Iklim sekolah lebih kondusif mendukung proses belajar
mengajar
– Pengambilan Keputusan lebih Partisipatif
• Budaya Mutu:
– Peningkatan Komitmen Kerja Sekolah terhadap Mutu Sekolah
– Orientasi kerja yang lebih mengedepankan kearah kualitas
kinerja
– Kepemimpinan Kepala Sekolah lebih transparan dan akuntabel
– Komitmen kearah pengembangan Budaya Kinerja
INDIKATOR MANAJEMEN SEKOLAH
• Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan
peran yang yang sama atau setara dalam
mengendalikan sistem pendidikan di sekolah;
• Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan dan
peran yang sama atau setara dalam membina,
mengarahkan dan melaksanakan pelayanan pendidikan
di sekolah dan dapat memperoleh manfaat yang sama
dari kesempatan dan peran tersebut;
• Sekolah menghargai adanya karakter kerja, kesempatan
dan tugas kultur yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan pribadi maupun dalam
menjalankan tugas kedinasan;
• Data dan informasi yang digunakan oleh guru dan kepala
sekolah terpilah antara laki-laki dan perempuan, dan
digunakan untuk analisis pendidikan yang berpihak pada lakilaki dan perempuan secara seimbang;
• Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk
menempati jabatan struktural dan/atau jabatan fungsional di
sekolah, melakukan pengendalian terhadap program serta
memperoleh manfaat yang sama;
• Sekolah memiliki sarana-parasarana yang dapat diakses oleh
serta memenuhi kebutuhan khusus laki-laki dan perempuan,
seperti: kamar mandi, lapangan olahraga, alat-alat olahraga,
pakaian olahraga, kamar ganti, bangsa, dsb.
TUPOKSI SEKOLAH UNTUK MENERAPKAN
MBS RESPONSIF GENDER
Kesetaraan dan keadilan gender dapat diintegrasikan
melalui tugas dan fungsi (tupoksi) sekolah dalam
menerapkan MBS yang meliputi komponenkomponen sebagai berikut:
pengelolaan proses belajar mengajar
perencanaan, evaluasi, dan supervisi
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran
pengelolaan ketenagaan
pengelolaan fasilitas
pengelolaan keuangan
pelayanan siswa
peran serta masyarakat
pengelolaan budaya sekolah.
HASIL MBS RESPONSIF GENDER
• Penerapan MBS responsif gender diharapkan dapat
mewujudkan sekolah yang berprestasi bagi murid
perempuan dan laki-laki. Sekolah berprestasi dapat
dikategorikan menjadi dua; yaitu prestasi akademik
dan non akademik.
1. Prestasi akademik; murid laki-laki dan perempuan
sama-sama mempunyai prestasi akademik berbentuk
nilai NUN, UAN yang tinggi, juara karya ilmiah, juara
lomba-lomba akademik (seperti: Bahasa Inggris,
Matematika, Fisika, Kimia, dan sebagainya).
2. Prestasi non akademik; murid laki-laki dan perempuan
sama-sama mempunyai prestasi non akademik berupa
semangat/kemauan belajar seumur hidup, mencintai
ilmu, toleransi, disiplin, taat beragama, kerajinan,
memiliki cita rasa seni yang tinggi.
PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM MEWUJUDKAN
SEKOLAH YANG RESPONSIF GENDER
PSBG DIIMPLEMENTASIKAN DALAM
ASPEK
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Peningkatan Partisipasi
Masyarakat dalam
Pengembangan kebijakan
Sekolah
Peningkatan kemampuan
Enteurprenership untuk
Menjaring kontribusi
Masyarakt
Akses Masyarakat
terhadap ProgramProgram Disekolah
Makin Baik
Hubungan orang
tua murid, guru, dan
kepala sekolah
Makin meningkat
INDIKATOR PERAN SERTA MASYARAKAT
• Komite sekolah memberikan peluang yang sama kepada
laki-laki dan perempuan dalam mengisi kepengurusan
dalam Komite Sekolah tersebut secara proporsional;
• Tersedianya akses informasi kepada anggota masyarakat
laki-laki dan perempuan secara seimbang mengenai hak
dan tanggung jawab mereka sebagai bagian penting
dari satuan pendidikan;
• Semakin
berkurangnya
peran-peran
stereotipi
perempuan dan laki-laki dalam kepengurusan dan
kegiatan komite sekolah;
• Terdapat kesetaraan dalam pembagian peran dan
tanggung-jawab untuk melaksanakan tugas pokok
dan fungsi secara seimbang antara laki-laki dan
perempuan;
• Terdapat kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan dalam berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan Komite Sekolah.
