PKU – Unsur Intriksik

Download Report

Transcript PKU – Unsur Intriksik

Pengantar Kesusastraan Umum
Ni Made Savitri Paramita, S.S.
Unsur Intrinsik

Tema

Cerita

Plot

Penokohan

Pelataran

Sudut pandang

Gaya bahasa
TEMA
Definisi

Makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Stanton dan
Kenny)

Gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur
semantis
dan
yang
menyangkut
kesamaankesamaan/perbedaan (Hartoko & Rahmanto, 1986:142)
Tema: dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya sastra
Penggolongan Tema
Tema
Tradisional
Tema Non
tradisional
• Tema yg menunjuk pd hal
yg “itu-itu” saja  telah
lama dipergunakan
• Selalu ada kaitannya dg
masalah kebenaran &
kejahatan
• Tema yang tidak lazim,
melawan arus, mengejutkan,
mengesalkan
Tingkatan tema menurut Shipley

Tema tingkat fisik  manusia sebagai molekul


Tema tingkat organik  manusia sebagai protoplasma


Lbh byk menyangkut/mempersoalkan masalah seksualitas
Tema tingkat sosial  manusia sebagai makhluk sosial


Lbh byk menyarankan dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktifitas fisik
daripada kejiwaan
Tentang manusia yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak
individunya
Tema tingkat divine  manusia sbg makhluk tingkat tinggi

Tentang hubungan manusia dengan Tuhan, religiositas, filosofis
Tema Utama & Tema Tambahan
Tema Mayor
Makna pokok yg menjadi dasar/gagasan
dasar umum karya
Tema Minor
Makna yang hanya terdapat pada bagianbagian tertentu cerita
Penafsiran Tema

Mempertimbangkan tiap detil yang menonjol

Tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita

Tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak
dinyatakan baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam novel yang bersangkutan

Harus mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara
langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita
CERITA
Definisi

Sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun
berdasarkan urutan waktu (Forster, 1970:35)

Sebuah urutan kegiatan yang sederhana dalam urutan
waktu (Abrams, 1981:61)

Peristiwa-peristiwa yang terjadi berdasarkan urutan
waktu yang disajikan dalam sebuah karya fiksi (Kenny,
1966:12)
Cerita: peristiwa yang memiliki kaitan waktu yang jelas,
bersebab-akibat
Cerita & Fakta
 Cerita
dapat ditulis dengan
data faktual

Mimetik: karya sastra
merupakan peniruan dari
alam (Aristoteles)
PLOT
Definisi

Cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian
itu hanya dihubungkan sebab-akibat, peristiwa satu
disebabkan peristiwa lain (Stanton, 1965:14)

Peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan
adanya hubungan kausalitas (Foster, 1927:93)
Plot:
- mengandung unsur jalan cerita
-- adanya hubungan kausalitas
--misterius
Unsur penting dalam pengembangan plot
 Peristiwa
 Konflik
 Klimaks
Peristiwa



Peristiwa: peralihan dari 1 keadaan ke
keadaan yang lain
Aksi (action)  aktivitas yang dilakukan
seseorang
Kejadian (event)  cakupan lebih luas,
sesuatu yang dilakukan/dialami tokoh
manusia & sesuatu yang di luar aktivitas
manusia
Jenis peristiwa

Peristiwa fungsional



Peristiwa yg menentukan/mempengaruhi perkembangan plot (inti
cerita dr cerita fiksi)
Peristiwa kaitan

Peristiwa-peristiwa yg berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa
penting (fungsional) dlm pengurutan penyajian cerita

Kurang mempengaruhi perkembangan plot
Peristiwa acuan

Peristiwa yg secara tidak langsung mempengaruhi/berhubungan dg
plot

Berhubungan dg hal-hal lain, misal: perwatakan, suasana alam, dll
Konflik

Sesuatu yang dramatik, mengacu pada
pertarungan antara 2 kekuatan yg seimbang
dan menyiratkan aksi dan aksi balasan
(Wellek & Warren, 1989:285)

