Transcript Kel 5

Kel 5
Hal 36 - 44
Kondisi Psikologis Pengusaha Primbumi dan Non Pribumi
No
Kondisi Psikologis/Motivasi/Need
Pribumi
Non Pribumi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Untuk berprestasi
Untuk mengikuti pendapat orang lain
Untuk melakukan sesuatu secara rapi
Untuk menonjolkan diri
Untuk berdiri sendiri
Untuk bekerja sama dengan orang lain
Untuk memahami tingkah laku orang lain
Untuk meminta pertolongan orang lain
Untuk menguasai orag lain
Untuk mawas diri
Untuk berbuat baik kepada orang lain
Untuk mencari sesuatu yang baru
Untuk bertahan pada satu pekerjaan
Untuk mendekati lawan jenis
Untuk mengkritik orang lain
Untuk berpegang teguh pada pendiriannya
42/dbn
44/dbn
43/dbn
39/dbn
47/dbn
41/dbn
35/dbn
32/dbn
62/dan
62/dan
51/dan
46/dbn
64/dan
58/dan
51/dan
54/dan
43/dbn
40/dbn
36/dbn
45/dbn
57/dan
53/dan
30/dbn
30/dbn
59/dan
54/dan
61/dan
56/dan
59/dan
58/dan
54/dan
56/dan
Keterangan : dbn = di bawah normal, dan = di atas normal
• Sampai sekarang, setiap perubahan radikal
dalam struktur kekuasaan Indonesia dibarengi
oleh kejatuhan ekonomi dari kelompok
pengusaha yang sampai waktu itu mempunyai
kedudukan yang istimewa. (Jochen Roepke,
1978: 70-74).
• keberhasilan para wiraswasta politik tersebut
karena adanya koneksi.
• (Suparman Sumahamijaya) Masalah usaha
kecil adalah kesiapan mental untuk melakukan
kegiatan usaha kecil dan kegiatan usaha
apapun.
• Penyakit mental itu disebut RM JIPUN atau
RM JIBUDBAL, yang berarti rendah diri, malas,
jiwa punakawan atau rendah diri, malas, bebal
• “bebalism” atau “oblomovism” artinya
berkisar pada lamban, bandel, kepala batu,
dan dungu. (Suparman Sumahamijaya, 1980 :
109)
• Jadi, sikap mental kaum intelek dan rakyat
kecil masih sangat rendah (belum unggul),
padahal sebagian besar mereka adalah caloncalon wiraswasta Indonesia.
• Sikap mental yang merintangi pembangunan
ialah tentang ketergantungan seseorang
kepada orang lain (menurut Sumardi Marwan)
• Sifat-sifat atau kalau tidak boleh dikatakan
telah menjadi membudaya kurang menghargai
waktu yang telah melekat pada kebanyakan
warga masyarakat kita. (Sumardi, 1976 : 7-9)
Contoh Konkrit
• Wiraswasta yang selalu mengharapkan
bantuan kredit dari bank
• Kurang aktif mencari pembeli barang/jasa
hasil produksinya
• Lebih suka meniru barang/jasa yang
diciptakan pengusaha lain
• Jika mendapat keuntungan/kredit, digunakan
untuk hal yang kurang produktif
Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah wiraswasta sangat
sedikit di Indonesia menurut Deddi Angga Diredja :
•
Faktor perjalanan sejarah bagi negara-negara bekas jajahan
Indonesia merupakan faktor yang sangat dominan sebagai penghambat
pertumbuhan dan perkembangan tenaga –tenaga wiraswasta. Di mana faktor
historis yang kurang menguntungkan ini dapat dilihat pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang.
•
Faktor pendidikan yang tidak menunjang perkembangan wiraswasta
Pendidikan formal (sekolah) yang berlangsung di Indonesia, sebagian
besar masih mengikuti sistem pendidikan kolonial (feodal) yang lebih
menitikberatkan pada teacher oriented yaitu di dalam proses belajar mengajar
guru yang memegang peranan aktif sedangkan siswa hanya bersikap pasif
(menerima pelajaran saja).
Begitu pula pendidikan informal di lingkungan keluarga, masih banyak
dipengaruhi oleh sitem pendidikan feodal warisan penjajah, sehingga kurang
dapat mendukung terbentuknya sikapa mental wiraswasta di kalangan anggota
keluarga(terutama pada anak-anaknya).
Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah wiraswasta sangat
sedikit di Indonesia menurut Deddi Angga Diredja :
• Faktor kebijaksanaan pembangunan yang kurang memberikan
kesempatan bagi lahirnya tenaga-tenaga wiraswasta sejati
Faktor kebijaksanaan pemerintah yang kurang tepat
(terutama kebijaksanaan di bidang ekonomi) juga dapat
menghambat lahirnya tenaga-tenaga wiraswasta.
• Adapun kebijaksanaan pemerintah yang kurang mendukung
perkembangan wiraswasta, misalnya: kebijaksanaan dalam
bentuk proteksi (perlindungan) dan subsidi yang berlebihan
(dalam jangka panjang) kepada para pengusaha kita,
khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah.
• Pada masa belanda , ada keinginan
berwiraswasta pada rakyat Indonesia terlihat
dari beberapa organisasi sebagai alat
perjuangan ekonomi para wiraswasta kita
untuk memajukan kesejahteraan hidup rakyat
• Organisasi : Bank Pertolongan dan Tabungan
(Hulp en Spaarbank), koperasi, Serikat Dagang
Islam
Cara Belanda meneror mental dan membatasi
kebebasan wiraswasta kita :
• Orang Belanda memperkuat orde tradisional
yang feodal dengan cara mengontrol orang
Indonesia melalui kaum ningrat mereka
sendiri (pemerintahan tidak langsung)
• Kegiatan inovatif wiraswasta pribumi,
dianggap tidak sah oleh orang Belanda
(Jochen Roepke, 1978 : 69)
Dampak negatif cara Belanda
• Masih berfikir kolot (berharap menjadi PNS)
• Malu menjadi wiraswasta
Pada masa penjajahan Jepang
• Penguasa Jepang membubarkan koperasi dan
mengganti dengan kumai
• Kumai merupakan organisasi monopoli
penguasa
• Kumai menyebabkan kehidupan wiraswasta
rakyat mati
Faktor jeleknya kondisi wiraswasta di
Indonesia:
• Pendidikan formal karena di Indonesia KBM
sangat pasif sehingga mematikan kreativitas
dan kemampuan siswa.
• Pendidikan informal di lingkungan keluarga
juga dipengaruhi sistem pendidikan feodal
warisan penjajah, sehingga kurang
mendukung terbentuknya sikap mental
wiraswasta dikalangan keluarganya.
• Faktor kebijaksanaan pembangunan di bid.
Ekonomi juga dapat menghambat lahirnya
tenaga-tenaga wiraswasta.
• Kebijaksanaan pemerintah yang kurang
mendukung perkembangan wiraswasta :
Kebijaksanaan dalam bentuk proteksi dan subsidi
yang berlebihan kepada para pengusaha kita
(khususnya gol. Ekonomi lemah)
• Hal ini menjadi penyebab mengapa di Indonesia
sangat sedikit muncul wiraswasta yang positif,
karena hal itu membuat wiraswasta kita menjauhi
tanggung jawab terhadap resiko, menjauhi
tantangan, tidak tekun dan ulet, dan bersikap
boros
• Perlindungan hanya meninabobokan dalam
ayunan kursi goyang meraih keuntungankeuntungan (Heidjrachman Ranupandojo,
1982 : 24)
• Sehingga sikap menta wiraswasta mereka jadi
negatif dan kurang berkembang