Riset Aksi (Penelitian Tindakan)
Download
Report
Transcript Riset Aksi (Penelitian Tindakan)
Oleh:
Amat Jaedun
Pascasarjana UNY
Menurut tujuannya, riset diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
1. riset dasar atau riset murni (pure research); dan
2. riset terapan (applied research), yang dibagi
menjadi:
a. riset evaluasi (evaluation research);
b. riset pengembangan (research and
development atau R & D); dan
c. riset aksi (penelitian tindakan).
Pada penelitian dasar, dikenal dua kelompok
paradigma yg dominan, yaitu:
(1) paradigma positivistik (metode kuantitatif); dan
(2) paradigma fenomenologis/interpretif (metode
kualitatif).
Don Adam (1988), mempertentangkan kedua paradigma
di atas ke dalam dua kutub yang saling berlawanan,
yaitu:
positivistik, menekankan rasionalitas dan obyektivitas,
sedangkan
fenomenologi/interpretif, menggunakan model
interaktif dan subyektif.
Karakteristik Positivistik :
Fenomena-fenomena sosial/pendidikan diamati
secara parsial, yaitu dengan cara mereduksi
sejumlah variabel yang dianggap kurang penting
dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang
dimaksud;
2. Berpandangan bahwa fenomena-fenomena
kehidupan manusia di lingkungan sosialnya
bersifat mekanistik dan berlaku universal;
3. Proses riset menggunakan logika berpikir rasional
dan deduktif;
1.
Lanjutan Karakteristik …..
4. menekankan pada uji hipotesis dan mengejar generalisasi
(validitas internal dan eksternal);
5. fenomena-fenomena yang diamati sifatnya teratur/tidak
random, sehingga dapat diprediksikan;
6. menganut kebenaran tunggal (nomotetis), yang akan
berlaku di manapun tanpa terikat dengan konteks ekokulturnya.
7. berpandangan bahwa teori bebas nilai.
8. memisahkan teori dan praktik.
9. Paradigma ini telah mewarnai berbagai kebijakan
peningkatan mutu pendidikan kita selama ini (rational
planning).
Lanjutan Karakteristik Positivistik ….
Paling tua, dan paling banyak pengikutnya.
Diadopsi dari ilmu-ilmu keras (IPA) yg diterapkan
dlm penel. Sosial dan Pendidikan.
Metode: eksperimen, quasi eksperimen, survey, ex post
facto.
Ada generalisasi dari temuan penel. yg dilakukan
pada sampel sampel hrs representatif thd populasi
(random).
Skopa persamalahan yg diteliti luas (makin luas
makin baik).
Ada pengendalian thd variabel-variabel yg dapat
mempengaruhi hasil.
Subjek tdk boleh tahu apa yg dikaji peneliti
subyek/responden hanya diperah datanya utk
kepentingan peneliti/sponsor.
Paradigma Fenomenologis
(interpretif)
Asumsi kebenaran tidak tunggal (dialektis)
tergantung pada konteks dan kultur masyarakat.
Tujuan utama memperoleh pemahanan terhadap
makna (meaning), karena fenomena (perilaku)
yang sama dapat mempunyai makna yang
berbeda pada konteks kultural yang berbeda.
Mendasarkan gambaran apa adanya menurut
interpretasi subyek.
Lanjutan Fenomenologis ….
Datang belakangan, shg banyak ditentang
penganut positivistik.
Tidak ada generalisasi hasil temuan.
Pengamatannya dilakukan pada skopa yang
sempit tetapi mendalam.
Peneliti ikut larut dlm kancah penelitian (proses
entry), observasi partisipan dan merasakan apa
yg dirasakan subyek.
Settingnya harus dijaga tetap natural/tidak
boleh diintervensi.
RISET TERAPAN :
Bertujuan untuk menguji dan menerapkan teori
untuk pemecahan masalah yang riil, mengembangkan dan menghasilkan produk, dan
memperoleh informasi untuk dasar dalam
pembuatan keputusan.
Perbedaan Orientasi ……
Basic research menekankan standar keilmuan yang
tinggi dan berusaha memperoleh hasil yang valid
menurut ukuran metode ilmiah, sedangkan
Penelitian terapan menekankan pada kemanfaatan
secara praktis hasil penelitian untuk mengatasi masalah
yang kongkrit.
Riset Pengembangan
Bertujuan untuk mengembangkan, menguji
kemanfaatan dan efektivitas produk (model), baik
produk teknologi, material, organisasi, metode,
alat-alat dsb.