Sesuatu yg bersifat tidak menyenangkan yg
dialami tokoh cerita, yg tidak diinginkan
terjadi oleh tokoh (Meredith & Fritzgerald,
1972:27)
Bentuk konflik

Konflik Internal


Konflik yg terjadi di dalam diri tokoh
(konflik batin)
Konflik Eksternal


Konflik fisik: perbenturan antara tokoh
dengan lingkungan alam
Konflik sosial: kontak sosial antar
manusia/hubungan antarmanusia
Klimaks
Saat konflik telah mencapai tingkat
intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu
merupakan sesuatu yg tidak dapat
dihindari kejadiannya (Stanton,
1965:16)
Klimaks:
-Titik puncak konflik-konflik yg terjadi
-Tidak semua konflik mencapai klimaks
-Dpt menimbulkan persepsi yg berbeda pada tiap pembaca
-Bisa terdapat lebih dari 1 klimaks
Antiklimaks

Terjadi saat konflik mulai
mereda/ketegangan menurun

Masalah/konflik berangsur dapat
diatasi dan kekhawatiran mulai
menghilang
Kaidah Pemplotan

Plausibilitas




Cerita dpt dipercaya pembaca
Sifat plausibel: tokoh-tokohnya dapat dibayangkan
pembaca
Tidak plausibel: membingungkan pembaca
Suspense

Membuat pembaca penasaran dg kelanjutan cerita

Fore shadowing: penampilan peristiwa2 tertentu yg
bersifat mendahului thd peristiwa2 yg akan dikemukakan
kemudian

Surprise



Kejutan, sesuatu yg bersifat mengejutkan
Dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yg
dikisahkan/kejadian2 yang ditampilkan menyimpang
atau bertentangan dg harapan pembaca (Abrams,
1981:138)
Kesatupaduan

Berbagai unsur yg ditampilkan (peristiwa2 fungsional,
kaitan, acuan yg mengandung konflik atau kehidupan yg
ingin dikisahkan) memiliki keterkaitan satu sama lain
Penahapan Plot

Cerita bisa langsung dimulai dg konflik
berkadar tinggi/inti permasalahan  in
medias res

Dikarenakan urutan waktu penceritaan
(secara linear, sujet) sengaja
dimanipulasikan dengan urutan peristiwa
(logika, fabel)
Tahapan Plot: Awal – Tengah - Akhir
awal
• Tahap perkenalan
• Garis besar seting
• Tahap pertikaian
tengah • Bagian terpenting & terpanjang
akhir
• Tahap pelaraian
• Akibat dari klimaks
Pembedaan Plot
Plot lurus (progesif)
Peristiwa2 dikisahkan dg kronologis
Plot sorot-balik (flash back)
Cerita tdk kronologis
Plot campuran
Gabungan dr plot progesif & flash back
Plot berdasarkan kriteria jumlah
Plot Tunggal
• Hanya menampilkan seorang
tokoh protagonis sbg hero
Plot Sub-subplot
• Memiliki lbh dr 1 alur cerita
• Lbh dr 1 tokoh yg diceritakan
hidupnya
Plot berdasarkan kriteria kepadatan
Plot Padat
Peristiwa2
fungsional terjadi
susul-menyusul scr
erat
Plot
Longgar
Pergantian peristiwa
fungsional lambat,
hbgn antarperistiwa
tdk erat
TOKOH
Penokohan

Tokoh = pelaku cerita , penokohan = pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampikan dalam sebuah cerita

