FGD 5c Bandung raya - Metropolitan Jabar

Download Report

Transcript FGD 5c Bandung raya - Metropolitan Jabar

Konsep dan Rancangan
Penyediaan Infrastruktur
Persampahan dan Limbah dalam
Pembangunan Metropolitan
Bandung Raya
Hesti D. Nawangsidi
Oktober 2014
Konteks Pengembangan
Metropolitan Bandung Raya
Kawasan andalan : industri, pertanian, pariwisata, dan perkebunan
Sistem perkotaan Nasional : industri dan jasa dan simpul
transportasi
 Metropolitan modern : wisata perkotaan, industri kreatif, dan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
 Kota inti dan perkotaan sekitar : perdagangan dan jasa, indusri
kreatif dan teknologi tinggi, industri non pencemar, pertanian,
perkebunan, agrobisnis, pariwisata, transportasi, dan pendidikan


Industri, perdagangan dan jasa, pariwisata,
pendidikan dan pusat IPTEKS, pertanian, dan
perkebunan
Perspektif Perkembangan MBR








Jumlah penduduk 5,8 juta jiwa di 56 kecamatan di Kota Bandung, Kota
Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten
Sumedang
Tahun 2050 diperluas menjadi 73 kecamatan dengan tambahan
kecamatan di Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan
Kabupaten Sumedang
Tahun 2000 – 2010 laju pertumbuhan daerah kabupaten lebih tinggi
Menggunakan acuan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Barat
1,9%/tahun jumlah penduduk tahun 2050 diprakirakan ≈ 10 juta jiwa
Wilayah MBR 102.598,80 Ha dan akan menjadi lebih luas pada tahun
2050 (≈ 125.000 – 130.000 Ha)
Konstelasi geografis MBR dan perluasanya ke arah Utara, Timur, dan
Selatan dengan kontur berbukit, aglomerasi kawasan terbangun dengan
intensitas beragam
Aksesibilitas bertumpu pada jaringan transportasi arteri
Kecenderungan pertambahan penduduk dari luar MBR pada akhir
minggu atau hari libur
Permasalahan Persampahan
(Rancangan TR Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung)





Timbulan sampah di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung akan
meningkat hingga dua kali lipat dari tahun 2003 : terjadi timbulan sampah
± 24.966.074 m3 pada tahun 2015 dan ± 58.878.433 m3 pada tahun 2025.
sehingga dibutuhkan lahan untuk TPA seluas 75 ha (untuk ketinggian 10
m) ataus 39 ha (ketinggian 20 m).
Kapasitas TPA eksisting (39 ha) telah maksimum, sehingga diperlukan TPA
baru seluas ± 75 Ha (ketinggian 10 m) atau ± 39 Ha (ketinggian 20 m)
Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada sehingga operasional
pelayanan tidak optimal
Belum seluruh bagian kota mendapatkan layanan pengangkutan sampah
Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pengelolaan sampah
Rencana Persampahan
(Perda Prov. Jabar No. 12 Tahun 2014)

Pembangunan TPPAS Legok Nangka di Kabupaten Bandung
Permasalahan Persampahan MBR








Paradigma klasik :
o Sampah adalah bahan sisa yang tidak bernilai guna
o Sampah merupakan urusan pemerintah
Penanganan sampah masih konvensional (end of pipe) :
pengumpulan – pengangkutan – pembuangan di TPA
Keterbatasan lahan untuk tempat penampungan, pengolahan dan
pemrosesan sampah
Keterbatasan prasarana pengangkutan sampah
Keterbatasan sistem dan tata laksana pengelolaan sampah
(koordinasi kelembagaan, pembiayaan, dan peran serta
masyarakat)
Prakiraan timbulan sampah ≈ 25.000 – 27.000 m3/hari
Proporsi sampah rumah tangga > 55%, sisanya adalah sampah
sejenis sampah rumah tangga
Sampah spesifik belum ditangani, terutama limbah B3 atau yang
mengandung B3
Strategi Pengelolaan Sampah MBR
Perubahan paradigma dalam penanganan sampah sejak hulu
(sumber) hingga dikembalikan ke media lingkungan secara aman
 Mengadopsi berbagai sistem pengelolaan dan teknologi pengolahan
sampah di wilayah MBR dengan mempertimbangkan :

