Pendahuluan Pendekatan Dan Metodologi Oleh Baso Amri

Download Report

Transcript Pendahuluan Pendekatan Dan Metodologi Oleh Baso Amri

PENDAHULUAN
PENDEKATAN
DAN METODOLOGI
Program Mobilisasi Dosen Pakar/Ahli (PMDPA)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional
Dr. H. Baso Amri Mursyid, M.Si
[email protected]
Bandar Lampung, Oktober 2013

Suatu survei oleh Scientific
American di tahun 1994
menunjukkan bahwa kontribusi
ilmuwan Indonesia pada khasanah
pengembangan dunia ilmu setiap
tahunnya hanyalah sekitar 0.012%,
yang jauh berada di bawah
Singapura yang berjumlah 0.179%,
apalagi kalau dibandingkan dengan
USA yang besarnya lebih dari 25%.



Data yang hampir sama, yang dilaporkan oleh
Science Direct, Elsevier menunjukkan bahwa sejak
tahun 1996 output riset Indonesia adalah 500an dan
hingga 2007 tetap masih kurang dari 1000 paper,
sama dengan Filippina dan Vietnam, sementara
Thailand sudah berada pada 1000an pada tahun
1996 dan melonjak mencapai 5500an pada tahun
2007.
Malaysia pada tahun 1996 mempunyai output riset
1000an dan meningkat menjadi 3500an pada tahun
2007.
Angka ini kembali lagi menguatkan rendahnya
output riset ilmuwan Indoensia dalam bentuk
publikasi ilmiah.
1200
Total Publikasi 11 PT di Indonesia
1124
(Data Scopus 1978 sd Januari 2009)
1100
1000
800
690
600
512
400
252
200
0
214
212
206
163
129
103
100 Universitas terbaik di dunia
1.
2.
3.
4.
5.
Award yang diterima oleh dosen
Artikel yang ditulis oleh para dosen
di jurnal internasional
Paten yang dihasilkanoleh para
dosen
Text book yang ditulis oleh para
dosen
jumlah mahasiswa asing yang ada
5


Empat di antaranya adalah
bersumber pada hasil penelitian
yang dilakukan oleh dosen,
mahasiswa, staf peneliti yang ada di
suatu universitas
Universitas yang bagaimana?
Universitas yang berorientasi pada
kegiatan penelitian atau “Resrach
University”
6


Oleh karena itu untuk memajukan
suatu universitas sehingga nantinya
memiliki reputasi yang tinggi
ditingkat nasional maupun
internasional, kegiatan penelitian
yang ada perlu dikembangkan.
Dikembangkan ketingkat yang
bagaimana?
7

Dikembangkan ketingkat :
Yang hasil penelitiannya
1. Layak untuk dipublikasikan
2. Layak untuk dipatenkan
3. Banyak digunakan sebagai acuan
dalam menulis text book oleh penulispenulis lain.
8