Tokoh cerita kadang disebut karakter adalah
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang oleh pembaca
ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan
Tokoh, Penokohan & Teori Resepsi
Seorang tokoh dan kualitas
pribadinya berkaitan erat dengan
penerimaan pembaca
Teori Resepsi = (Teori penerimaan
pembaca)
Kewajaran
Kesepertikehidupan
Tokoh Rekaan VS Nyata
Pembedaan Tokoh
1.
Tokoh Utama & Tokoh Tambahan (berdasarkan
tingkat pentingnya/segi peranan)
2.
Tokoh Protagonis & Tokoh Antagonis
(berdasarkan fungsi penampilan tokoh)
3.
Tokoh Sederhana & Tokoh Bulat (Berdasarkan
perwatakannya)
4.
Tokoh Statis & Tokoh Berkembang (Berdasarkan
perkembangan perwatakan)
5.
Tokoh Tipikal & Tokoh Netral ( Berdasarkan
pencerminan trhpd kehidupan nyata)
1.
Tokoh Utama = tokoh yang paling banyak diceritakan,
baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian. Dan ia juga tokoh yang dibuat sinopsisnya.
Tokoh tambahan muncul di cerita sedikit & tak
dipentingkan.
2.
Tokoh protagonis = tokoh yang dikagumi,
pengejawantahan nilai & norma yang ideal bagi kita.
Tokoh antagonis = tokoh yang menyebabkan konflik bagi
tokoh protagonis. Konflik yang dialami oleh tokoh
protagonis tidak selalu disebabkan oleh seseorang tapi
bisa juga hal lain spt kekuatan alam, kekuasaan dsbnya.
Hal ini disebut ; Kekuatan antagonis (antagonistis force)
3. Tokoh Sederhana = tokoh yang bersifat monoton, hanya
memiliki 1 watak saja. Perwatakannya sederhana dan
hanya dibuat dalam 1 kalimat .
mis : ia orang yang miskin tapi jujur
ia orang yang kaya tapi pelit
Sebaliknya Tokoh bulat = tokoh yang kompleks , yang
memiliki & diungkap berbagai sisi kepribadian dan jati
dirinya.
Tokoh bulat lebih menyerupa kehidupan sesungguhnya,
karena memiliki berbagai kemungkinan sikap &
tindakan, ia juga sering memberikan kejutan.
4. Tokoh Statis = tokoh yang dalam cerita tidak
mengalami perubahan / perkembangan perwatakan
sebagai akibat peristiwa yang terjadi. Sementara
tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami
perubahan watak sejalan dengan peristiwa dan plot
yang dikisahkan.
5. Tokoh tipikal = tokoh yang bersifat mewakili.
Merupakan penggambaran/pencerminan
sekelompok orang/bangsa/individu. Sedangkan
tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi untuk
cerita itu sendiri.
Teknik Pelukisan Tokoh
Pelukisan
secara
langsung
• Teknik uraian
(telling)
• Teknik ekspositori
Pelukisan
secara tak
langsung
• Teknik ragaan
(showing)
• Teknik dramatik
Teknik Ekspositori (penjelasan) / Teknik
analitis/Teknik Uraian
Pelukisan tokoh dengan deskripsi, uraian,
atau penjelasan secara langsung.Tokoh
cerita dihadirkan secara tidak berbelit-belit.