o
o
o
o






Karakteristik timbulan sampah (volume, berat, komposisi, frekuensi)
Karakteristik fisik kawasan yang dilayani
Kapasitas lembaga/organisasi pengelola
Kondisi sosial
Menghindarkan pembuangan sampah secara terbuka
Memanfaatkan teknologi ramah lingkungan
Mengacu pada standar pelayanan minimal
Pemanfaatan inovasi teknologi yang dikembangkan Bandung Raya
Innovation Valley (BRIV)
Penerapan peraturan pelaksanaan penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, dan pengangkutan limbah B3
Penyediaan fasilitas pengolahan dan penimbunan limbah B3 di MBR
Paradigma Pola Pengelolaan Sampah
Reuse
Reduce

Recycle


Pembatasan timbulan
sampah
Pendaur ulangan sampah
Pemanfaatan kembali
sampah
Sampah


Residu



Angkut

Buang / Proses

Pewadahan sampah
Pemilahan sampah
Pengumpulan sampah
Pengangkutan sampah
Pengolahan sampah
Pemrosesan akhir sampah
dan dikembalikan ke media
lingkungan secara aman
Remediasi
Bagan Alir Pengelolaan Sampah
3R
Timbulan
sampah
Pemilahan
Produk 3 R
Pewadahan
Produk 3 R
Produk 3 R
3R
Pembuangan
akhir
Pengumpulan
3R
Pemilahan
TEMPAT PENGOLAHAN DAN
PEMROSESAN AKHIR SAMPAH
Pengangkutan
Pemindahan
ke angkutan
Pemilahan
TEMPAT PEMINDAHAN
SAMPAH
Fasilitas Pengolahan Sampah
Intermediate Treatment Facility (ITF) atau Material Recovery Facility (MRF)
Metode Pengolahan Sampah




Pemadatan
Pengomposan
Daur ulang materi
Daur ulang energi
*Sampah yang tidak dapat diolah ditimbun di TPA atau TPPAS
Teknologi Pengolahan Sampah





Pengolahan secara fisik : pemadatan, pengurangan ukuran,
Pengolahan secara kimiawi
Pengolahan secara biologi : secaraerobik atau anaerobik
Pengolahan secara termal : insinerasi, pirolisi, atau gasifikasi
Pengolahan untuk menghasilkan refused derifed fuel
Prasarana pengolahan dan pemrosesan sampah menggunakan teknologi
dengan proses biologi, termal, dan lainnya dengan kapasitas > 100 ton/hari
membutuhkan studi kelayakan
Pertimbangan Lokasi TPA atau TPPAS







Geologi : tidak berada di daerah patahan yang masih aktif, tidak
berada di zona bahaya geologi, tidak berada di daerah karst, dan
dianjurkan berada di tanah kedap air atau lempung
Hidrogeologi : antara lain muka airtanah > 3 m, kelulusan tanah <
10 - 6 cm/detik, dan jarak terhadap sumber air minum > 100 m di
hilir aliran
Bukan merupakan daerah banjir periode ulang 25 tahun
Kemiringan zona < 20%
Tidak berada di kawasan lindung atau suaka alam
Jarak dari permukiman > 1 km dengan mempertimbangkan
pencemaran lindi, kebauan, penyebaran vektor penyakit, dan
aspek sosial
Jarak dari kawasan yang dilayani
Permasalahan Pengelolaan Air Limbah