Oleh karena itu setiap peneliti dan
dosen harus akrab dengan artikel,
dalam arti :
Dapat memahami isi artikel dalam
bidang masing-masing
Mampu melakukan penelitian dan
menulis artikel hasil penelitian dan
pengabdian yang layak dimuat
dijurnal
9
TULISAN POPULER
DAN ARTIKEL ILMIAH
Tulisan Populer
1. Tujuan menulis tulisan populer sekadar
memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan
informasi atau wawasan penulisnya dan
selanjutnya (lazimnya diharapkan) sebagai
bahan wacana atau diskursus tentang topik itu
bagi pembacanya.
2. Materinya tidak selalu harus berdasarkan pada
fakta-fakta empirik (penelitian), boleh juga dari
hasil pengamatan atau perenungan (refleksi).
10
TULISAN POPULER
DAN ARTIKEL ILMIAH
3. Pembahasan dan analisis tidak perlu terlalu
mendalam dan rinci, namun logika serta
sistematika pemikiran harus tetap diperhatikan,
agar pembaca dapat menangkap pesan sesuai
dengan yang ingin disampaikan.
4. Pembahasan dan analisisnya sedapat mungkin
menggunakan kata-kata, istilah-istilah atau
kalimat yang mudah dicerna dan sudah populer
di masyarakat. Semua itu tidak harus secara
ketat mengikuti “aturan main” penggunaan tata
bahasa yang berlaku di dunia akademik.
11
TULISAN POPULER
DAN ARTIKEL ILMIAH
Artikel Ilmiah
1. Tujuan menulis artikel ilmiah adalah untuk
mendiseminasikan pemikiran kita ke khalayak
akademik lebih luas melalui media jurnal yang
sesuai dengan disiplin ilmunya baik lingkup
nasional maupun internasional
2. Artikel ilmiah selayaknya ditulis berdasarkan hasil
penelitian lapangan sehingga memuat informasiinformasi dan fakta-fakta empirik yang akurat,
mutakhir dan komprehensif dengan metodologi
yang jelas.
12
TULISAN POPULER
DAN ARTIKEL ILMIAH
3. Artikel ilmiah dipaparkan secara singkat, rinci,
logis, sistematis, padat, dan komprehensif
(namun tidak bertele-tele), dengan menggunakan
bahasa Indonesia (asing) yang sesuai dengan
“aturan penulisan” yang berlaku di dunia
akademik. sehingga pembahasan dan
analisisnya dapat dipahami dengan jelas dan
tepat.
4. Dengan artikel ilmiah hasil penelitian menjadi
lebih enak dibaca, dicerna dan dipahami karena
telah melalui proses penyempurnaan penulisan
dan penyuntingan ulang (pembahasan dan
analisis termasuk materi, data, bahasa, dsb.)
13
TULISAN POPULER
DAN ARTIKEL ILMIAH
5. Menulis artikel ilmiah memerlukan persiapan
lebih matang, lebih cermat, lebih teliti, dan
latihan berkelanjutan.
6. Menulis artikel ilmiah memerlukan juga
kesungguhan, keberanian dan kepercayaan diri
yang tinggi.
7. Yang tidak kalah pentingnya menulis artikel
ilmiah harus dilakukan sebagai suatu kewajiban
yang menyenangkan dan mengasyikkan, bukan
karena keterpaksaan.
14
PENDAHULUAN
1. Memberikan pengantar tentang substansi artikel
sesuai dengan topik dan masalahnya, terutama
alasan-alasan baik teoretis maupun empiris yang
melatar belakangi kegiatan penulisan artikel.
2. Memuat secara eksplisit dengan singkat dan
jelas tentang arah, maksud, tujuan serta
kegunaan artikel sehingga tidak menimbulkan
kerancuan pengertian, pemahaman dan
penafsiran makna bagi pembacanya.
15
PENDAHULUAN
3. Pergunakan dan kembangkan kata-kata kunci
sesuai dengan topik dan permasalahannya
kemudian rangkaikan menjadi kalimat-kalimat
dengan menggunakan tata bahasa yang baku.
Hindari penggunaan anak kalimat yang
berlebihan.
4. Penyajiannya harus runut secara kronologis.
Kaitan logika antara alinea pertama dengan
berikutnya harus jelas.
16
PENDAHULUAN
5. Jika artikel ditulis berdasarkan hasil penelitian
lapangan sangat penting mengemukakan
metodologi yang digunakan (baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif.
6. Metodologi penting dikemukakan agar pembaca
dapat mengikuti dan memahami dengan jelas
tentang:


Proses pengumpulan informasi dan data dari
lapangan.
Pendekatan yang digunakan dalam mengonstruksi
pemikiran ketika membahas, menganalisis dan
menafsirkan data serta informasi tersebut.
17
PENDAHULUAN
7. Kemukakan secara singkat dan jelas kerangka
berpikir berdasarkan konsep-konsep teoretis
yang digunakan untuk membahas, menganalisis
dan menafsirkan data, informasi serta temuantemuan yang diperoleh.
8. Penting mengemukakan pula konsep-konsep
pemikiran yang berasal dari temuan-temuan
penelitian lapangan sejenis, jika mungkin yang
terbaru, yang telah dilakukan oleh peneliti atau
penulis atau peneliti lain sebelumnya.
18
PENDAHULUAN
9. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran
serta temuan-temuan penelitian terdahulu
bermanfaat sebagai bahan komparasi dan
sekaligus penguatan serta penajaman
pembahasan, analisis serta penafsiranpenafsiran.
10. Konsep-konsep teoretis, pemikiran-pemikiran
serta temuan-temuan terdahulu tersebut
seyogyanya telah dicerna sehingga tidak lagi
berupa kutipan-kutipan utuh yang lebih
merupakan “parade pernyataan orang”.
19
PENDAHULUAN
11. “Posisi keilmuan” penulis dalam keseluruhan
tulisan artikel itu sedapat mungkin sudah harus
muncul dalam pendahuluan ini, agar pembaca
secara lebih awal sudah dapat memahami arah
pemikiran, pendekatan serta paradigma yang
digunakan.
12. Tidak kalah pentingnya, semua uraian dalam
pendahuluan harus menjadi acuan utama untuk
bab-bab selanjutnya, agar konsistensi dan
keutuhan tulisan artikel ilmiah dapat terjaga
dengan baik.
20
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pendekatan kuantitatif
1.
2.
3.
Obyektif, positivistik, dan “bebas nilai”. Subyektivitas
sedapat mungkin sangat dihindari.
Deduktif (kadangkala kombinasi antara deduktif dan
induktif).
Hubungan antarfenomena, kondisi, obyek, atau
variabel bersifat kausalitas (sebab-akibat atau
korelasional). Hubungan kausalitas ini harus
dikemukakan secara jelas, obyektif, konkrit, reliable,
dan testable dengan menggunakan alat-alat
pengukuran numerik, matematis atau statistik.
21
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4. Hasil-hasil pembahasan dan analisis
dipaparkan dengan lebih mementingkan
penggunaan penghitungan dan pengukuran
matematis yang disajikan dalam bentuk tabeltabel, diagram, gambar/foto, serta bentukbentuk ilustrasi lainnya.
5. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan
berdasarkan alat-alat (instrumen) yang
terstruktur dengan besaran populasi dan
sampel yang sudah ditentukan maka
kebenaran hasil pembahasan dan analisis
dapat diketahui dengan cepat, tepat dan
akurat.
22
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
6. Analisis dan pembahasan harus dapat
menghasilkan suatu temuan (seharusnya
temuan baru) yang dapat digunakan untuk
melakukan generalisasi yang obyektif dengan
kadar kepercayaan yang tinggi dan mampu
melakukan prediksi yang akurat.
7. Meskipun pembahasan dan analisis telah
dilakukan dengan menghasilkan temuan dan
pemikiran (baru) dengan tingkat akurasi dan
kepercayaan yang tinggi, namun penting
untuk membaca dan merenung ulang
pembahasan dan analisis yang telah dibuat.
23
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Pendekatan kualitatif
1. Subyektif, relativisme, dan “ tidak bebas
nilai”.
2. Induktif (kadangkala kombinasi antara induktif
dan deduktif).
3. Hubungan relasional antarfenomena dan
antarkondisi harus dikemukakan secara jelas.
Tidak jarang fenomena dan kondisi yang
muncul di lapangan sangat beragam dan di
luar dugaan.
24
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
4. Setiap fenemona sosial-budaya harus
dibahas dan dianalisis dengan sangat rinci
dan komprehensif.
5. Ungkapkan dengan jelas hubungan relasional
antara kondisi yang satu dengan yang
lainnya sehingga fenomena-fenomena soialbudaya tersebut dapat dipahami secara
proporsional dan kontekstual.
25
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
6. Oleh karena data dan informasi dikumpulkan
melalui wawancara sangat mendalam dan
paticipant observation maka “catatan harian
lapangan” (field notes) - selain yang direkam
dengan media elektronik - sangat penting
sebagai acuan utama dalam melakukan
pembahasan dan analisis.
26
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
7. Selain itu, deskripsi pembahasan dan analisis
tidak saja dilakukan sangat rinci dan
mendalam (thick description) melainkan juga
bersifat naratif-interpretatif, agar maknamakna simbolik yang terkandung dalam
setiap fenomena dapat diungkap dan
dipahami sesuai dengan konteksnya.
8. Alat-alat pengukuran numerik tidak
diperlukan, namun data-data statistik kadang
digunakan sebagai pendukung pembahasan
dan analisis.
27
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
9. “Kebenaran” hasil pembahasan dan analisis
lebih bersifat penafsiran-penafsiran terhadap
makna-makna simbolik. Kesalahan atau
kebenaran penafsiran bukan hal yang utama,
yang paling penting adalah tingkat
kedalaman dan ketajamannya.
10. Subyektivitas penulis sangat dihargai dalam
arti pemahaman dan penafsiran pribadi
penulis tidak ditabukan, karena kualitas
tulisan bergantung juga pada tingkat kualitas
pemahaman dan penafsiran penulisnya.
28
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
11.Hasil pembahasan dan analisis tidak
berpretensi menghasilkan suatu generalisasi.
Kalaupun harus membuat suatu generalisasi
sifatnya hanya pada lingkup obyek penelitian.
12.Setiap informasi, data dan pernyataan
tentang sesuatu hal yang menggunakan katakata atau ungkapan-ungkapan lokal
seharusnya ditulis lengkap dalam bahasa
lokal sesuai dengan aslinya (pendekatan
“emik”). Kemudian berilah penjelasan serinci
mungkin.
29
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
13. Hindari keinginan untuk menerjemahkan
kata-kata, ungkapan-ungkapan dan
pernyataan lokal tersebut agar makna-makna
simbolik yang terkandung di dalamnya tidak
hilang atau berubah.
14. Catatan kaki menjadi penting sebagai sarana
untuk mendeskripsikan lebih rinci kata-kata
atau ungkapan-ungkapan lokal tersebut yang
sering kali memiliki hubungan relasional
dengan beberapa fenomena sosial budaya
tertentu.
30
PENDEKATAN DALAM
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
15. Sebagaimana pendekatan kuantitatif, dalam
pendekatan kualitatif ini penting pula untuk
membaca dan merenung ulang pembahasan
dan analisis yang telah dibuat. Lebih-lebih
mengingat begitu kompleks dan rumitnya
perilaku manusia dalam konteks kehidupan
sosial-budayanya dan aspek-aspek lain yang
melingkupinya.
31
METODOLOGI dan METODE