Bapaknya yang masih duduk senang di atas kursi rotan itu
jadi mantri kabupaten di kantor patih Sumedang. Ia sudah
lebih dari separuh baya – sudah masuk bilangan orang tua,
tua umur – tetapi badannya masih muda rupanya. Bahkan
hatinya pun sekali-kali belum boleh dikatakan “tua” lagi,
jauh dari itu. (Katak hendak jadi lembu)
Teknik Dramatik
Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan
dirinya lewat aktivitas yang dilakukan, baik secara lisan atau
tindakan.
Wujud penggambaran teknik dramatik adalah ;
1.
Teknik cakapan
6. Teknik reaksi tokoh lain
2.
Teknik tingkah laku
3.
Teknik pikiran & perasaan 8. Teknik Pelukisan Fisik
4.
Teknik arus kesadaran (sifat kedirian tokoh/monolog batin)
5.
Teknik reaksi tokoh
7. Teknik pelukisan latar
Usaha identifikasi tokoh melalui prinsip-prinsip
sbb
1.
Prinsip pengulangan
2.
Prinsip pengumpulan
3.
Prinsip kemiripan &
pertentangan
LATAR
PELATARAN (Setting)
Latar/setting menyaran pada
pengertian tempat,
hubungan waktu dan
lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Pembedaan Latar
1.
Latar Fisik & Latar Spiritual (nilai2
yang melingkupi dan dimiliki oleh
latar fisik)
2.
Latar Netral & Latar Tipikal ; Latar
netral tdk mendeskripsikan sifat khas
yang terdapat dlm sebuah latar
sementara latar tipikal memiliki &
menonjolkan sifat khas latar
tertentu.
Unsur-Unsur Latar
Latar tempat
Latar waktu
Latar sosial
Anakronisme
Adalah ketidaksesuaian antara latar pada
cerita dan keterangan aslinya.
Anakronisme bisa terjadi bukan saja
karena kelalaian penulis tapi juga bisa
karena faktor kesengajaan oleh penulis
untuk menjembatani imajinasi antara
pembaca,pendengar, audience dengan
cerita yang bersangkutan.

Latar sebagai metafor
Terkadang dalam fiksi dijumpai detil-detil deskripsi latar yang
tampak berfungsi sebagai suatu proyeksi / objektivikasi
keadaan internal tokoh/kondisi spiritual tertentu. Misalnya
latar awan kelabu, hujan menggambarkan keadaan hati
seseorang

Latar sebagai atmosfer
Atmosfer dalam cerita adalah udara yang dihirup pembaca
sewaktu memasuki dunia fiksi. Bisa berupa deskripsi latar yang
mampu menciptakan suasana tertentu, misalnya ceria,
romantis, sedih, muram, maut dsbnya
SUDUT
PANDANG
SUDUT PANDANG
(Point of View)
Merupakan cara/ pandangan yang digunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar & berbagai peristiwa
yang membentuk cerita.
Secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 ;
a.
Persona pertama ,gaya “aku”
b.
Persona ketiga, gaya “dia”
Macam sudut pandang

Sudut Pandang Persona ketiga ; “dia” . Sudut
pandang “dia” terbagi menjadi 2 yakni ;
1.
“Dia” maha tahu ; cerita dikisahkan dari sudut “dia”,
namun pengarang dapat menceritakan apa saja yang
menyangkut tokoh “dia” tersebut, Narator bersifat
maha tahu segalanya
2.
“Dia” terbatas/ “dia” sebagai pengamat
Pengarang melukiskan apa yang dialami, dipikir,
dirasakan oleh tokoh cerita tapi hanya terbatas pada
satu tokoh saja

Sudut pandang persona pertama ; “aku”
Pada gaya “aku” , si tokoh yang berkisah,
mengisahkan keadaan & kesadaran dirinya.
Terhadap tokoh lain, pengetahuannya terbatas
hanya sebagai pengamat saja. Sudut pandang “aku”
dibedakan menjadi ;
1.
“aku” tokoh utama ; aku-nya menjadi fokus cerita
2.
“aku” tokoh tambahan ; “aku” hadir membawakan
cerita kepada pembaca tapi bukan kisah tentang
dirinya
 Sudut pandang campuran , “aku”
dan “dia”
Mula-mula cerita dikisahkan dari sudut
pandang “aku” namun kemudian terjadi
pergantian ke “dia” dan kembali lagi ke “aku”.
Hal ini terjadi karena si “aku” adalah tokoh
utama protagonis, dan pengarang ingin
membeberkan pengalaman batinnya tapi karena
jangkauannya terhadap tokoh lain terbatas
padahal pembaca butuh info penting dari tokoh
lain tersebut maka pengarang sengaja beralih ke
sudut pandang lain
GAYA
BAHASA
Bahasa Dalam Sastra

Bahasa dalam sastra mengemban tugas yakni
fungsi komunikatif

Struktur novel dan segala sesuatu yang
dikomunikasikan senantiasa dikontrol langsung
oleh bahasa pengarang