Sebagian besar air limbah ditangani secara setempat (on site)
yang berpotensi menimbulkan pencemaran airtanah, terutama
penanganan secara individual
Keterbatasan pelayanan sewerage system dan IPAL secara
terpusat (off site) di MBR. Kapasitas operasi IPAL Bojongsoang
50% dari debit desain
Air limbah non tinja (grey water) masih bercampur dengan
jaringan drainase
Air limbah berupa tinja (black water) dikelola secara individual
atau komunal melalui penggunaan tangki septik atau cubluk dan
sebagian lainnya dibuang secara langsung pada badan sungai
Limbah cair industri di MBR memberikan dampak terhadap
kualitas air permukaan
Keterbatasan prasarana sanitasi di perdesaan
Strategi Pengelolaan Air Limbah MBR








Pengelolaan air limbah domestik dilakukan menurut sistem on site dan
off site
Sistem on site untuk pengolahan air kotor dan lumpur tinja secara
individual atau komunal menurut standar teknis disertai pembersihan
secara berkala
Sistem off site pengolahan air kotor dan lumpur tinja melayani
permukiman dan perumahan melalui IPAL menurut zona pelayanan
Sistem off site pengolahan air kotor dan lumpur tinja secara modular
untuk kegiatan perkotaan skala besar, seperti perkantoran,
perdagangan, jasa, dan lainnya
Hasil pengolahan sistem off site dimanfaatkan kembali atau dialirkan ke
badan air umum
Pengolahan limbah cair industri secara on site atau off site sesuai baku
mutu efluen
Pengelolaan limbah B3 dilakukan sesuai peraturan
Pemanfaatan inovasi teknologi yang dikembangkan Bandung Raya
Innovation Valley (BRIV)
Strategi Pengelolaan Air Limbah MBR







Prasyarat pengelolaan secara off site : pemisahan saluran air limbah
dengan saluran drainase dan air kotor tidak diperkenankan dibuang
langsung ke saluran drainase
Pengolahan off site dapat bersifat terpisah atau terpadu antara air kotor
dengan tinja dengan persyaratan efluen memenuhi baku mutu
Teknologi pengolahan ramah lingkungan
Kelembagaan pengelolaan air limbah MBR dapat dilakukan oleh
Pemerintah, BLU, atau bermitra dengan pihak ketiga
Pengelolaan air limbah kegiatan skala besar, seperti perkantoran,
perdagangan, jasa, perumahan, dan lainnya melalui IPAL terpadu
dilakukan oleh pengelola kegiatan sebelum tersambung pada saluran air
kotor
Pengelolaan limbah cair industri secara individual atau IPAL terpadu
dilakukan oleh pengelola kegiatan industri
Pengelolaan limbah cair rumah sakit dan laboratorium dilakukan oleh
pengelolan kegiatan
Pengelolaan Air Limbah MBR
Pengelolaan Air Limbah
Air Limbah Domestik
Penanganan air
kotor secara
setempat (on
site) dan
individual
Pengolahan
reject water
dan sewage
sludge
Pengolahan air kotor
secara terpusat (off site)
: dimanfaatkan sebagai
second class water
Limbah Cair Industri
Pengolahan
limbah cair
industri non B3
secara terpusat
dan terpadu (off
site) di zona
atau kawasan
industri
 Pembangunan
fasilitas
pengolahan
limbah B3
 Pengelolaan
limbah cair
industri B3
sesuai
peraturanperundangan
Terima Kasih
TPS
SPA
TPAS
TPPAS
TPPAS
TPST
ITF
: Tempat Penampungan Sementara adalah tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu
: Stasiun Peralihan Antara adalah tempat peralihan antara
untuk pengangkutan sampah skala besar ke lokasi tempat
pemrosesan akhir.
: Tempat Pemrosesan Akhir Sampah adalah tempat untuk
memroses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan
: Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah
adalah tempat untuk pengolahan dan pemrosesan akhir
sampah di Kabupaten/Kota
Regional : untuk dua atau lebih Kabupaten/Kota
: Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang,
pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah
: Intermediate Treatment Facility : teknologi pengolahan
sampah