• Semakin besarnya peluang yang sama (antara
laki-laki dan perempuan) dalam mengemukakan
gagasan, pendapat, dan ide-ide yang ramah
terhadap perbedaan.
• Semakin seimbangnya fungsi kontrol antara
laki-laki dan perempuan dalam penyusunan
RPS dan RAPBS.
• Pengambilan keputusan dilakukan secara
demokratis tanpa diskriminasi gender.
• Diberikan kesempatan secara proporsional
antara laki-laki dan perempuan dalam
melaksanakan fungsi kontrol terhadap
penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan.
• Digunakannya instrumen evaluasi dan monitoring
yang tidak bias gender terhadap pelaksanaan
manajemen pendidikan di sekolah;
• Tersedianya informasi tentang kegiatan sekolah
dan kemajuan serta kesulitan belajar siswa di
sekolah untuk diakses oleh orangtua.
• Peserta didik laki-laki dan perempuan
memperoleh hak yang seimbang dalam
pembimbingan belajar anak di rumah untuk
mendukung kegiatan belajar di sekolah.
TUJUAN
Memberikan panduan kepada sekolah agar
dapat mendorong orangtua, komite
sekolah, dan masyarakat umum untuk
dapat berperan serta dalam mewujudkan
pendidikan sekolah berwawasan gender.
SASARAN
1. ORANGTUA PESERTA DIDIK
2. KOMITE SEKOLAH
3. MASYARAKAT SECARA UMUM
PENGERTIAN
Peran serta masyarakat yang responsif
gender adalah keterlibatan masyarakat
secara seimbang antara laki-laki dan
perempuan dalam hal akses, peran, dan
tanggung jawabnya serta partisipasinya
dalam fungsi kontrol dan pengambilan
keputusan serta menerima manfaat secara
adil.
Peran Orangtua
•
•
•
•
Bekerja bersama dengan pihak sekolah terutama guru
untuk mengembangkan potensi anak secara optimal;
secara aktif mengkomunikasikan berbagai informasi
tentang kondisi dan permasalahan yang
mempengaruhi belajar anak di dalam keluarga
kepada sekolah;
Memberikan pembelajaran secara langsung tentang
kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan
dalam keluarga;
Memberikan keteladanan peran dan fungsi seluruh
anggota keluarga tanpa membedakan laki-laki dan
perempuan
Pemberdayaan Komite Sekolah untuk
Berperan dalam:
1. Penyusunan Rencana dan Program
2. Penyusunan RAPBS (Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah)
3. Pelaksanaan Program Pendidikan
4. Akuntabilitas Pendidikan
YANG RESPONSIF GENDER
INDIKATOR KOMITE SEKOLAH YANG
RESPONSIF GENDER - PARTISIPASI:
• Tidak terdapat peran-peran stereotype
perempuan dalam kepengurusan dan kegiatan
komite sekolah.
• Pembagian peran tupoksi (tugas pokok dan
fungsi) secara seimbang.
• Berpartisipasi aktif dalam kegiatan secara
setara.
• Terdapat peluang yang sama (laki-laki dan
perempuan) untuk mengemukakan ide-ide
yang ramah terhadap perbedaan.
Manajemen Komite Sekolah
•
•
•
Keseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan
dalam kepengurusan komite sekolah.