Untuk memperoleh efektivitas pengungkapan,
bahasa dalam sastra disiasati, dimanipulasi, dan
didayagunakan secermat mungkin sehingga tampil
beda dgn bahasa non-sastra
 Ciri bahasa dalam sastra ; mengandung
unsur emotif dan konotatif.
 Deotomatisasi ; istilah kaum formalis
Rusia untuk menyebut bahwa bahasa
sastra butuh penyimpangan dari cara yang
bersifat otomatis . Penyimpangan tersebut
bisa berupa kiasan, penyimpangan dari
bahasa sehari-hari dsbnya.
Stile & Stilistika

Stile atau style adalah cara pengungkapan bahasa/gaya
bahasa dalam prosa, atau bagaimana pengarang
mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.

Stile ditandai oleh pilihan kata, struktur kalimat, bentukbentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi dll

Stilistika (hakikat stile) adalah studi tentang stile

Analisis stilistika biasanya untuk menerangkan hubungan
antara bahasa dengan fungsi artistik dan maknanya
Cara Analisis Stilistika
Membuat pertanyaan-pertanyaan sbb;

Mengapa pengarang dalam mengekspresikan
dirinya menggunakan cara-cara khususnya

Bagaimanakah efek estetis demikian dapat dicapai
lewat bahasa

Atau pemilihan bentuk-bentuk bahasa tertentu
dapat menimbulkan efek estetis

Apakah fungsi penggunaan bentuk-bentuk itu
untuk mendukung tujuan estetis
Stile dan nada (tone)

Membaca sebuah novel biasanya kita
merasakan adanya nuansa atau suasana atau
yang kerap disebut nada

Nada sendiri berarti ekspresi sikap,sikap
pengarang terhadap masalah yang
dikemukakan terhadap pembaca.

Nada dalam prosa bisa berupa nada intim,
santai, romantis, mengharukan, sinis, kasar dll

Dalam bahasa lisan nada dikenali dengan
intonasi, dalam tulisan nada ditentukan oleh
kualitas stile
Unsur stile
1.
Unsur Leksikal
2.
Unsur Gramatikal
3.
Retorika
4.
Kohesi
Leksikal
Mengacu pada diksi yakni penggunaan kata-kata
tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang
Pertimbangan-pertimbangan dalam memilih diksi;
1)
Pertimbangan Fonologis ; mis untuk
kepentingan alitrasi, efek bunyi tertentu
terutama dalam puisi
2)
Pertimbangan segi mode, bentuk dan makna
yang dipergunakan sebagai sarana
mengkonsentrasikan gagasan
Untuk menganalisis secara
leksikal, perlu membuat
pertanyaan-pertanyaan sbb;
Tinjauan Umum

Kata yang digunakan sederhana atau
kompleks?

Kata-kata baku atau informal, termasuk
dialek?

Apa menggunakan ungkapan dari bahasa
daerah atau bahasa asing

Bagaimana arah kata tsb, denotasi atau
konotasi
Tinjauan Khusus

Apa jenis kata yang digunakan

Kata benda, sederhana atau kompleks, abstrak atau
konkret, jika abstrak menyaran pada makna apa,
kejadian, persepsi, proses, kualitas moral & sosial

Kata kerja jenis apa, intransitif atau transitif, makna
menyaran ke tindakan, pernyataan, atau peristiwa

Kata sifat, untuk menjelaskan apa, sesuatu yang
bersifat fisik, psikis, visual, auditif, referensial, emotif