Bertujuan bukan untuk menghasilkan teori,
sehingga sangat dimungkinkan untuk
menggunakan multi pendekatan dan multi
metode.
Riset Evaluasi …..
Riset evaluasi merupakan salah satu bentuk dari
penelitian terapan, shg mempunyai kesamaan, baik
dalam pemilihan pendekatan, metodologi, penentuan
subyek, sampling maupun prosedur risetnya.
Nisbet (1999), menyatakan perbedaan esensial antara
riset evaluasi dan riset konvensional (riset dasar) adalah
lebih pada tujuan daripada dalam pemilihan subyek dan
metode.
Riset konvensional bersifat conclusion oriented (berorientasi pada kesimpulan), sedangkan riset evaluasi
mempunyai ciri decision oriented (yaitu bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan akan informasi/data sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan/perumusan kebijakan).
Perbedaan Riset & Evaluasi …
Riset (research), artinya search yang berulang, tidak pernah
selesai, bertujuan untuk pengembangan ilmu, mengakumulasikan teori dan untuk mengadaptasikan teori, yang
dilandasi oleh rasa ingin tahu (curiosity).
Worthen dan Sanders (1973): aktivitas riset (konvensional)
bertujuan untuk memperoleh generalisasi pengetahuan
berdasarkan perumusan dan pengujian hipotesis tentang
hubungan antar variabel atau generalisasi tentang
fenomena.
Riset evaluasi didasarkan atas kebutuhan akan informasi
untuk merumuskan kebijakan, kebutuhan untuk membuat
program, dan menilai dampak kebijakan serta program.
Riset Aksi (Penelitian Tindakan)
Selain dua kelompok paradigma yang dominan tsb,
terdapat pula para penganut paradigma yang lain, yaitu
paradigma teori kritis.
Para penganut paradigma teori kritis berusaha untuk
mempersatukan teori dan praksis. Mereka umumnya
memilih bidang garapan yang bersifat advokatif dan
pemberdayaan (empowering).
Para penganut paradigma teori kritis berpandangan
bahwa teori deskriptif seperti yang dikembangkan para
penganut positivistik itu keliru, karena tidak memiliki
dampak apapun terhadap usaha perbaikan praktikpraktik pendidikan ataupun peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat.
Metode Penelitian Tindakan
Mendasarkan pd paradigma teori kritis, datang paling
belakangan.
Hubungan antara teori dan praktik (penelitian jenis lain jarang
diaplikasikan utk perbaikan).
Adanya hubungan antara peneliti dgn klp sasaran subyek
sebaiknya diberitahu dan diajak bekerjasama utk mencapai
tujuan bersama.
Orientasi penelitian bukan utk mencari ”kebenaran” tetapi utk
memecahkan permasalahan riil yg dihadapi baik oleh peneliti
maupun subyek yg diteliti melalui langkah-langkah penerapan
tindakan.
Bersifat kooperatif, antara yg memberikan tindakan dan pihak
yang dikenai tindakan (Dokter dalam mengobati pasien akan
lebih efektif jika pasiennya juga bersifat kooperatif/mau bekerja
sama).
Penelitian Tindakan Lanjutan….
Dilaksanakan pada lokasi terjadinya permasalahan tersebut (tidak diuji-cobakan pada subjek yang
lain atau di tempat lain).
Bersifat partisipatif, karena memerlukan partisipasi
dari pihak yang dikenai tindakan.
Dilakukan pada setting yang natural, tidak ada
perubahan atau pengaturan apapun, kecuali
tindakan yang akan diterapkan.
Tidak ada upaya pengendalian terhadap faktor
(variabel) pengganggu atau yang berpengaruh
thd. hasil.
Tidak ada upaya generalisasi dari hsl temuan.
Penelitian Tindakan Lanjutan….
Langkah-langkah tindakan yang dilakukan dalam
bentuk siklus (daur). Memungkinkan adanya perbaikan dalam setiap siklusnya. Jumlah siklus mestinya tdk
dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh peneliti, karena
apa yang akan terjadi dengan adanya tindakan tsb,
dan kapan tindakan tsb. akan mendatangkan hasil,
belum dapat diketahui sebelumnya.
Terdapat empat komponen penting dalam setiap
langkah/siklusnya, yaitu: (1) perencanaan; (2)
penerapan tindakan; (3) observasi (M & E); dan (4)
refleksi.
Adanya langkah/upaya untuk berpikir secara reflektif,
baik sesudah maupun sebelum tindakan dilakukan.