Keluwesan dalam melaksanakan fungsi komite
sekolah disesuaikan dengan peran dan tugas
kedinasan/pokok di luar komite sekolah,
termasuk dalam peran tradisional-reproduktif.
Pengaturan waktu kegiatan membuka peluang
laki-laki maupun perempuan dapat hadir tanpa
ada hambatan kultural maupun struktural.
Tokoh Masyarakat
•
•
•
Memberikan dukungan untuk
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah
yang responsif gender (bisa sebagai
fasilitator, dinamisator, motivator)
Memberikan pencerahan atas
pelaksanaan pembelajaran yang responsif
gender
Memberikan keteladanan sikap dan
tindakan yang responsif gender
Lembaga/Organisasi Sosial
Kemasyarakatan
•
•
Memberikan dukungan penyelenggaraan
sekolah yang responsif gender
Membangun kebersamaan antara
lembaga/organisasi dengan sekolah untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang
responsif gender
Fasilitas Sekolah yang Responsif
Gender
• Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tidak secara
khusus menyebutkan kebutuhan khusus untuk
L dan P
• Sarana prasarana yang responsif gender
adalah penyediaan sarana prasarana yang
memperhatikan kebutuhan siswa, guru dan
elemen lain di sekolah baik laki-laki dan
perempuan sesuai dengan jumlah (kuantitatif)
maupun kebutuhan khusus (kualitatif)
Kegiatan yang Responsif Gender : di
kelas
• Kegiatan belajar mengajar yang menjamin :
partisipasi yang sama antara siswa L dan P, hasil
prestasi yang sama antara L dan P, kesempatan
untuk memberikan saran, kritik dan masukan
yang sama bagi siswa L dan P
• Memperhatikan kondisi-kondisi khusus L dan P,
seperti duduk yang tidak terlalu berdekatan,
kelompok yang sama terus menerus, pertemanan
yang tidak sehat, bullying dll
Kegiatan yang Responsif Gender:
Sekolah
• Memberikan pemahaman gender kepada guru
dan siswa secara berkala
• Meningkatkan skala pengertian pada masalahmasalah gender setidaknya hingga sensitif
gender
• Melakukan analisis gender dalam
merencanakan, melaksanakan, monitoring
serta evaluasi program dan kegiatan
Kegiatan yang Responsif Gender: Guru
• Kegiatan responsif gender bukan kegiatan khusus
untuk guru laki-laki atau guru perempuan
• Pada bidang atau kegiatan yang umum dapat
dialokasikan guru sesuai dengan kebutuhan
gender, seperti: pendamping yang intens untuk
siswa P diutamakan guru P
• Membuat satuan pengajaran dan rencana
pengajaran yang seminimal mungkin bias, netral
atau bahkan buta gender
Pegawai SMAN 5 Bogor
40
35
30
25
L
20
P
15
10
5
0
Guru tetap
Guru tdk
tetap
TU PNS
TU non PNS
Pesuruh
Keamanan
Laboran
BK
Perustakaan
Dapur
Peserta Belajar SMAN 5
250 orang
200 orang
150 orang
100 orang
50 orang
0 orang
L
P
KELAS X
L
P
KELAS XI
L
P
KELAS XII
Persoalan Gender dalam Konteks
Pendidikan SMA
Persoalan gender dalam Konteks Siswa
SMU
Bagaimana memeriksa adanya ketidakadilan
gender dalam proses pendidikan
• Apakah tersedia ruang/akses bagi keterlibatan
siswa perempuan dan laki-laki?
• Berapa banak siswa p dan L yang terlibat? Apakah
semuanya terlibat? Strategi apa yang digunakan?
• Apakah p dan l merasakan manfaat langsung dari
proses belajar mengajar yang dilakukan?
• Siapa yang memastikan bahwa PUG dalam suatu
proses sudah dilakukan? Bagaimana mekanisme
pleaksanaannya
• Siapa yang punya kuasa dan memutuskan apa?
Menjadi arusutama bukan menjadi
dominasi
Terima kasih