Kata bilangan, tentu atau tak tentu, dan untuk
menjelaskan apa
Unsur Gramatikal
Menyaran pada pengertian struktur
kalimat. Bagaimana hubungan antar
kata-kata dalam suatu kalimat
sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Analisis Gramatikal dilakukan dengan
cara melihat penyimpangan struktur
kalimat seperti penghilangan unsur
tertentu.
Cara lain yang digunakan untuk analisis
gramatikal
1.
Kompleksitas Kalimat ; kalimat
kompleks atau sederhana
2.
Jenis Kalimat ; jenis kalimat apa saja
yang muncul, kalimat pernyataan,
perintah,pertanyaan..kalimat mana
yang menonjol
3.
Jenis klausa dan frase
Retorika
Penggunaan bahasa untuk memperoleh
estetis yang dapat diperoleh melalui
kreativitas pengungkapan bahasa
Bentuk-bentuk retorika ;
1.
Majas
2.
Penyiasatan struktur
3.
Pencitraan
Pemajasan
Merupakan teknik pengungkapan bahasa, gaya bahasa
yang maknanya tak menunjuk pada makna harfiah atau
berupa makna kiasan.
Bentuk-bentuk pemajasan yang banyak digunakan
pengarang adalah bentuk perbandingan atau
persamaan yaitu membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain melalui ciri fisik, sikap, sifat, keadaan,
suasana dll.
Bentuk perbandingan dilihat dari kelangsungan
pembandingan persamaannya dibedakan jadi simile ,
metafora dan personifikasi
Simile menyaran pada perbandingan yang langsung dan eksplisit,
biasanya memakai kata-kata seperti, bagai, bagaikan, sebagai,
laksana, mirip.
Cth ; Dihadapan mereka Dukuh Paruk kelihatan remang seperti seekor
kerbau besar sedang lelap
Metafora merupakan gaya perbandingan yang bersifat tak langsung dan
implisit, tak ada kata-kata yang menunjuk perbandingan tsb
Cth ; Dihadapan mereka, Dukuh Paruk yang remang adalah seekor
kerbau besar sedang lelap
Personifikasi gaya bahasa yang memberi sifat benda mati dengan sifatsifat yang dimiliki manusia sehingga dapat bersikap dan bertingkah
laku sebagaimana halnya manusia.
Gaya Bahasa Lain

Metonimi ; Menunjukkan adanya pertalian yang
dekat. Mis; seseorang yang suka membaca karyakarya Natsume Soseki akan dikatakan “Ia suka
membaca Soseki”

Sinekdoke ; berasal dari bahasaYunani,
synekdechsthai artinya menerima bersama-sama,
yaitu menggunakan sebagian untuk menyatakan
keseluruhan( pars pro toto) atau sebaliknya,
menggunakan keseluruhan untuk menyatakan
sebagian (totum pro parte).
Gaya Bahasa Lain

Hiperbola ; cara penuturan yang
bersifat melebih-lebihkan

Paradoks ; Cara penuturan yang
sengaja menampilkan unsur
pertentangan di dalamnya.

Contoh ?
Penyiasatan Struktur
Untuk mencapai tujuan retorika, peranan penyiasatan
struktur cukup menonjol. Penyiasatan struktur adalah
bagaimana mengakali struktur kalimat baik struktur
makna dan struktur kalimat agar kalimat /wacana untuk
mencapai tujuan retorika, seperti menggabungkan antara
majas dan stile.
Ada beberapa gaya bahasa yang lahir dari penyiasatan
struktur ini seperti pengulangan (yang paling banyak
dipakai) yaitu gaya repetisi, paralelisme, anafora,
polisindenton dan asidenton. Bentuk lainnya adalah
antitesis, alitrasi, klimaks, antiklimaks dan pertanyaan
retoris.

Repetisi ; bentuk gaya pengulangan dengan menampilkan pengulangan
kata atau kelompok kata yang sama. Posisi pengulangan bisa dalam 1
kalimat atau lebih, posisinya bebas.