Kaitan antara pendekatan dalam pembahasan
dan analisis dengan metodologi sangatlah erat.
Itu sebabnya, metodologi dalam artian “ilmu”
yang mempelajari tentang metode atau caracara yang digunakan melakukan penelitian
harus sinkron dengan pendekatan pembahasan
dan analisis dalam penulisan artikel ilmiah.
Begitu pula sebaliknya.
Dalam konteks pelatihan ini barangkali lebih
tepat digunakan terminologi metode.
32
METODOLOGI dan METODE
 Pengertian metode adalah cara-cara yang
digunakan dalam penulisan artikel ilmiah.
 Metode tersebut haruslah sesuai dengan
metodologi yang digunakan pada saat melakukan
penelitian.
 Dengan demikian, secara garis besar ada dua
macam metode yang lazim digunakan dalam
penulisan artikel ilmiah:


Metode dalam bidang ilmu-ilmu alam (eksakta atau
natural science),
Metode dalam bidang ilmu sosial dan humaniora (social
science and humaniora).
33
METODOLOGI dan METODE
Bidang ilmu-ilmu alam (eksakta):
 deskriptif-verifikatif,
 obyektif-positivistik,
 korelasional/kausalitas,
 generalitatif dan prediktif.
Bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora:
 deskriptif-naratif (thick description),




subyektif-interpretatif,
etnografik, hermeneutik (analisis tekstual),
fenomenologi,
non-generalitatif dan non-prediktif.
34
TERIMA KASIH
[email protected]
Mobile: 081387677246
35