Anafora ; Pengulangan kata pada awal beberapa kalimat yang
berurutan. Kucari kau karena cemas karena sayang.Kucari kau karena
sayang karena bimbang

Paralelisme ; Pengulangan struktur kalimat spt kata, frase, kalimat atau
alinea. (cth pengulangan awalan di , hak perempuan dibatasi,
kebebasannya dikekang dan ditindas dalam rumah tangga)

Antitesis ; Pengulangan spt paralelisme tapi untuk menyampaikan
gagasan-gagasan yang bertentangan. (kita sudah kehilangan banyak
kesempatan, harga diri & airmata, namun dari situ pula kita akan
memperoleh pelajaran berharga)

Asidenton ; gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau
suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi
tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung. Ayah, ibu, anak
merupakan inti dari sebuah keluarga.

Polisidenton ; gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah
konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan
dengan kata-kata penghubung. Pembangunan memerlukan sarana
dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

Alitrasi ; Penggunaan kata-kata yang sengaja dipilih karena memiliki
kesamaan fonem & konsonan, baik di awal atau di tengah kata
(umumnya di puisi). Kau Keraskan Kalbunya Bagai Batu Membesi Benar

Klimaks ; Penekanan gagasan dengan cara menampilkan secara
berurutan, urutan penyampaian tsb menunjukkan semakin
meningkatnya kadar pentingnya gagasan. Hidup kita diharapkan
berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara.

Sebaliknya anti-klimaks ; menyatakan kemunduran. Bahasa Indonesia
diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD.

Gaya pertanyaan retorik ; Pertanyaan yang sebenarnya tak
menghendaki jawaban
Pencitraan
Adalah adalah kumpulan citra, image, yang
digunakan dalam karya sastra, baik dengan
deksripsi secara harfiah maupun secara kias.
Dalam sastra, pencitraan adalah gaya
penuturan yang mengkonkretkan
pengungkapan gagasan yang sebenarnya
abstrak melalui kata-kata dan ungkapan yang
membangkitkan imajinasi.
Macam pencitraan itu meliputi indra manusia ;
citraan penglihatan (visual), pendengaran
(auditoris), gerakan (kinestetik), rabaan (taktil
termal) dan penciuman (olfaktori)

Langit, kemudi, dan layar, itulah samar ingatku tentang
Weh. Tapi di sekolah lama Molten Bass Technisce School di
Tanjong Pandan, aku pernah melihat fotonya. Tak bohong
orang bilang bahwa dia bukan sembarang, karena Belanda
hanya menerima pribumi yang paling cerdas di sekolah calon
petinggi teknik kapal keruk timah itu. Foto kuno itu sudah
buram. Weh seorang pemuda yang gagah. la bergaya, berdiri
condong menumpukan tubuh kekarnya di atas pemukul
kasti. Namun, sesuatu yang menyayat tersembunyi dalam
matanya. Seringainya hambar, jauh, dan kesakitan. Weh
mengawasi lekat siapa pun yang mendekati fotonya. Aku
menatapnya, lama, lalu bisikan garau mendesis dari foto itu,
"Engkau, laki-laki zenit dan nadir...." Bulu tengkukku meruap,
seseorang seakan berdiri di belakangku, aku berbalik, sepi
Kohesi
Antara bagian kalimat satu dan lainnya terdapat
hubungan yang bersifat mengaitkan antarbagian
kalimat atau antar kalimat . Hubungan tersebut
disusun dengan unsur makna yang dikuatkan
dengan kata penghubung atau kata-kata yang
bersifat menghubungkan. Hal inilah yang disebut
kohesi.
Kohesi terbagi menjadi dua yakni kohesi sambungan
(linkage) dan rujuk-silang (cross-reference)
Kohesi sambungan berupa kata tugas seperti: dan,
kemudian, akan tetapi, di samping itu dsbnya.
Contohnya : Mereka saling mencintai satu sama lain
akan tetapi mereka tidak bisa melangkah ke
jenjang pelaminan karena pertentangan dari pihak
keluarga.
Kohesi rujuk silang adahah hubungan antar kalimat
dengan menggunakan teknik pengulangan, namun
kadang juga melalui reduksi yakni penyingkatan
apa yang akan disebut kembali .
BLOG
 http://madesp.lecture.ub.ac.id/